Kamis, 05 Mei 2016

Pertumbuhan Berkesinambungan



Ketika Nabi Muhammad SAW memulai dakwahnya, ia hanya seorang diri. Beberapa tahun kemudian, tepatnya 23 tahun saat beliau melaksanakan hajjatul wada’, kaum Muslim telah berjumlah sekitar 100 sampai 125 ribu orang dalam berbagai riwayat. Dengan jumlah penduduk dunia ketika itu sekitar 100 juta orang, maka rasio kaum Muslim terhadap penduduk dunia adalah 1 per 1000 orang.
Sekarang, sekitar 1500 tahun kemudian, jumlah kaum Muslim telah bertumbuh tanpa henti dan menjadi 1,5 milyar hingga 1,9 milyar. Bayangkanlah bagaimana rasio itu bertumbuh dari 1 per 1000 menjadi 1 per lima dalam kurun waktu 1500 tahun.
Islam sebagai agama bekerja dalam skala waktu sejarah, bukan dalam skala waktu individu atau umat. Ia terus akan bertumbuh hingga tak satu pun jengkal bumi yang tidak dijangkaunya dan tak satu pun manusia yang tidak mendengar nama Allah disebutkan. Pertumbuhan berkesinambungan adalah ciri utamanya.

Kesadaran akan waktu bukan saja menumbuhkan kemampuan berpikir sekuensial dan kesadaran akan efek akumulasi, tapi juga pada makna pertumbuhan sebagai cara mengukur kekuatan dan prospek dari sebuah ide atau kerja. Kekuatan substansial dari sebuah ide atau kerja selalu dapat diukur dari kemampuannya untuk bertumbuh secara berkesinambungan.
Berapa banyak ideologi dan gerakan dalam sejarah manusia yang lahir, tumbuh dan mekar lalu mati dalam kurun waktu yang singkat. Misalnya komunisme. Semula gegap gempita tentang komunisme sejak awal ia lahir sebagai sebuah ideologi hingga berkembang pesat dengan dukungan sebuah imperium besar tak sanggup membuatnya berumur lebih dari satu abad.
Umur ideologi dan gerakan, apapun bentuknya, selalu ditentukan oleh kekuatan substansialnya untuk bertumbuh secara berkesinambungan. Sebab ini menentukan dalam skala waktu apa ideologi dan gerakan itu bekerja. Ideologi dan gerakan yang tidak punya potensi pertumbuhan berkesinambungan biasanya hanya akan bekerja dalam skala waktu individu, atau paling jauh, dalam skala waktu komunitas.
Pertumbuhan berkesinambungan adalah alat ukur sejarah. Sebab hanya ideologi dan gerakan yang bekerja dalam skala waktu sejarah yang akan bisa bertumbuh secara berkesinambungan. Itu sebabnya mengapa Qur’an memberi ruang yang begitu luas untuk membicarakan sejarah; biar semua kita sadar bahwa hanya ketika kita bekerja dalam skala waktu sejarah kita punya peluang untuk bertumbuh tanpa henti (Anis Matta).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar