Senin, 16 September 2019

BURUNG BURUNG DI PULAU PASOSO


DESKRIPSI PULAU PASOSO
Status dan letak
Pulau Pasoso beserta perairan lautnya merupakan kawasan Suaka Margasatwa Laut berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dengan luas kurang lebih 5.000 ha, yang dikhususkan untuk melindungi segala aktifitas penyu di tempat ini. Luas daratan Pulau Pasoso 49 ha. Secara administrasi Pulau Pasoso termasuk wilayah Desa Pomolulu, Kec. Balaesang, Kab. Donggala. Prov. Sulawesi Tengah.
Geomorfologi, tumbuhan dan hewan
Sebagian besar daratan Pulau Pasoso merupakan hutan primer bercampur jenis tumbuhan pantai. Hutan ini ini kondisinya relatif masih baik. Pada vegetasi hutan ini ditemukan beragam jenis tumbuhan, yang dominan adalah Ficus spp., Diospyros sp., Alstonia sp. dan Dehaasia sp. Kondisi tanah pada vegetasi berhutan cukup subur. Tanah ini bercampur dengan serasah-serasah tanaman yang lapuk bersama batu karang yang mulai hancur (Sakada-BQD, 1991).

Sabtu, 14 September 2019

AHLI BUKTIKAN, HOMO ERECTUS PUNAH KARENA KEMALASANNYA


 
foto: mutualart.com
Sifat malas ternyata sudah ada sejak ratusan ribu tahun lalu. Temuan terbaru mengungkap, sifat yang juga dimiliki manusia purba Homo erectus justru mengantarkannya menuju kepunahan mereka sendiri. Homo erectus pertama kali muncul 2 juta tahun lalu dan punah sekitar 500.000 hingga 100.000 tahun yang lalu.
Namun, apa yang cukup mengejutkan adalah soal bagaimana kepunahan mereka. Jika dibandingkan dengan hominin lain, seperti Neanderthal, Homo erectus ternyata cukup malas dan enggan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Sifat ini pada akhirnya sukses membuat spesies mereka punah.
Tes DNA Manusia Purba Menjawabnya Dalam studi yang dipublikasikan Jumat, (27/7/2018) di Journal PLOS One, para arkeolog dari Australian National University menganalisis ribuan artefak yang ditemukan di situs penggalian Semenanjung Arab di Saffaqah modern, Arab Saudi, pada tahun 2014. Temuan mereka menunjukkan, spesies Homo erectus di daerah itu tidak melakukan upaya maksimal untuk membuat alat dan mencari persediaan bahan makanan. Sebaliknya mereka justru memilih tinggal di tempat-tempat yang memiliki akses mudah untuk mendapatkan batu dan air.

Kamis, 12 September 2019

7 FAKTA SEPUTAR CAPUNG YANG MENAKJUBKAN


Capung mungkin makhluk yang berpenampilan indah dan menarik, tapi jangan salah, mereka sebenarnya predator ganas dengan rahang tajam, pengelihatan hampir 360 derajat, dan dapat terbang mundur.
Capung merupakan salah satu serangga yang menghuni planet ini. Mereka telah melalui berbagai tahapan evolusi hingga dapat menyempurnakan kemampuan terbang dan menjadi makhluk cantik nan menakjubkan.
Berikut ini tujuh fakta seputar capung yang mungkin akan mengubah pandangan Anda terhadap serangga unik, kuno, dan sangat bervariasi ini.
1. Capung dapat mencegat mangsa di udara
Capung bakal menjadi monster menyeramkan seandainya kita adalah serangga kecil. Mereka bukannya memburu mangsa, melainkan mencegatnya ketika sedang terbang dengan perhitungan yang cermat.
Capung dapat menilai secara akurat kecepatan dan lintasan mangsa sehingga dapat menyergapnya dengan cepat dan efektif. Mereka sangat ahli dalam hal ini, sehingga tingkat keberhasilannya saat berburu mencapai 95 persen.

Rabu, 04 September 2019

KRISIS KEYAKINAN REZEKI

Suatu hari, Rasulullah SAW memegang pundak Abdullah bin Umar. Beliau SAW kemudian berpesan, "Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau pengembara."
Rupanya putra Umar bin Khattab itu sangat terkesan dengan ucapan singkat Rasulullah hingga dia berkata, "Jaga nikmat hidupmu sebelum ajal menjemputmu." Demikian pula seharusnya kita. Bukankah setiap capaian dunia hanyalah halte demi halte untuk sampai pada terminal akhir kehidupan, yaitu kematian?
Pada hakikatnya, manusia memang hanya musafir. Hingga Ibnul Qayyim, ulama besar abad ke-12 M, berkata, "Manusia sejak tercipta dilahirkan untuk menjadi pengembara."
Sifat pengembara dalam diri manusia merupakan sebuah keniscayaan kehidupan sebagaimana diungkapkan Imam Syafii, "Bahkan, seekor singa tidak akan pandai memangsa jika tidak hidup di hamparan bumi yang luas dan anak panah tak akan menemui sasarannya bila tak pernah dilepaskan dari busurnya."
Sayangnya, sifat pengembaraan manusia sering membuatnya alpa dalam pengembaraannya di padang sabana kehidupan. Manusia menjadi rakus dalam berburu rezeki. Manusia berpikir, rezeki adalah uang. Padahal, sebuah cinta dari seorang istri pun adalah rezeki. Bukankah Rasulullah SAW menyebut cinta Khadijah dengan berkata, "Aku telah diberi rezeki dengan cintanya."