Kamis, 28 Maret 2013

Seperti Akhwari yang Tetap Berlari untuk Bangsa dan Negaranya


Event Olimpiade di Meksiko tahun 1968, menyisakan suatu cerita kegigihan yang menarik untuk kita simak.  Ketika itu, peraih medali lomba marathon telah usai diumumkan.  Para penonton pun sudah mulai beranjak meninggalkan stadion.  Namun, sesaat kemudian, mereka dikejutkan dengan pengumuman bahwa masih ada pelari yang akan segera memasuki stadion.  Penonton pun kaget, mereka mengira perlombaan telah selesai.  Tak lama, dari kejauhan terlihat seorang pelari masuk stadion dengan terpicang-pincang.  Masih lengkap dengan pakaian larinya serta nomor di dadanya, tapi hanya bisa berlari-lari kecil karena kaki kanannya terluka dan berbalut perban.
Serentak, seluruh penonton berdiri dan bertepuk tangan.  Stadion kembali bergemuruh memberi  penghormatan.  Mereka menyemangati pelari  ini untuk terus berlari hingga finish.  Suara dukungan diteriakkan untuknya.  Dan ini membuat pelari tersebut terus bersemangat hingga kemudian menyentuh garis finish.  Dia berhasil, disaat tidak ada lagi pelari lain yang tersisa.  Dia adalah pelari terakhir dalam perlombaan itu.  Dia finish saat hari telah malam.
Dialah John Stephen Akhwari, pelari dari Tanzania, yang mewakili negaranya di event itu.  Dia cedera karena di tengah perlombaan sempat terjatuh, sehingga lutut dan betisnya terluka.  Akan tetapi, keadaan itu tidak menyurutkan semangatnya untuk mengakhiri lomba berjarak sepanjang 5000 mil itu.  Ketika ditanya oleh wartawan mengapa ia tidak mengundurkan diri saja, dia menjawab sederhana tapi penuh makna. “ My country did not send me to Mexico City to start the race.  But they send me to finish,”( Negara saya tidak mengirim saya hanya untuk memulai perlombaan, tetapi mengirim saya untuk menyelesaikan perlombaan).
Akhwari memang tidak merebut medali perunggu, perak, apalagi emas.  Tapi dia juga adalah pemenang.  Bahkan pemenang luar biasa.  Dia telah membuktikan kepada dunia apa yang dinamakan kehormatan.  Dia adalah contoh bagaimana menyelesaikan sesuatu yang telah dimulainya.  Dia adalah teladan dalam memperjuangkan kehormatan.
(Sulthan Hadi-Tarbawi  7 Oktober 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar