Selasa, 26 Maret 2013

MATA DAN INDRA PENCIUMAN BURUNG


Mata
Penglihatan yang baik merupakan prasyarat lain untuk terbang, selain bulu.  Hampir tidak ada mahluk lain yang mampu menandingi tajamnya penglihatan burung.  Elang bangkai membumbung 1,5 km di atas bumi sambil mencari bangkai dgn sabar, alap-alap menjelajahi udara di atas padang rumput untuk mencari tikus, prenjak mengumpulkan telur serangga di bawah daun dan titihan pecuk mengejar mangsanya di bawah air menggunakan mata yang jeli.
Mata burung teramat besar menurut ukuran mamalia. Kornea yang terbuka, berukuran kecil bila dibandingkan dengan bola mata raksasa yang terletak dalam wadah tulang hampir tak bergerak.  Pada sebagian burung sebenarnya mata lebih besar daripada otak. Mata rajawali atau mata burung hantu sebesar mata manusia, sedangkan bola mata burung unta bergaris tengah lima cm, hampir sama dengan garis tengah bola tenis.
Pada sebagian besar burung mata pun harus mampu menangkap serta bereaksi seketika terhadap benda jauh maupun dekat.  Walet yang sedang mencari makanan bereaksi dengan kecepatan yang sangat luar biasa terhadap kelebatan serangga yang melintasi jalannya hanya beberapa centimeter di depannya.
Burung pemangsa matanya lebih bulat atau hampir berbentuk tabung, namun daerah jangkauannya kurang luas, tetapi jarak penglihatannya lebih panjang dan lebih mendetail. Diantara jenis-jenis burung yang ada alap-alap merupakan burung yang  penglihatannya paling tajam.
Burung tidak hanya mampu melihat benda di kejauhan lebih jelas daripada manusia, melainkan juga melihat dengan lebih terang dalam jarak yang lebih dekat.  Prenjak yang senantiasa siaga terhadap bahaya jarak jauhnya, dapat memusatkan matanya seketika pada telur serangga yang terkecil pada jarak 2,5 cm dari paruhnya. Hal ini dilakukan dengan mengerakkan otot kelopak dengan kuat yang menekan lensa agak pipih menjadi lebih bulat sehingga memperoleh penglihatan jarak dekat.
Sebagian besar burung dianugerahi penglihatan monokuler (sebelah mata) dan binokuler (dua belah mata).  Mata burung tidak berada satu bidang di depan melainkan pada kedua sisi kepala.  Hal ini memberikan kepada kedua belah mata satu medan penglihatan monokuler yang luas ke samping.  Burung sepah putri yang memiringkan kepala waktu hinggap di perumputan bukan sedang mendengarkan cacing; melainkan burung itu sedang mengarahkan medan penglihatan yang tertajam ke sisi tersebut agar dapat menjebaki gerak atau kilatan cacing pada akar rumput.
Burung juga mempunyai medan penglihatan binokuler lurus ke depan, tempat kedua medan penglihatan monokuler bertaut hingga membentuk gambaran tunggal.  Burung trulek yang paruhnya panjang dan berujung lentur, hanya sedikit memerlukan penglihatan binokuler ke depan sewaktu meraba-raba cacing yang tidak kelihatan. Ia dapat mengetahui bahaya dari belakang atau dari atas sewaktu paruhnya  tercekam tanah.  Sebenarnya trulek dapat melihat dari belakang kepala serta menikmati penglihatan genap 360°.  Demikian pula yang terjadi pada  itik meskipun agaknya pertautan medan binokulernya di belakang lebih sempit.
Mata besar pada burung hantu, yang terletak di bagian depan mukanya terutama bersifat binokuler.  Karena dirancang untuk berburu pada waktu senja atau dalam gelap, kedua bola mata tidak terpasang dalam bola mata pipih, melainkan dalam tabung zat tanduk yang dalam. Penglihatannya yang terbatas ke samping menyebabkan beberapa burung hantu kecil mudah sekali ditangkap. 
Adaptasi penglihatan
Pada hampir semua burung, medan penglihatan mata kiri bertautan dengan mata kanan. Pertautan medan itu memungkinkan burung-burung tersebut menentukan jarak dan ukuran.
Burung hantu
Karena kedua matanya menghadap ke depan pada muka yang agak datar,  jangkauan penglihatan binokuler burung hantu lebih lebar daripada burung manapun.  Penglihatan binokuler adalah vital bagi alap-alap dan burung hantu karena buruannya gesit.
Burung gereja
Burung pekicau seperti burung gereja matanya terletak di samping.  Burung itu memakan biji-bijian maupun serangga, tetapi pada saat yang sama mampu melihat ke samping untuk menghindari pemangsa.
Burung trulek
Trulek memerlukan sedikit penglihatan binokuler ke depan karena untuk mencari makan binatang itu merogoh-merogoh lumpur dengan paruh yang luwes.  Mata terletak jauh di belakang dan memungkinkannya melihat dalam lingkaran tanpa menggerakkan kepala
Burung hantu bukan hanya kekurangan keluasan penglihatan monokuler yang dimiliki kebanyakan burung, matanya pun terkurung lagi dalam wadahnya yang hampir tidak bergerak.  Struktur mata yang kaku ini diimbangi oleh gerak refleks  leher yang cepat  serta tulang punggung yang sangat luwes.
Burung hantu adalah satu-satunya burung yang menurunkan kelopak mata sebelah atas waktu berkedip, sehingga burung tersebut secara mengherankan mirip manusia. Sebaliknya waktu tidur kelopak bawahlah yang dinaikkan seperti burung lain.  Semua burung juga mempunyai kelopak mata ketiga, yaitu pengedip, suatu selaput tembus cahaya yang menjaga agar mata tetap basah dengan jalan mengedipkannya; namun pada saat itu masih dapat melihat.
Indra penciuman
Burung yang penglihatannya paling rabun adalah kiwi dari selandia baru, yang berburu cacing pada waktu gelap, yang menggunakan indera penciumannya. Oleh karena letak lubang hidungnya sangat sesuai, yakni di ujung paruh yang panjang dan tipis, maka kiwi kurang menggunakan mata.  Beberapa eksperimen dengan ember pasir menunjukkan bahwa burung kiwi dapat mencium makanan secara efektif, dan cepat-cepat mengais ember bercacing tanpa mempedulikan ember yang lain.
Kebanyakan burung tidak mempunyai indera penciuman yang sangat berkembang, dan memang hampir tidak memerlukannya sama sekali.  Kekecualian utamanya terdapat di antara jenis burung penghuni tanah seperti burung kiwi, itik serta berkik dan dua burung air yakni petrel dan burung pengarung air.  Burung-burung ini bereaksi terhadap bau minyak pada  hati ikan kod.
Para ahli ornitologi masih saling berdebat apakah elang bangkai menemukan mangsa karena melihat bangkai atau baunya?
Pada tahun 1835 Audobon dan John Bachman mengadakan eksperimen dengan menyembunyikan beberapa bangkai yang telah membusuk dan membiarkan bangkai lainnya terbuka.  Dan hasilnya mereka menyimpulkan bahwa elang bangkai hanya dibimbing oleh penglihatannya.  Seabad sesudahnya, Frank M. Chapman menentang pandangan ini.  Guna membuktikan pandangan Frank Chapman mengadakan eksperimen di Pulau Barro Kolorado pada terusan Panama, pertama-tama disembunyikan bangkai mamalia dalam gudang di bawah karung.  Segera setelah bangkai itu cukup busuk, elang kalkun bangkai tertarik ke tempat itu dan menemukannya. 
Para pengkritik yang belum yakin mengemukakan bahwa lalat dan serangga lainlah yang mungkin mengungkapkan bangkai-bangkai yang tersembunyi.  Namun ketika yang disembunyikan adalah ikan yang membusuk dan sama baunya, tidak ada burung yang muncul.  Chapman menyimpulkan bahwa binatang itu tertarik oleh satu macam bau, tetapi tidak tertarik oleh bau lain. Ia berpendapat bahwa burung tersebut menemukan makanannya bukan saja dengan penglihatan, melainkan juga dengan membeda-bedakan bau.
Kenneth Stager, Kurator Burung pada Museum di Los Angeles, kemudian menemukan bahwa daerah otak yang mengedalikan indera penciuman pada elang kalkun bangkai tiga kali lebih besar dibandingkan dengan elang bangkai hitam.  Hal ini memperkuat dugaan bahwa beberapa elang bangkai ternyata dapat mempunyai indera penciuman lebih baik daripada elang bangkai lainnya.
(Pertemuan Kelima Kuliah Ornitologi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar