Selasa, 05 Agustus 2014

Godaan Makanan



Semenjak Adam dan Hawa tergoda memakan buah khuldi, manusia percaya adanya kekuatan dan godaan dalam makanan.  Karena itu, dalam sejarah Barat dan Timur cukup banyak contoh tentang tokoh-tokoh yang sakit karena godaan-godaan makan makanan secara berlebih-lebihan.  Contohnya di Prancis Raja Louis XIV pernah sakit perut karena santapannya yang begitu mewah.
Itulah paradoks makanan.  Manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidup. Makanan bagi manusia dibutuhkan untuk membangun sel tubuhnya dan menjaga agar tetap sehat dan berfungsi secara baik. Namun dengan  makanan pula manusia seringkali terserang penyakit.

Ada saatnya manusia terkena bencana karena kekurangan makanan, bahkan di negara yang kita kenal sebagai negara maju.  Sejarah mencatat bahwa di Irlandia pada tahun 1846-1849, sekitar 1 juta orang mati, dan 2 juta orang mengungsi.  Pasalnya, karena terjadi serangan terhadap tanaman kentang, sehingga banyak yang kelaparan.  Sedangkan di California, Amerika, pada tahun 1849 tercatat 10.000 orang mati karena terputusnya arus persedian sayur-mayur.
Saat ini di sebagian besar belahan bumi telah terbebas dari bencana mengerikan akibat kelaparan.  Di Eropa dan Amerika, pertanian modern yang terus berkembang dan kesejahteraan makin meningkat, memungkinkan persediaan makanan melimpah.  Tapi, kemajuan yang menghapus suatu bencana justru telah menimbulkan bahaya lain yang tak kalah mengerikannya.
Banyak orang sekarang, merusak diri dan kesehatannya dengan makanan yang berlebihan sehingga menimbulkan beragam penyakit.  Makan makanan secara berlebihan merupakan faktor resiko munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes dan ginjal.
Sering dikatakan, ada korelasi negatif antara panjang usia seseorang dengan panjang ikat pinggang.  Artinya, semakin panjang ikat pinggang, semakin pendek usia seseorang.  Penelitian di dunia kedokteran menunjukkan bahwa kelebihan 10%, di atas berat normal resiko kematiannya 13%, kelebihan berat badan 20% resiko kematiannya 25%, sedangkan kelebihan 30% menimbulkan resiko kematian 42%.
Para ahli gizi menyebutkan bahwa kegemukan atau obesitas merupakan refleksi ketidak seimbangnan antara konsumsi makanan dan pengeluaran energi.  Ketika seseorang mengkonsumsi makanan berlebih, namun tidak diimbangi dengan aktivitas tubuh yang seimbang, maka terjadilah penumpukan lemak di tubuh.  Menurut perkiraan, jumlah orang yang mengalami obesitas akan terus meningkat, termasuk di Indonesia.
Manusia telah lama menyadari efek buruk dari berlebihan makanan.   Menurut ahli sejarah Yunani, Herodotus, orang Mesir kuno sejak abad ke -5 SM setiap bulan mengosongkan isi perut karena percaya bahwa segala penyakit berawal dari makanan.
Banyak faktor  yang mengakibatkan seseorang mengkonsumsi makanan secara berlebih, salah satunya stres atau depresi.  Banyak orang yang melampiaskan depresinya melalui makan makanan secara berlebih.
Itulah godaan makanan.  Tampaknya, sejak jaman dulu hingga kini, manusia harus selalu berperang melawan godaan makanan.  Ketika kemakmuran kian meningkat, ketika makanan makin murah dan kian mudah mendapatkannya, ketika itulah manusia semakin teruji untuk menahan godaan dari makanan.  Karena itulah, kita patut mensyukuri kedatangan bulan Ramadhan yang tak hanya mengajari kita untuk menahan godaan makanan, melainkan godaan nafsu lain yang kerap menyesatkan. (Ida S. Widayanti/suara hidayatullah).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar