Minggu, 15 Desember 2019

UNDUR UNDUR, “SERANGGA SINGA” PENYANTAP SEMUT


Kalau pekarangan atau halaman rumah kalian memiliki tekstur tanah berpasir, dan terlihat terdapat beberapa lingkaran kecil atau lubang berbentuk corong di pasir tersebut, maka bisa jadi itu adalah tempat tinggal serangga yang bernama “undur-undur”.
Undur-undur darat (Myrmeleon sp.) merupakan hewan tingkat rendah yang banyak ditemui di tanah berpasir, gembur dan kering. ia juga dapat hidup di tempat tersembunyi seperti lantai tanah berpasir, tepi sungai, di pinggir pohon, atau dibawah pagar.
Mereka juga banyak dijumpai pada daerah berpasir halus, tanah di hutan terbuka dan kering, daerah-daerah yang harus terlindung dari sengatan matahari, angin dan hujan secara langsung (Lomascolo, 2001).

Nama Undur-undur “Myrmeleon” berasal dari bahasa Yunani, yaitu Myrmex (ant) yang berarti semut dan leon (lion) yang berarti singa (Pantaleoni et al., 2012). Sehingga jika disimpulkan bahwa hewan ini mempunyai bentuk seperti semut, dan sifatnya yang suka memangsa hewan berukuran lebih kecil diibaratkan seperti singa. Dalam bahasa inggris ia juga dikenal dengan nama antlion.
Secara klasifikasinya, ia merupakan larva serangga dari famili Myrmeleontidae, ordo Neuroptera (serangga bersayap jala) yang merupakan predator dari semut (Conomyrma sp.). Dikenal juga sebagai kelompok binatang holometabola, yakni serangga yang mengalami metamorfosis sempurna.
Larva nantinya akan membentuk pupa dan bermetamorfosis menjadi Myrmeleon. Larvanya berbentuk lonjong cenderung membulat. Berukuran sepanjang kuku manusia, kira-kira 1,5 cm (0,6 inci). Rahangnya panjang dan melengkung pada bagian ujungnya seperti sabit panjang, yang dapat menyuntikkan racun ke dalam mangsa.Masa larva pada umumnya berkisar antara dua sampai tiga tahun. Kenampakan Myrmeleon dewasa mirip dengan capung jarum, bahkan perilaku terbangnya mirip. Pada stadium dewasa (capung) kira-kira berukuran 4 cm (1,5 inci).
Selain dari keunikan morfologinya, cara satwa ini menangkap mangsa pun terbilang menarik. Untuk menangkap mangsanya, ia akan membentuk lubang berbentuk corong atau kerucut sebagai rumah sekaligus tempat perangkap untuk mencari mangsa. Perangkap ini sering dikenal sebagai doodlebugs atau sand dragons, karena bentuknya berkelok-kelok dan spiral seperti jejak.
Undur-undur membenamkan diri didasarnya untuk menunggu mangsa yang terperangkap. Mangsanya adalah serangga-serangga yang terjebak pada lubang contohnya semut. Semut (Conomyrma sp.), merupakan makanan ideal bagi Myrmeleon.
Meskipun panjang tubuhnya hanya 1,5 cm tetapi ia mampu menangkap mangsa yang lebih besar dari dirinya karena seluruh tubuhnya ditutupi oleh rambut-rambut kaku yang menjadi jangkar di pasir tempatnya mengubur diri (Roberts, 2007). Ukuran dari lubang ini sendiri tidak tergantung dari besaran tubuh, melainkan dari rasa lapar.
Semakin lama mereka tidak makan, maka semakin besar pula ukuran lubangnya (Scharf & Ovadia, 2006). Hal menarik lainnya adalah efek dari irama biologi, dimana Myrmeleon akan menggali lubang paling besar ketika bulan purnama (dengan 29,5 hari lingkaran dalam isolasi).
Sekilas serangga ini tampak tidak memiliki manfaat penting untuk manusia. Akan tetapi masyarakat di beberapa daerah telah memanfaatkannya sebagai obat bagi penderita diabetes.
Seperti masyarakat Kepulauan Karimun Jawa, yang secara tradisional telah memanfaatkan satwa ini sebagai obat penurun gula darah dengan menggunakan pisang sebagai campurannya.
Berdasarkan beberapa sumber, Myrmeleon mempunyai kandungan zat anti diabetes yang berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah. Kepopulerannya juga terbukti dari semakin banyaknya kalangan pebisnis yang membudidayakan dan menjual serangga yang berjalan mundur ini.
Meskipun demikian, agar populasinya tidak habis maka diperlukan usaha konservasi untuk menjaga kelangsungan hidup mereka. Mengingat sudah semakin jarang dijumpai Undur-undur di habitat aslinya.
(Penulis: Sarah R. Megumi)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar