Senin, 08 April 2019

PERKEMBANGBIAKAN BURUNG DI SULAWESI


Di Sulawesi, burung berbiak hampir sepanjang tahun, hal ini berkaitan karena variasi iklim kawasan tropika jauh lebih sedikit dibanding kawasan beriklim sedang, tetapi puncak berbiak umumnya pada waktu-waktu tertentu, berkaitan ketersediaan banyaknya makanan. Tapi walaupun demikian cuaca musiman di Sulawesi sangat berpengaruh terhadap perkembangbiakan burung. Kawasan utara, antara Ogoamas hingga Buol, bagian tengah Sulawesi  mendapatkan curah hujan yang tinggi akan berbeda musim berbiak burung dengan kawasan utara timur laut, Luwuk dan sekitarnya, Kepulauan Banggai-Sula, barat daya, tenggara, pantai selatan utara dan pantai timur leher Sulawesi (antara Gorontalo - Parigi) yang mendapat curah hutan lebih sedikit. Di Jawa, musim berkembang biak bagian timur yang lebih kering satu atau dua bulan lebih cepat dari Jawa Barat yang memiliki curah hujan lebih banyak.
Burung air membuat sarang pada vegetasi rawa (terutama vegetasi di atas air), akan membuat sarang pada akhir musim hujan, dimana permukaan air mencapai pasang tertinggi, untuk menjaga agar sarangnya tidak tergenangi air. Galliralus philippensis sering membuat sarang pada vegetasi padi saat rumpun padi sudah lebat (berumur satu bulan) bertepatan batas tertinggi permukaan air, saat telur menetas tersedia sumber makanan melimpah (buah padi dan serangga) bagi anak-anaknya. Di Jawa burung pemakan serangga dan pemakan buah di dataran rendah cenderung berbiak pada musim hujan ketika produktifitas tumbuhan tertinggi dan serangga melimpah. Burung pelatuk  berbiak pada akhir musim hujan atau awal musim kemarau, berkaitan dengan melimpahnya rayap dan kumbang sebagai sumber makanan utama. Burung yang hidup ditempat terbuka (semak dan padang rumput) umumnya berbiak pada akhir musim hujan. Burung di pegunungan umumnya sedikit dipengaruhi musim, puncak berbiak terjadi pada awal dan akhir musim hujan.

Pada beberapa jenis burung, bermacam tugas  seperti pembuatan sarang, pengeraman dan pemberian makanan pada anak dibagi rata antara jantan dan betina, pada jenis lain jantan lebih malas dari betina, biasanya jantan hanya membantu memberi makan pada anak-anaknya saja. Beberapa jenis anggota Cuculidae saat berbiak bersifat parasit, dengan meletakkan telurnya pada sarang jenis lain, sehingga telurnya akan ditetasi, dipelihara hingga dewasa oleh pemilik sarang.  Sering teramati adalah Cacomantis sepulcralis meletakkan telurnya pada sarang Gerygone sulphurea, Rhipidura teysmanni dan Cinnyris jugularis. Anggota Eudynamis berparasit pada gagak atau burung seukurannya, sedangkan Cuculus pada Cikrak dan seukurannya. Tidak semua anggota Cuculidae saat berbiak berparasit pada jenis burung lain, Rhamphococcyx calyorhynchus membuat sarang berbentuk mangkuk pendek saat berbiak.     
Walaupun banyak jenis burung hidup berkelompok, tetapi saat berbiak akan bersarang masing-masing, diantaranya Rhyticeros cassidix dan Zosterops chloris, tapi beberapa jenis saat berbiak tetap bersarang bersama satu tempat, seperti Aplonis panayensis dan Scissirostrum dubium.
Beberapa jenis anggota Columbidae menunjukan fenomena menarik saat berbiak. Ptilinopus epius, di dataran rendah Sulawesi bersarang pada dahan pohon setinggi diatas 5 m dari permukaan tanah, di Pulau Peleng Ptilinopus subgularis (allopatrik dengan P. epius) bersarang pada ranting setinggi 1,5 m. Di dataran rendah anggota Ducula umumnya bersarang pada pohon setinggi diatas 5 m dari permukaan tanah, tapi di dataran tinggi Ducula radiata bersarang di atas permukaan tanah. Fenomena tersebut terjadi mungkin berkaitan dengan tidak ada atau kurangnya gangguan predator. Di dataran rendah melimpah Varanus salvator, predator utama telur dan anak Ducula, Varanus salvator tidak tersebar di dataran tinggi (Fahcry Nur Mallo).
Tulisan mengenai ekologi burung lainnya dapat dilihat di: https://nurmallo.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar