Kamis, 14 Februari 2013

ORNITOLOGI


    Burung merupakan satwa yang paling elok, paling merdu, paling dikagumi, paling banyak ditelaah, dan paling gigih dibela.  Jumlahnya jauh melebihi semua vertebrata lain kecuali ikan, dan dapat ditemukan di seluruh pelosok dunia, dari tepi tudung es kutub serta Lereng Himalaya dan Andes yang paling tinggi sampai laut paling bergolak, rimba yang paling gelap, gurun yang paling tandus, dan kota yang paling berjejal.  Beberapa macam di antaranya bahkan memasuki lingkungan ikan sampai sedalam 30 meter atau lebih.
Burung merupakan satwa yang memberikan sumbangan besar bagi kemakmuran manusia.  Di antara segala jenis burung di dunia, tidak ada yang lebih akrab persekutuannya dengan manusia atau lebih besar sumbangannya bagi kemakmuran manusia daripada ayam hutan merah Gallus gallus.  Dari jenis ini telah diturunkan banyak varietas ayam piaraan dan kini jumlahnya bermilyar-milyar. 
Dengan segala kelebihan tersebut, menjadikan burung  paling banyak diamati, paling banyak diteliti dan paling banyak didokumentasikan.  Sehingga ilmu yang mempelajari satwa ini merupakan salah satu ilmu tertua dan paling awal berkembang.  Ornitologi merupakan ilmu yang khusus mendalami tentang seluk burung, sedangkan orang mempelajari bidang ilmu ini disebut ornitolog.  Terdapat berbagai macam defenisi dari ilmu ini, dua diantaranya yaitu:
§  Ornitologi merupakan ilmu pengetahuan tentang burung, termasuk deskripsi dan klasifikasi, penyebaran, dan kehidupannya (sumber: kbbi).
§  Ornitologi (dari Bahasa Yunani: ορνισ, ornis, "burung"; dan λόγος, logos, "ilmu") adalah cabang zoologi yang mempelajari burung.
Sejarah ornitologi Indonesia
Menurut Somadikarta 2007 periode pengetahuan avifauna di indonesia terbagi dalam dua periode yaitu:
a.      Pengetahuan tentang avifauna Indonesia sebelum tahun 1758
  • Steinmann dapat mengidentifikasi sebanyak tidak kurang 12 jenis burung yang terdapat di beberapa Candi di Pulau Jawa.
  • Bemmel tidak meragukan bahwa Rumphius (1627-1702) mencatat tidak kurang 50 spesies burung dari Maluku dan sekitarnya dalam naskah bukunya berjudul “Amboinsch Dierboek”.
  •  Catatan tentang burung Rumphius ini dibajak dan dijadikan dasar oleh F. Valentijn (1726) untuk menulis bab tentang burung dalam bukunya “Oud- en Nieuw Oost-Indien (Vol. 3)
  •  Keyakinan bahwa Valentijn telah membajak naskah Rumphius, dapat dibaca dalam buku Valentijn Oud-en Nieuw Oost-Indien (1726: hlm.299) yang mengatakan bahwa ia (Valentijn) telah merasakan daging Kasuari pada tahun 1668.
  • Sampai tahun 1685, Valentijn belum diberitakan bahwa ia sudah ada di Hindia Timur (East Indies).
b.      Pengetahuan tentang avifauna Indonesia sesudah tahun 1758
Lebih dari 4300 taksa baru burung Indonesia yang ditemukan antara tahun 1758 – 2004 dipertelakan oleh lebih kurang  120 ornitolog mancanegara.
Sejarah Ornitologi pada masing-masing wilayah di Indonesia, yaitu:
Sejarah ornitologi Pulau Sumatra dan pulau-pulau di sekitarnya:
  • Marle, J.G. van & K.H. Voous. 1988. A chronological historical synopsis of ornithological exploration in Sumatra. (In) J.G. van Marle & K.H. Voous. The birds of Sumatra. B.O.U. Check-list No. 10. B.O.U., Tring: 44-49.
Sejarah ornitologi Pulau Jawa, Kalimantan, dan di sekitarnya:
  • Finsch, O. 1906. Zur Erforschungsgeschichte der Ornis Javas. J. Orn., 54: 301- 321. Kalimantan (Borneo):
  •  Salvadori, T. 1874. Notizie storiche intorno all’ornitologia di Borneo. (In) T. Salavadori. Catalogo sistematico degli uccelli di Borneo. Ann. Mus. Civ. Stor. Nat. Genova, 5: vii – xii.
Sejarah ornitologi kawasan Wallacea:
  •      Bruce, M.D. 1986. A chronological historical synopsis of ornithological exploration in Wallacea. (In)        C.M.N. White & M.D. Bruce. The birds of Wallacea (Sulawesi, The Moluccas & Lesser Sunda Islands, Indonesia). B.O.U. Check-list No. 7. B.O.U., London: 68- 75.- 16 -
Sejarah ornitologi kawasan Papua dan pulau-pulau di sekitarnya:
  • Frith, C.B. 1979. Ornithological literature of the Papuan Subregion 1915 to 1976: an annotated bibliography. Bull. American Mus. Nat. Hist., 164, Art. 3: 379-465.
  •  Salvadori, T. 1874. Catalogo sistematico degli uccelli di Borneo con note ed osservazioni di G. Doria ed O. Beccari intorno alle specie da essi racolte nel Ragiato di Sarawak (kiri), dan Salvadori. T. Ornitologia della Papuasia e delle Molucche. Parte Prima (1880).
Peran Ornitolog Indonesia
Pakar perburungan Indonesia memperoleh banyak pengetahuan pada saat melanjutkan kuliah di luar negeri dan atau secara otodidak.  Jumlah penulis ilmiah bangsa Indonesia yang menerbitkan artikel ornitologi meningkat  tajam pada dekade 1994-2004.  
Kondisi Sekarang
  • Ornitolog lebih terpusat di Jawa dan Sumatra.
  • Beberapa tempat selain Jawa memiliki ornitolog yang berasal dari Pulau Jawa, khususnya daerah yang berdekatan dengan Pulau Jawa.
  • Khusus Sulawesi, semuanya merupakan ornitolog lokal yang berasal dari Sulawesi.  Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara merupakan daerah paling maju dan paling aktif di Indonesia Timur
Bapak Ornitolog Indonesia
Prof Dr Soekarja Somadikarta merupakan ornitolog senior asli Indonesia.  Ketekunan dan kiprahnya di dunia ornitologi selama hampir setengah abad telah berhasil membawanya mendapatkan penghargaan di dunia internasional maupun Tanah Air.
Soekarja lahir di Bandung 21 April 1930 sebagai anak pertama dari lima bersaudara. Ia memperoleh gelar sarjana sains dari Akademi Nasional pada 1953 dan memperoleh gelar Doktor dari Freie University Berlin, Jerman pada 1959.
Setelah kembali ke Indonesia, ia langsung mendapat tugas memberikan kuliah Zoologi untuk mahasiswa tingkat pertama Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia di Bogor.

Pertemuan Pertama Kuliah Ornitologi.
Bacaan Utama:
1.      Soekarja Somadikarta. 2007. Tinjauan sekilas sejarah ornitologi Indonesia: lebih dari 99% holotipe burung Indonesia disimpan di koleksi museum manca negara.  2007.
2.      Roger Tory Peterson. 1981.The Birds. 

1 komentar: