Sumber: mediasuaranasional |
Kertas cokelat umum digunakan untuk
membungkus makanan. Mulai dari gorengan sampai nasi rames, telah lama
menggantikan daun pisang. Ternyata kertas pembungkus makanan tersebut
mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Dari sisi penjual harganya lebih murah,
praktis dan mudah diperoleh. Apalagi saat ini daun pisang memang agak susah
ditemukan di pasaran, terutama di kota-kota besar.
Jadi keberadaan kertas cokelat untuk
membungkus makanan merupakan solusi yang cepat. Para konsumen juga sudah
terbiasa dengan hal tersebut.
Akan tetapi di balik segala kemudahan dan
kepraktisan kertas pembungkus makanan tersebut, efeknya bisa berbahaya bagi
kesehatan tubuh. Dilansir Kompas, sejumlah penelitian telah menemukan bahwa
kertas cokelat pembungkus makanan mengandung BPA yang berbahaya bagi kesehatan.
BPA (bisphenol A) merupakan sejenis bahan
kimia yang sering digunakan untuk bahan pembuat wadah makanan, bukan hanya
plastik, tetapi juga kertas. Padahal awalnya BPA digunakan untuk melapisi
kaleng makanan kemasan, agar kaleng tidak mudah berkarat.
Penelitian yang dilakukan oleh
Kurunthachalam Kannan, Ph.D, seorang peneliti dari New York State Department of
Health pada tahun 2011 menemukan bahwa BPA yang digunakan dalam berbagai bentuk
produk, termasuk beberapa produk kertas terutama kertas thermal, yang biasanya
digunakan sebagai kertas untuk mesin faksimili atau kertas bukti pembayaran,
untuk meningkatkan warna tintanya.
Menurut laporan penelitian yang
dipublikasikan dalam situs Environmental Science and Technology, hanya sedikit
yang mengetahui besarnya kontaminasi BPA atau paparan manusia terhadap
bisphenol A merupakan akibat kontak dengan kertas atau produk kertas.
Konsentrasi bisphenol A ditemukan dalam
beberapa jenis produk kertas untuk melapisi kertas agar lebih tahan panas.
Selain kertas thermal, bisphenol A juga terdapat di selebaran, majalah, tiket,
amplop surat, surat kabar, kertas pembungkus makanan, karton makanan, tiket
pesawat terbang, tag bagasi, kartu nama, serbet kertas, handuk kertas dan tisu
toilet.
Bisphenol A ditemukan dalam semua mata uang
kertas dari 21 negara, pada konsentrasi mulai 0,001 sampai 82,7 g / g
(rata-rata 4,94; median 1,02) dan konsentrasi dalam sampel yang diambil dari
bagian tengah mata uang lebih tinggi daripada yang diambil dari bagian pinggir.
WebMD menyebutkan tampaknya tidak mudah
menghindar dari paparan bahan kimia bisphenol A, setelah penggunaan plastik yang
biasa digunakan untuk botol air atau kaleng kemasan makanan, BPA juga ditemukan
dalam kertas atau karton pembungkus makanan, dengan konsentrasi yang sangat
tinggi.
Kurunthachalam Kannan, Ph.D. di WebMD,
menyebutkan konsentrasi bisphenol A sangat tinggi dalam produk kertas tersebut.
Terutama di dalam kertas pembungkus makanan yang merupakan hasil daur ulang.
Seorang peneliti dari Pusat Penelitian
Biomaterial Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Lisman Suryanagara, juga pernah
mengeluarkan peringatan agar masyarakat lebih waspada dalam menggunakan kertas
pembungkus makanan tersebut.
Dalam situs Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Lisman mengatakan kertas merupakan kemasan makanan yang
sering ditemukan dan digunakan di Indonesia. Akan tetapi, kertas kemasan
tersebut banyak yang tidak layak digunakan untuk mengemas makanan.
"Jadi, kertas nasi untuk membungkus
makanan, seperti untuk nasi goreng, nasi bungkus atau martabak, yang berwarna
cokelat itu memiliki dampak buruk bagi kesehatan," ungkap Lisman.
"Misalnya mengurangi vitalitas bagi laki-laki."
Selain itu, berdasarkan penelitian yang
dilakukan lembaga tersebut, ditemukan jumlah bakteri yang terkandung dalam
kertas kemasan daur ulang tersebut, yaitu sekitar 1,5 juta koloni per gram.
Artinya, terdapat sekitar 105 sampai 150 juta bakteri di dalamnya.
"Kandungan mikroorganisme di kertas
daur ulang memiliki nilai tertinggi dibanding jenis kertas lain. Ini melebihi
batas aman yang ditentukan," tuturnya.
Bisphenol A secara kimiawi mirip dengan
hormon estrogen, yang berhubungan dengan masalah-masalah perkembangan
reproduksi dan seksual, masalah perkembangan perilaku pada anak-anak serta
beberapa jenis kanker.
Sehingga ketika zat tersebut masuk ke dalam
tubuh, bisphenol A akan memengaruhi pertumbuhan dan perbaikan sel, perkembangan
janin, menyebabkan peningkatan risiko keguguran, serta kesehatan reproduksi.
Joseph Braun, Ph.D., seorang peneliti dari
Harvard School of Public Health yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut,
telah meneliti pengaruh paparan bisphenol A terhadap perilaku anak-anak.
Penelitian yang dilakukan Braun menunjukkan
bahwa para perempuan hamil yang bekerja sebagai kasir memiliki tingkat paparan
bisphenol A 30 persen lebih tinggi daripada perempuan hamil dengan pekerjaan
lain.
Sumber
: Beritagar.id 4 mei 2018
http://lipi.go.id/lipimedia/bahaya-kertas-cokelat-pembungkus-makanan/20525
Tidak ada komentar:
Posting Komentar