Pada suatu hari, karena macet, kami memutar
balik perjalanan, kami arahkan mobil ke sebuah perumahan untuk numpang muter
aja, lalu tanpa sengaja, ternyata kami melewati rumah seorang teman lama suami.
Dan dia meminta kami mampir.
Kami serombongan dengan 4 anak. Menuju
ruang tamunya yang mungil dan bersih.
Singkat cerita, di sana, juga ada tamu yang
baru datang. sebuah keluarga -ayah, ibu dan 1 anak 7 tahunan-. Si anak langsung
membuka toples kue nastar, membawa toples ke pangkuannya, dan lalu asyik makan.
Kita panggil saja si anak "Boy" yaa. Badannya bongsor.
Nastar itu terlihat "mahal".
Bentuknya seperti buah jambu. Cantik banget.
Hampir setengah toples berpindah ke perut
Boy. Sang Ayah sibuk mengobrol dengan tuan rumah, sang ibu sibuk dengan HP. Aku
mengajak anak-anak ke teras luar yang adem, aku takut menjadi 'tertuduh'
terlibat menghabiskan 1 toples kue mahal
Nyonya rumah, santun berkata "namanya
siapa Sayang? toplesnya taro sini aja yaa...biar nggak jatuh", nyonya
berusaha 'meminta' toples kaca itu agar dikembalikan ke meja. Menurutku ini
'kode' kalo dia keberatan dengan adab si Boy. Boy menolak. Tangannya tetap
mengeruk kue yang udah abis nyaris separo. Mereka juga gak akrab kayaknya,
buktinya nyonya rumah aja gak tau nama si anak.
"Dibagi dong teman-temannya, itu belum
kebagian," kata si nyonya lagi menunjuk ke anak-anakku. "Nggak
mau!" Jawab Boy,
Lama kemudian.
"Mau coba ini?" Nyonya rumah
membuka toples astor. Sepertinya berusaha menawarkan alternatif agar gak hanya
nastar jambu yang dimakan si Boy.
"Nggak mau," jawab si Boy lagi,
berteriak.
"Boy suka banget sama nastar
yaa," tutur nyonya rumah, suaranya tenang.
"Oiya... bisa abis setoples dia,"
sahut sang ayah. Si ibu mendongak sedikit dari HP. "Dia sukanya nastar
sama sagu keju, bisa setoples sekali duduk abis, tapi kalo kastengel, sebiji
pun dia lepeh, gak suka," kata si ibu tersenyum, lalu kembali ke HP.
Entah mengapa...aku menjadi gak nyaman.
Pertama, aku liat di meja ini hanya ada 4 toples kue yang terlihat baru saja
dibuka. Dan kalo 1 tamu menghabiskan 1 toples kue, gimana tamu-tamu berikutnya?
Dia nggak mengadakan open house
besar-besaran. Bisa jadi stok kuenya juga gak banyak. Kehidupan mereka
'terlihat' juga gak berlebihan.
Selain itu, tau kan ya semahal apa harga
kue kering lebaran? Setoples itu bisa jadi 90ribuan. Belum tentu masih ada stok
di belakang.
Aku beberapa kali menangkap mata nyonya
rumah gelisah melirik ke si Boy. Dia berusaha ramah maksimal dengan membukakan
astor, kripik pisang coklat dan kerupuk udang. Tapi Boy gak peduli, pun ayah
ibunya, nastar itu sekarang bersisa sepertiga. Aku gak tau lanjutannya. Karena
kami pamit duluan.
Menurutku, sangat penting mengajarkan adab
bertamu pada anak-anak. Apa yang boleh dan tak boleh.
Di rumah sendiri, anak-anak boleh saja
memakan apa saja sampai abis, Tapi kalo di rumah orang gak boleh begitu.
Tamu orang rumah, gak hanya kita saja. Ini
penting dikasih tau ke anak-anak, agar mereka gak egois.
Harga kue itu mahal. Gak semua orang bisa bikin
kue. Banyak yang beli. Kalo diitung sebutir nastar itu harganya bisa 3ribu.
Jadi bisa ajarkan anak-anak kalo makan kue di rumah orang, gak boleh banyak.
Maksimal 2 atau 3 butir saja per jenis kue. Kalo bisa pun hanya makan maksimal
2 jenis kue saja.
Nah, kadang anak gak patuh, jadi 'rakus'
saat di rumah orang, bisa jadi karena mereka memang lapar. Jadi penting banget
memastikan perut anak udah terisi saat mau bertamu ke rumah orang, antisipasi
kemacetan dengan bawa cemilan. Jadi sampai di rumah orang, anak tidak dalam
kondisi lapar. anak-anak lebih gampang 'ditaklukkan' saat mereka tidak lapar.
Percayalah!
Saat ke rumah nenek atau Bu De atau tante,
atau saudara yang bener-bener deket dan akrab, di mana kedatangan kita memang
sangat mereka nantikan dan mereka memang udah prepare banget menyambut kita,
tentu boleh agak lentur. Misal saat kami ke rumah kakak kandungku. Memang hanya
kami saudara kandung mereka di kota ini. Jadi bolehlah agak santai, makan
ketupat nambah, pake rendang, opor, telur, kue-kue, dll.
Tapi kalo bertamu ke rumah orang, jelas
harus ada ADAB yang dikenalkan ke anak. Kalo anak belum mau mengerti, maka
jadilah orangtua yang tau diri.
Misal, bertamu jangan kelamaan, ajak anak
ngobrol, liat udara luar, atau berinteraksi dengan tamu lain. Anak-anak kan
gampang akrab sama teman baru, jadi ajak main sama teman baru sehingga si anak
nggak melulu fokus ke menghabiskan kue tuan rumah. Saat bertamu pun, cobalah
paksakan diri untuk TIDAK MELIHAT HP. fokuslah pada hidup yang nyata, jangan
malah mengurus yang maya tapi mengabaikan yang nyata.
Begitu pun saat anak ke toilet, kalo masih
kecil, walaupun anak udah biasa ke toilet sendiri di rumah, saat di rumah
orang, tetap temenin.
Toilet kan beda-beda. Aku pernah nemuin
anak yang nggak menyiram abis pake toilet, sementara ibunya main HP.
Aku suruh siram, "nggak ada
gayung," jawab si anak.
Kemungkinan di rumah dia biasa pake toilet
jongkok dengan siram manual. Jadi saat menemukan toilet duduk dengan pencetan
siraman, dia nggak ngerti. Jadilah dia meninggalkan toilet dengan kondisi
kotor.
Memang yaa...saat bertamu ke rumah orang
membawa anak-anak, kita harus selalu 'menimbang rasa' ke tuan rumah. Jangan
terlalu berharap bisa ngobrol-ngobrol seru tanpa batas, sementara anak-anak
juga bebas lepas. Jangan!
Tetap waspada. Pasang mata telinga
mengawasi anak-anak kita. Jangan sampai
menimbulkan ketidaknyamanan pada tuan rumah.
Kalo ada tuan/nyonya rumah yang memberikan
kode agar beralih ke kue lain, jangan dibilang pelit. Cobalah memahami posisi
mereka.
Tamu mereka bisa jadi banyak yang mau
datang setelah kita...Stok kue dan makanan mereka mungkin gak banyak. Kondisi keuangan mereka mungkin sedang tak
bagus untuk membuat/membeli kue dalam jumlah banyak..
Mereka bisa jadi sedang menunggu tamu yang
istimewa di hati mereka, misal kakak/adik kandung dan mereka juga ingin kue-kue
enak ini dicicipi oleh orang kesayangan mereka..
Intinya... adab! Adab! Adab!
Kalau anak belum mengerti, kita orangtua
kan udah tua, kita yang harus mengerti. Jangan membiarkan anak sesuka dia
dengan kalimat "namanya juga anak-anak" . Kemudahan dengan
menelantarkan adab, bisa jadi kelak inilah yang akan menyulitkan masa depan
anak.
Selamat bersilaturahhim. Jangan lupa
sematkan ADAB dimanapun!
Note:
saat kita jadi tuan rumah, muliakan tamu, ikhlaslah. Saat kita jadi tamu, tau dirilah
#menimbangrasa
(Fitra
Wilis Masril)
https://web.facebook.com/fitra.wilis.9/posts/2204029992966062
Tidak ada komentar:
Posting Komentar