Rabu, 09 Juni 2021

MISKIN LITERASI

 

Kadang saya malu kalau baca jurnal penelitian dari luar negeri soal-soal media social (medsos). Hasil penelitian menyebutkan bahwa medsos di Indonesia salah satu medsos paling berisik di dunia.  Lebih 15rb tweet dan update status per detik.  Tapi sayang, kebanyakan adalah berita hoax dan fraud. Alias medsos di Indonesia salah satu yang paling tidak sehat di dunia.

Begitu juga ketika saya baca laporan soal ranking baca negara negara di dunia. Indonesia ada di urutan bawah. Negara yang warganya rajin baca itu justru Cina, Rusia, dan Spanyol. Negara yang mayoritas bukan Muslim. Indonesia ada di urutan ke 125 dari 198 negara yang disurvei.

Kalau kita baca lagi laporan penjualan rokok dan buku di Indonesia misalnya, penjualan rokok rata-rata di di Indonesia angkanya sampai 5T per tahun.  Sedangkan belanja buku masyarakat hanya 7M saja per tahun.  Lebih hobi merokok daripada membaca.  Yang bikin saya sedih bukan soal Indonesia saja.  Tapi soal bahwa Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia. Tapi budaya baca buku di Indonesia sangat rendah. Padahal agama Islam perintah pertamanya adalah membaca.

Inilah salah satu sebab di Indonesia kenapa rakyat mudah di adu domba.  Mudah disulut dan mudah dikomporin. Karena literasi sangat rendah apalagi di media sosial.  Pembelahan di masyarakat mudah sekali disulut, karena media sendiri di Indonesia juga tidak mendidik.  Malah berat sebelah. Tidak mencerdaskan.

Kita punya penduduk seperempat miliar lebih, makanya jika Indonesia tidak sehat akan ikut tidak menyehatkan dunia. Karena kita masuk negera negara dengan jumlah penduduk besar di dunia. Sebaliknya jika Indonesia sehat, maka akan ikut menyehatkan dunia.  Inilah mengapa saya pribadi terus berupaya agar rakyat kita cerdas  bukan ribut ikut-ikutan.  Karena salah satu syarat agar negara ini naik kelas kedepannya dan mampu bersaing dengan negara besar lain adalah rakyat kita harus naik kualitas bacanya, kualitas konsumsi informasi, kualitas ilmu filter media dst dst.

Ini semua berat, butuh proses yang panjang dan tidak akan mudah. Karena inilah faktanya bahwa setiap ada masalah di dunia global, maka negara kelas tiga di dunia semacam Indonesia akan selalu menjadi korban imbasnya. Efek kita bukan pemain utama dunia saat ini.  Kadang, banjir dan melimpah nya informasi seperti zaman sekarang ini tidak jadi jaminan akan membuat kualitas sebuah negara akan lebih bagus jika tidak diikuti dengan kayanya literasi kita semua.  Wallahu alam.

(Tengku Zulkifli Usman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar