Sabtu, 22 September 2012

KEANEKARAGAMAN HAYATI


      Keanekaragaman hayati atau biodiversity adalah kata yang belum lama diperkenalkan oleh pakar yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup.  Kata ini kemudian menjadi lebih mempunyai makna setelah E.O Wilson memperkenalkannya tahun 1989.  Perkembangan selanjutnya, kata ini kemudian menjadi sangat populer dan dipakai bukan saja oleh ahli lingkungan tetapi juga oleh peneliti, pemerhati lingkungan, penyandang dana, pendidik, ahli sosial, ekonomi, pengambil kebijakan.
Defenisi mengenai keanekaragaman hayati cukup banyak, salah satu  di antaranya, yaitu menurut WWF (1989) ”kekayaan hidup di bumi, jutaan tumbuhan, hewan, mikroorganisme, genetika yang dikandungnya, dan ekosistem yang dibangunnya menjadi lingkungan hidup.  Defenisi tersebut mencakup tiga tingkatan keanekaragaman hayati, yaitu:
  1. Tingkatan spesies: mencakup seluruh organisme di muka bumi, mulai dari bakteria dan protista, hingga tumbuhan, hewan serta jamur.
  2. Tingkatan genetik: mencakup variasi genetik di dalam spesies, di antara populasi yang terpisah secara geografis dan di antara individu di dalam suatu populasi. 
  3. Tingkatan komunitas: dimana spesies hidup, dan ekosistem dimana komunitas berada, serta interaksi pada antar tingkatan tersebut.
Setiap tingkatan biologi tersebut mempunyai arti penting bagi keberlangsungan spesies dan komunitas alami.  Keanekaragaman spesies, menyediakan sumber daya dan alternatifnya.  Misalnya hutan tropis dengan banyaknya jenisnya, mengasilkan sejumlah besar hasil tumbuhan dan hewan yang bisa digunakan sebagai sumber makanan, tempat bernaung dan obat-obatan.   Keanekaragaman genetik diperlukan oleh setiap spesies untuk menjaga vitalitas reproduksi, ketahanan terhadap penyakit, dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan kondisi lingkungan.  Keanekaragaman genetik pada tumbuhan dan hewan memiliki nilai tertentu bagi program pengembangbiakan yang bertujuan memelihara dan memperbaiki spesies peternakan dan pertanian moderen.  Komunitas biologi yang ditemukan di padang pasir, padang rumput, lahan basah dan hutan secara alami mendukung kelanjutan pada ekosistem yang menyediakan kontrol terhadap  banjir, perlindungan dari erosi tanah, serta penyaringan udara dan air.
Sejarah dan Biogeografi
Dari keadaan flora dan fauna Indonesia terdapat berbagai perbedaan dan pada berbagai wilayah terdapat jenis-jenis flora dan fauna unik dan memiliki ciri khas tersendiri, berbeda-beda, dan seringkali tidak terdapat pada daerah lainnya.  Hal tersebut disebabkan karena proses geologi dan iklim dibumi kita yg terus berubah.
Ternyata, dalam kurun waktu jutaan tahun, sebaran maupun letak daratan dan lautan selalu mengalami pergeseran dan pergerakan.  Untuk memahami peristiwa geologi ini maka perlu diperhatikan terlebih dahulu struktur planet bumi yang terdiri atas kerak bumi, mantel bumi, dan inti bumi.  Kerak bumi (setebal 36 km) membungkus mantel bumi (setebal 3.000 km), sementara mantel bumi itu sendiri berupa cairan pekat serta panas yang terus bergolak, yang mengelilingi inti bumi (setebal 3.300 km).
Kerak bumi tersusun atas lempengan-lempengan yang terpecah-terpecah serta memiliki tebal yang tidak merata dan dikenal dengan istilah “plate crusts” (lempeng-kerak).  Lempeng-lempeng yang tebal biasanya membentuk lempeng benua yang mencuat ke atas permukaan laut. Lempeng yang tipis, namun bersifat relatif padat, biasanya membentuk lempeng lautan yang terbenam di lautan yang paling dalam.
Lempeng-lempeng yang terdapat pada kerak bumi tersebut terus “berlayar” di atas mantel bumi seperti bongkahan-bongkahan es yang terapung di kutub dan saling berbenturan satu sama lain, seringkali lempengan tersebut saling menghimpit sehingga letak maupun tinggi daratan dan lautan di bumi ini selalu berubah, saat ini di bumi kita ini terdapat delapan lempengan kerak (benua dan lautan).
Oleh karena permukaan serta ketinggian daratan dan lautan selalu berubah, hal tersebut berdampak pada iklim yang juga turut berubah-ubah.  Sebagai gambaran di zaman Pleistosen (100.000-1,5 juta tahun) suhu utama di bumi telah mengalami perubahan sebanyak 20 kali.  Dimasa yang amat dingin tersebut, es telah menutupi benua-benua, air laut membeku sehingga permukaan air laut di daerah tropis jauh lebih rendah dari permukaan pada masa sekarang.  Pada zaman es terakhir dimasa Pleistosen, 18.000 tahun yang lalu, permukaan air laut di daerah tropis turun hingga mencapai 120 m.
Pada masa Pleistosen inilah beberapa ahli memperkirakan bahwa pernah terjadi hubungan “land bridge” antara  beberapa pulau di Indonesia yang memungkinkan berlangsungnya percampuran antara fauna khas asia dan fauna khas australia di pulau-pulau tersebut.  Sebagai contoh: suatu jenis babi yang khas Asia telah mencapai Sulawesi melalui Kalimantan dan akhirnya berevolusi  yang sekarang dikenal dengan babirusa, satwa endemik sulawesi.   Contoh lainnya di Sulawesi telah ditemukan empat fosil mamalia Asia yang telah punah, yaitu tiga spesies gajah (Stegodon c.f. triginicephalus yang berukuran besar, Stegodon sompoensis, dan  Elephas celebensis yang berukuran kecil) dan satu spesies babi berukuran raksasa (Celebochoerus heekerenii).
Geologi kepulauan Indonesia dan Filipina pd umumnya dan Indonesia Timur pada khususnya, termasuk paling rumit di dunia.  Sejarah pembentukan kepulauan Indonesia bermula 200 juta tahun silam. Ketika itu, didunia ini hanya terdapat dua benua berukuran raksasa, yaitu Laurasia (terdiri dari Amerika Utara, Eropa, dan sebagian besar Benua Asia) dan Gondwana (terdiri dari Antartik, Australia, India, Amerika Selatan, Selandia Baru dan Kaledonia baru serta sebagian Asia Timur dan Tenggara) di belahan bumi selatan.
Sekitar 160 juta tahun yang lalu, terjadi pelebaran dasar lautan sehingga fragmen Asia Tenggara (Sumatera, Semenanjung Malaysia, Birma, Kalimantan dan Sulawesi barat) terdorong  ke Utara, terpecah dari Australia dan Irian di ujung timur laut Gondwana.  Sejak masih bergabung dengan Gondwana sampai sekarang, fragmen Asia Tenggara tersebut selalu berada di permukaan laut, sehingga berfungsi membawa flora dan fauna khas Gondwana. Diantara waktu 160-100 juta tahun yang lampau, fragmen Asia Tenggara ini “mengapung” dan terisolasi di Samuderra Tethys, yang terletak di antara Laurasia  dan Gondwana.
Kemudian sekitar 70 tahun yang lampau, lempeng yang membawa Australia, Irian, Sulawesi Timur, Seram, Timor, dan Tanimbar terpecah dari lempeng Antartika (bagian yang tersisa dari Gondwana) dan berlayar menuju utara.  Sebagian  Australia pada awalnya berada di bawah laut, namun dalam proses pergerakannya ke utara, lempengan itu muncul ke permukaan laut dengan kecepatan 10 cm/thn.  Dari Gondwana, Australia telah membawa bentuk-bentuk  primitif satwa mamalia dan burung serta  tumbuhan berbunga.
Selanjutnya sekitar 40 juta tahun yang lampau, fragmen Asia Tenggara telah mencapai khatulistiwa.  Pada  masa itu, Indonesia bagian barat telah berada dalam posisi yang relatif sama dengan masa kini.  Ketika itu semenanjung Malaysia telah bersatu dengan Laurasia.  Pd posisi tersebut, memungkinkan perpindahan dua arah antara biota benua asia dan australia, khsususnya yang mampu melewati lautan pemisah.
Pada saat itu Australia telah bergerak jauh meninggalkan Gondwana di selatan dan berada dalam posisi cukup dekat dengan fragmen Asia Tenggara, pada  masa ini tumbuhan berbunga yang berasal dari  Gondwana telah terbawa oleh fragmen Asia Tenggara, dan kemudian tersebar ke Laurasia.  Dan setelah itu di Pulau Sulawesi terjadi pertemuan antara berbagai kuskus yang khas Gondwana dan babirusa yang khas asia, yang keduanya tiba terlebih dahulu melalui fragmen barat  Sulawesi.
Pada masa 40 juta tahun yang lalu, lempengan yang membawa benua Australia dan Irian bertumbuk dengan suatu lempengan laut (laut utara) yang menyebabkan sebagian Pulau Irian terangkat dari bawah permukaan laut sehingga menambah luas pulau tersebut. Pertumbukan yang masih berlangsung hingga kini itulah yang membentuk pegunungan tengah Irian.
Pada waktu yang hampir bersamaan lempengan Australia yang bertumbukan dengan lengkungan Banda,  mengalami subduksi (proses penghimpitan), sehingga di kawasan sekitar Pulau  Banda muncul dua  jejeran pulau-pulau yaitu jejeran pulau vulkanik dan jejeran pulau yang berasal dari lempeng benua yang terangkat.
Pertumbukan langsung antara kepingan Asia Tenggara dari Gondwana dengan Asia diperkirakan terjadi 15 juta tahun lalu.  Pd masa ini, Sulawesi Timur (yang membawa flora dan fauna khas Gondwana) menumbuk Sulawesi barat (yang telah banyak terdapat biota Laurasia).  Seperti tombak yang mematahkan  sasarannya di bagian tengah, tumbukan itu membuat Sulawesi Barat berputar sedemikian sehingga bagian utara Pulau Sulawesi berputar 90 derajat searah jarum jam. Inilah asal muasal bentuk Sulawesi  yang mirip huruf “K”.
Hasil kerja geologi tersebut, menyebabkan Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang unik, yang ditandai oleh :
      Adanya fauna bertipe Oriental, Australis dan peralihan
      Memiliki tumbuhan (Flora) bertipe Malesiana
      Memiliki hewan dan tumbuhan yang endemik
      Memiliki hewan dan tumbuhan yang langka
Ciri-ciri Daerah Oriental
      Mamalia berukuran besar.Misalnya : gajah Sumatra (Elephas maximus sumatrensis), banteng (Bos sondaicus), harimau sumatra (Panthera tigris sondaicus)
      Banyak jenis primata.Misalnya : orang utan sumatra (Pongo pygmaeus obelii), orang utan kalimantan (Pongo pygmaeus pygmaeus), kera (Macaca fascicularis)
   Warna bulu burung kurang menarik dan tidak beragam, misalnya : burung Rangkong (Rhinoplax vigil), murai (Myophoneus sp)
Ciri Hewan Daerah Australis
      Mamalia berukuran lebih Kecil.
      Memiliki mamalia berkantong. Misalnya walabi kecil (Dorcopsulus)vanheurni), walabi semak (Thylogale bruijni), kanguru pohon (Dendrolagus ursinus)
      Warna bulu burung lebih menarik dan beragam.  Misalnya burung cendrawasih (Paradisaea minor), burung kasuari (Casuarius casuarius)
Ciri Hewan Daerah Peralihan
Pada daerah peralihan atau transisi Oriental-Australis (Sulawesi dan Nusa Tenggara) terdapat hewan-hewan dengan ciri khas tersendiri. Misalnya : komodo (Varanus komodoensis) di Pulau Komodo (NTT), babi rusa (Babyrousa babyrussa), anoa (Bubalus depressicornis), dan burung maleo (Macrocephalon maleo) di Sulawesi
( Dari berbagai sumber)
Pertemuan Pertama, Kuliah Keanekaragaman Hayati.

16 komentar:

  1. Abd. Karar L 131 10 380
    keanekaragaman hayati biasanya menyangkut ttg mahluk hidup. keanekaragaman mahluk hidup apakah sama dgn kehati?

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya, sama. istilah keanekaragaman hayati merupakan istilah yg belum lama diperkenalkan, intinya istilah tsb merupakan istilah lain dari keanekaragaman mahluk hidup.

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  3. ASS.I MADE ISMAIL LOSE L 131 10 022

    Yang ingin saya tnyakan,bgmn proses perpindahan dan penyebaran floranya......trimss

    BalasHapus
    Balasan
    1. secara umum proses penyebaran terbagi atas 2 yaitu penyebaran aktif dan penyebaran pasif. Klu tumbuhan(flora) termasuk dalam kategori penyebaran pasif, karena memerlukan bantuan dari luar, mis. angin, air, dan manusia. Klu proses penyebarannya pada zaman dahulu, dimana proses pergeseran dan pemindahan daratan masih berlangsung, proses penyebarannya mengikuti proses pergeseran tsb. Ada beberapa fragmen yg selalu berada di atas permukaan laut, sehingga flora di atasnya ikut menyebar bersama fragmen tsb, kemudian ada fragmen yg terpecah dari fragmen induknya kemudian bergabung dgn fragmen lain. Sehingga penyebaran dan pengabungan fragmen, otomatis juga menyebarkan dan menggabungkan flora yg terdapat pd masing2 fragmen.
      Sy kutip kembali materi sebelumnya sbg contoh: "Sekitar 160 juta tahun yang lalu, terjadi pelebaran dasar lautan sehingga fragmen Asia Tenggara (Sumatera, Semenanjung Malaysia, Birma, Kalimantan dan Sulawesi barat) terdorong ke Utara, terpecah dari Australia dan Irian di ujung timur laut Gondwana. Sejak masih bergabung dengan Gondwana sampai sekarang, fragmen Asia Tenggara tersebut selalu berada di permukaan laut, sehingga berfungsi membawa flora dan fauna khas Gondwana." Utk saat sekarang, penyebarannya lebih banyak disebabkan oleh air, angin dan manusia.

      Hapus
  4. Febriyanti Sali T. L 131 10 349
    dari yang saya ketahui, Setiap individu itu memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda-beda sehingga menunjukkan adanya keanekaragaman makhluk hidup di Bumi ini. Keanekaragaman makhluk hidup yang ada di Bumi ini disebut sebagai keanekaragaman hayati.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama seperti jawaban utk Karar, ya bisa dikatakan demikian, cuma beda istilah saja,tapi pada prinsipnya sama. Keanekaragaman mahluk hidup = keanekaragaman hayati, cuma istilah keanekaragaman hayati baru diperkenalkan belakangan.

      Hapus
    2. bagaimn keanekaragaman hayati dalam hutan bila terjadi tebang habis
      moh.rizal l131 10 008

      Hapus
    3. Klu hutan ditebang habis, bisa dipastikan sebagian besar keanekaragaman hayati akan hilang. Karena hutan merupakan salah satu wadah utama yg berfungsi sbg tempat hidup sebagian besar keanekaragaman hayati. Selain itu hutan jg termasuk dlm keanekaragaman tingkat komunitas.

      Hapus
  5. muliyanti L 131 10 323

    1. distribusi apa saja yang paling tersangkutpautkan dengan keanekaragaman hayati??

    2. apakah biogeografi sangat berperan penting dalam keanekaragaman hayati???
    mengapa demikian???

    BalasHapus
    Balasan
    1. 2. sangat penting karena biogeografi dalam keanekaragaman hayati mempunyai nilai tersendiri dalam mengartikan atau membantu untuk menjaga keanekaragaman hayati.

      moh. rizal
      l 131 10 008

      Hapus
  6. Oleh karena permukaan serta ketinggian daratan dan lautan selalu berubah, hal tersebut berdampak pada iklim yang juga turut berubah-ubah. Sebagai gambaran di zaman Pleistosen (100.000-1,5 juta tahun) suhu utama di bumi telah mengalami perubahan sebanyak 20 kali.
    apakah perubahan iklim tersebut dapat mempengaruhi kepunahan flora/fauna yang sbnyak 20 kali perubahaan ...???
    IGAL L 131 10 045

    BalasHapus
  7. keaneka ragaman hayati adalah tingkat variasi bentuk kehidupan.
    hbunganya dgn biogeografi adalah menjadi hubungan yg sama2 menjaga dan melestarikan hutan atau bumi.

    BalasHapus
  8. keaneka ragaman hayati adalah tingkat variasi bentuk kehidupan.
    hbunganya dgn biogeografi adalah menjadi hubungan yg sama2 menjaga dan melestarikan hutan atau bumi.

    BalasHapus
  9. apa hubungan antara SEJARAH dan BIOGEOGFRAFI dalam keanekaragaman hayati???

    BalasHapus
  10. hubugan sejarah degan biogeografi dalam keanekaragaman hayati ialah:

    sejarah merupakan proses yang terjadi dalam alam semesta yang tidak bisa terlupakan dalam kehidupan, jd sejarah sifatnya Universal jelas berhubugan dengan biogeografi dalam keanekaragaman hayati karna biogeografi adalah cabang dari biologi yang mempelajari tentang keaneka ragaman hayati berdasarkan ruang dan waktu. Cabang keilmuan ini bertujuan untuk mengungkapkan mengenai kehidupan suatu organisme dan apa yang mempengaruhinya,Pola penyebaran spesies pada tingkatan ini dapat dijelaskan melalui gabungan faktor-faktor keturunan seperti spesifikasi, kepunahan, yang berhubungan juga dengan tinggi dari permukaan laut, jalur sungai dan hal-hal terkait, serta ktersediaan sumber daya alam.
    jadi menurut saya seperti itu pak.
    IGAL L I31 10 045

    BalasHapus