Tumbuhan mengikuti aturan yang diatur dalam International Code of Nomenclature for algae, fungi, and plants (ICN), sedangkan hewan, termasuk burung, mengikuti International Code of Zoological Nomenclature (ICZN). Kedua kode ini berkembang secara terpisah dalam tradisi botani dan zoologi, sehingga menghasilkan perbedaan bentuk dan struktur nama-nama taksonomi. Dalam konteks tumbuhan, akhiran -ceae berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak feminin dan secara harfiah berarti "keluarga dari" atau "kelompok yang termasuk dalam." Nama-nama famili tumbuhan biasanya dibentuk dari nama genus utama yang mewakili kelompok tersebut, lalu ditambahkan akhiran -ceae. Sebagai contoh, nama Poaceae berasal dari genus Poa, yang menunjukkan bahwa famili tersebut mencakup semua spesies yang terkait erat dengan genus tersebut.
Sementara
itu, akhiran -idae dalam zoologi berasal dari bahasa Yunani, khususnya dari
bentuk jamak maskulin -idai, yang memiliki arti "keturunan dari" atau
"anak-anak dari." Prinsip pembentukan nama famili dalam zoologi juga
mengikuti nama genus utama yang menjadi representasi kelompok, lalu ditambahkan
akhiran -idae. Misalnya, Strigidae merupakan nama famili burung hantu sejati,
yang didasarkan pada genus Strix. Dengan demikian, nama famili ini menyiratkan
bahwa anggotanya merupakan keturunan atau kelompok yang berkaitan erat dengan
genus Strix.
Meskipun
akhiran -ceae dan -idae tidak digunakan dalam sistem penamaan binomial yang
hanya berlaku pada tingkat spesies, keduanya merupakan bagian dari sistem
taksonomi Linnaean yang lebih luas. Sistem binomial, seperti Oryza sativa
untuk padi atau Haliaeetus leucogaster untuk elang laut perut putih,
terdiri atas dua kata: nama genus dan epitet spesifik. Di atas tingkat spesies,
sistem taksonomi mencakup tingkatan seperti genus, famili, ordo, hingga
kingdom, dan di sinilah akhiran seperti -ceae dan -idae berperan penting dalam
menunjukkan posisi taksonomi suatu organisme dalam hierarki tersebut.
Hal
menarik lainnya yang sering menimbulkan pertanyaan adalah mengapa nama ilmiah
burung kadang terdiri dari tiga kata, seperti Cacatua sulphurea sulphurea,
sedangkan nama tumbuhan umumnya hanya terdiri dari dua kata, seperti Oryza
sativa. Perbedaan ini berkaitan dengan penerapan sistem penamaan
subspesies. Dalam zoologi, termasuk dalam studi burung, penggunaan nama tiga
kata atau sistem trinomial merupakan hal yang lazim untuk menunjukkan taksonomi
di bawah tingkat spesies. Kata ketiga dalam nama ilmiah seperti Cacatua
sulphurea sulphurea menandakan bahwa individu tersebut merupakan bagian
dari subspesies tertentu dalam spesies Cacatua sulphurea. Penggunaan
subspesies sangat penting dalam zoologi karena banyak hewan menunjukkan variasi
geografis atau morfologis yang signifikan, meskipun belum cukup berbeda untuk
dikategorikan sebagai spesies yang terpisah. Misalnya, subspesies kakatua-kecil
jambul-kuning di Sulawesi berbeda dari subspesies di Sumba, baik dari segi
distribusi maupun penampilan fisik, sehingga penting untuk dibedakan secara
ilmiah.
Sebaliknya,
dalam botani, sistem klasifikasi subspesifik seperti subspesies, varietas, atau
forma juga dikenal dan diatur oleh ICN, tetapi penggunaannya tidak seumum dalam
zoologi. Nama ilmiah seperti Oryza sativa subsp. indica atau Brassica
oleracea var. capitata memang menunjukkan tingkatan taksonomi di
bawah spesies, namun dalam praktik sehari-hari atau dalam penyebutan umum,
cukup dua kata pertama yang digunakan. Hal ini karena dalam botani, perbedaan
antarvarietas atau subspesies sering kali dianggap kurang signifikan di luar
konteks pertanian atau penelitian sistematis, sehingga tidak selalu dicantumkan
dalam penamaan umum.
Dengan
demikian, struktur nama ilmiah yang terdiri dari dua atau tiga kata tidak
mencerminkan sistem yang berbeda, melainkan perbedaan dalam praktik dan
kebutuhan masing-masing disiplin ilmu. Zoologi lebih sering menuliskan nama
subspesies karena berkaitan erat dengan studi tentang variasi geografis,
konservasi, dan evolusi. Sementara dalam botani, meskipun tingkatan subspesifik
diakui, penamaannya cenderung disederhanakan dalam pemakaian umum. Semua ini
menunjukkan bahwa di balik susunan nama ilmiah yang tampak sederhana, terdapat
prinsip-prinsip taksonomi yang kompleks, serta pertimbangan historis, ilmiah,
dan praktis yang membentuk tradisi dalam dunia botani dan zoologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar