Penelitian terbaru dari Lab Cornell of
Ornithology di New York memperkirakan 600 juta burung di Amerika Serikat (AS)
mati setiap tahun setelah menabrak gedung-gedung tinggi. Namun yang menarik,
peneliti menemukan semakin ke sini ukuran burung yang terbang tersebut semakin
kecil atau menyusut.
Selama 40 tahun terakhir, para ilmuwan dan
sukarelawan dari Chicago's Field Museum telah mengumpulkan ribuan burung yang
jatuh di luar gedung kaca kekar dan gedung pencakar langit di sekitarnya. Dave Willard, manajer koleksi museum,
mengambil sendiri untuk mengukur masing-masing hewan yang mati dan menyimpannya
di katalog data di buku besar.
Sekarang, para ilmuwan telah menganalisis
dataset Willard yang sangat rinci dalam sebuah penelitian yang diterbitkan
minggu ini di Ecology Letters. Dilansir Discovery, Sabtu (7/12), penelitian
menunjukkan bahwa selama empat dekade terakhir, ukurna burung yang bermigrasi
telah menyusut. Perubahan yang menurut penulis adalah hasil dari perubahan
iklim.
Pada 1978, Willard pertama kali mendengar
tentang burung-burung yang menghantam McCormick Place, yang terletak lebih dari
satu mil dari Field Museum. Suatu pagi, dia berjalan di sekitar gedung untuk
menemukan beberapa burung mati tergeletak di tanah.
Sejak itu, Willard dan sukarelawan lainnya
telah mengumpulkan lebih dari 100 ribu burung mati. Dan Willard meluangkan
waktu untuk mengukur setiap spesimen individu dengan saksama, mencatat panjang
paruh, kaki, dan sayap hewan dengan kaliper (instrumen presisi untuk mengukur
benda-benda kecil) dan massa mereka dengan skala. Dia kemudian menuliskan semua
hasilnya di sebuah buku besar dengan tulisan tangan.
Awalnya, kata Willard, idenya adalah untuk
melihat apakah pola cuaca yang berbeda berdampak pada beragam spesies yang
memulai perjalanan epik lintas benua dari tahun ke tahun. Tetapi ketika para
ilmuwan melihat besarnya jumlah burung yang bertabrakan dengan bangunan kota,
mereka menyadari potensi untuk mempelajari apakah perubahan signifikan secara
statistik benar-benar terjadi.
"Saya seorang penghasil data yang
lebih baik daripada sebagai seorang penganalisa data. Dan perubahannya cukup
kecil sehingga kita tidak bisa melihatnya," kata Willard.
Dalam studi tersebut, sebuah tim ilmuwan dari
University of Michigan menganalisis pengukuran dari 70.716 unggas mati dari 52
spesies, seperti thrush, burung pipit dan warblers, yang telah dikumpulkan
antara tahun 1978 hingga 2016.
Mereka menemukan bahwa semuanya mengalami
penurunan dalam ukuran tubuh keseluruhan, dengan penurunan signifikan secara
statistik pada 49 spesies. Panjang tarsus, atau tulang kaki bagian bawah,
misalnya, menyusut 2,4 persen.
"Yang kami akhirnya sadari adalah
seberapa konsisten tren itu pada spesies yang berbeda," kata Ben Winger,
penulis senior studi dan ahli biologi di University of Michigan.
Pada saat yang sama, panjang sayap burung
menunjukkan peningkatan rata-rata 1,3 persen. Para ilmuwan menemukan bahwa
spesies dengan penurunan ukuran tubuh tercepat juga memiliki perolehan sayap
tercepat selama jangka waktu 40 tahun.
Tim peneliti menyatakan bahwa ukuran burung
yang menyusut kemungkinan merupakan respons terhadap pemanasan suhu global. Di
dalam spesies tertentu, jelas Winger, individu yang hidup di daerah beriklim
dingin biasanya lebih besar daripada yang ditemukan di daerah yang lebih
hangat.
"Karena ini adalah pola yang telah
dikenali orang selama lebih dari 150 tahun, sudah diprediksi bahwa kita akan
mulai melihat hal ini seiring waktu ketika iklim menghangat," kata Winger.
Singkatnya, tubuh yang lebih besar membantu
hewan tetap hangat di iklim dingin, sementara makhluk yang lebih kecil menahan
lebih sedikit panas. Sementara itu, rentang sayap burung yang meningkat mungkin
merupakan adaptasi yang memungkinkan mereka melanjutkan perjalanan lintas benua
musiman mereka, bahkan dengan tubuh yang lebih kecil yang menghasilkan lebih
sedikit energi.
Tetapi Winger juga mencatat bahwa burung
yang berkembang di sarang pada suhu yang lebih hangat cenderung memiliki tubuh
yang lebih kecil saat dewasa. Para ilmuwan mengatakan bahwa analisis lebih
lanjut diperlukan untuk mengetahui apakah burung yang menyusut benar-benar
berevolusi untuk beradaptasi dengan tekanan perubahan iklim atau menjalani
respons perkembangan cairan, seperti bayi, terhadap suhu yang lebih panas.
(Idealisa
Masyrafina/Gita Amanda)
https://trendtek.republika.co.id/berita/q25c46423/ukuran-burung-menyusut-akibat-perubahan-iklim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar