Di tengah konflik perang saudara Somalia, seorang ibu muda yang trauma karena suaminya menjadi korban keganasan perang memutuskan untuk mengungsi dari negerinya dan membawa serta tiga orang putranya. Ibu muda yang cukup terpelajar dan mampu dengan baik berbahasa Inggris ini akhirnya dapat tinggal dan bekerja sebagai pekerja rumah tangga di Inggris. Ketika si sulung – panggil saja Karim - sudah mulai beranjak dewasa, dia ingin meringankan beban berat yang ditanggung ibunya dengan cara bekerja sebagai tukar semir sepatu di sebuah stasiun kereta bawah tanah di pusat kota London.
Setiap hari dia menyerahkan seluruh
penghasilannya keibunya untuk dikelola bersama, sehingga mereka semua bisa
survive di kota yang terkenal mahalnya biaya hidup tersebut. Penghasilan mereka
selalu habis untuk kebutuhan makan, menyewa flat sederhana dan membeli baju
hangat agar tidak kedinginan di musim dingin.
Suatu hari Karim ingin mencoba sesekali
makan enak di restoran yang hampir setiap hari dilaluinya ketika berangkat bekerja.
Maka sepulang kerja, lengkap dengan tas kotak semir sepatunya – dia masuk
restoran yang selama ini hanya bisa dia bayangkan rasa masakannya.