Seperti angin membadai. Kau tak melihatnya. Kau
merasakannya. Merasakan kerjanya saat ia memindahkan gunung pasir di tengah
gurun. Atau merangsang amuk gelombang di laut lepas. Atau meluluhlantakkan
bangunan-bangunan angkuh di pusat kota metropolitan. Begitulah cinta. Ia
ditakdirkan jadi kata tanpa benda. Tak terlihat. Hanya terasa. Tapi dahsyat.
Seperti banjir menderas. Kau tak kuasa mencegahnya.
Kau hanya bisa ternganga ketika ia meluapi sungai-sungai, menjamah seluruh
permukaan bumi, menyeret semua benda angkuh yang bertahan di hadapannya. Dalam
sekejap ia menguasai bumi dan merengkuhnya dalam kelembutannya. Setelah itu ia
kembali tenang: seperti seekor harimau kenyang yang terlelap tenang.
Demikianlah cinta. Ia ditakdirkan jadi makna paling santun yang menyimpan
kekuasaan besar.