Kawasan
pusat perkotaan Palu
merupakan sebuah kawasan habitat burung yang juga memiliki ciri khas yang lebih
spesifik dibanding dengan habitat burung lain di Lembah Palu. Karena umumnya burung yang menghuni kawasan
ini adalah jenis-jenis
burung tertentu saja. Yaitu jenis burung
yang mampu beradaptasi terhadap vegetasi yang terbentuk di perkotaan serta
kondisi perkotaan, yang ramai dihuni manusia dan hilir mudiknya kendaraan. Hal ini menyebabkan pada umumnya burung di
kawasan ini memiliki keanekaragaman jenis yang rendah dibanding pada hutan atau
tempat di sekitarnya. Selain itu,
penyebab lainnya adalah vegetasi pada areal perkotaan sangat kurang menyediakan
buah sebagai
sumber
makanan burung, serta serangga yang merupakan makanan burung-burung pemakan serangga (insektivora) juga sangat sedikit
ditemukan dibanding hutan-hutan di sekitarnya.
Pada kawasan ini tercatat terdapat 45 jenis
burung, jumlah ini sudah termasuk dua jenis dari famili Rallidae
(Amaurornis phoenicurus dan Galliralus phillipensis) juga yang
ditemukan di rawa serta pertambakan garam, dan burung trinil pantai (Actitis hypoleucos) yang sering
ditemukan di pantai dan taman dekat pesisir pantai, serta burung merpati karang
(Columba livia) yang banyak
dipelihara oleh masyarakat Palu. Jumlah ini
belum termasuk 24 jenis burung-burung migran lainnya yang pernah mengunjungi
pertambakan garam di Kelurahan Talise pada musim migran burung-burung dari
Utara dan Selatan, yang masih terletak di kawasan ini.
Tabel: Daftar
jenis-jenis burung yang hidup di kawasan pusat perkotaan
No
|
Jenis burung
|
1
|
Amaurornis
phoenicurus
|
2
|
Galliralus
philippensis
|
3
|
Actitis hypoleucos
|
4
|
Streptopelia chinensis
|
5
|
Streptopelia
tranquebarica
|
6
|
Ptilinopus
melanospila
|
7
|
Treron vernans
|
8
|
Columba livia
|
9
|
Trichoglossus
ornatus
|
10
|
Loriculus stigmatus
|
11
|
Merops
superciliosus
|
12
|
Tyto rosenbergii
|
13
|
Haliastus indus
|
14
|
Falco Mollucensis
|
15
|
Caprimulgus affinis
|
16
|
Collocalia
esculenta
|
17
|
Halcyon chloris
|
18
|
Halcyon Sancta
|
19
|
Cacomantis
sepulcralis
|
20
|
Chrysococcyx sp.
|
21
|
Acrocephalus
orientalis
|
22
|
Cisticola sp.
|
23
|
Saxicola caprata
|
24
|
Lonchura pallida
|
25
|
Lonchura malacca
|
26
|
Lonchura molluca
|
27
|
Passer montanus
|
28
|
Corvus enca
|
29
|
Aplonis panayensis
|
30
|
Acridotheres
javanicus
|
31
|
Artamus
leucorhynchus
|
32
|
Hirundo tahitica
|
33
|
Lalage sueurii
|
34
|
Zosterops chloris
|
35
|
Nectarinia
jugularis
|
36
|
Nectarinia aspasia
|
37
|
Aethopygia siparaja
|
38
|
Anthreptes malacensis
|
39
|
Dicaeum celebicum
|
40
|
Porzana cinerea
|
41
|
Porzana torquatus
|
42
|
Cisticola juncidis
|
43
|
Pycnonotus goiavieri
|
44
|
Pycnonotus aurigaster
|
45
|
Milvus migrans
|
Di kawasan
pusat perkotaan sebagian besar arealnya berupa daerah terbuka karena kurangnya
penanaman jenis-jenis pohon yang tinggi pada halaman rumah dan di pinggir jalan sebagai tanaman
pelindung. Luasnya daerah yang terbuka
menyebabkan hadirnya beberapa jenis burung yang menyukai habitat terbuka
seperti padang rumput dan persawahan; jumlah populasi jenis-jenis burung ini
cukup banyak ditemukan di kawasan ini, seperti: kerak basi ramai (Acrocephalus orientalis), cici
(Cisticola sp.), decu belang (Saxicola
caprata), bondol kepala pucat (Lonchura
pallida), bondol rawa (Lonchura malacca), bondol maluku (Lonchura molluca), burung gereja (Passer montanus), cekakak sungai (Halcyon chloris), cekakak suci (Halcyon sancta), cabak kota (Caprimulgus affinis), gagak hutan (Corvus enca), jalak unggu (Acridotheres javanicus), kekep babi (Artamus leucorhynchus), kirik kirik laut
(Merops superciliosus), layang layang
batu (Hirundo tahitica), walet sapi (Colocallia esculenta), tekukur biasa (Streptopelia chinensis), dederuk merah (Streptopelia tranquebarica), alap-alap sapi (Falco mollucensis) dan elang bondol (Haliastus indus) dan serak sulawesi (Tyto rosenbergii); burung ini umum
ditemukan di pusat perkotaan. Mereka
sering berburu tikus pada atap rumah penduduk atau di sekitar halaman rumah
yang luas dan banyak ditumbuhi pohon. Di
Lembah Palu suara mereka sangat ditakuti oleh masyarakat karena menurut
kepercayaan mereka suara burung ini merupakan adanya pertanda buruk. Tetapi jenis-jenis burung yang menghuni
daerah semak-semakan (Tumbuhan berketinggian maksimal 5 meter), atau pohon-pohon
yang berketinggian 10 m. ke bawah
juga umum ditemukan, seperti; kapasan sayap putih (Lalage sueurii), burung madu sriganti (Nectarinia jugularis), madu hitam (N.aspasia), madu merah (Aethopygia
siparaja), burung madu kelapa (Anthreptes
malacensis), cabe sulawesi (Dicaeum
celebicum), kacamata laut (Zosterops
chloris), encuing (Cacomantis
sepulcralis) dan kedasih (Chrysococcyx sp.). Hal ini disebabkan karena sebagian besar
vegetasi yang terbentuk di perkotaan adalah berupa jenis semak-semakan yang
ditanam pada halaman rumah dan di tepi jalan sebagai tumbuhan pelindung. Vegetasi yang terbentuk di daerah perkotaan
umumnya berupa vegetasi buatan manusia, yaitu adanya penanaman tanaman di halaman
rumah seperti tanaman hias, produktif; sayur-sayuran, obat-obatan, buah-buahan,
dll., dan tanaman penghijauan.
Jenis-jenis yang umum ditanam penduduk pada halaman rumah adalah tanaman
hias; keladi (Caladium spp.), kembang sepatu (Hibiscus rosasenensis), dll., buah-buahan: mangga (Mangifera spp.),
pisang (Musa spp.), jambu biji (Psidium sp.) jambu air (Eugenia spp.), pepaya (Carica papaya), jembolan (Eugenia sp.),
dll., sayur-sayuran; kelor (Morina
oleifera), belimbing (Averrhoa sp.), cabe (Capsium spp.), dll, dan
obat-obatan: jahe (Zingiber officinale),
lengkuas (Langus galanga), dll. Sedang jenis-jenis tanaman yang menjadi
tanaman pelindung yang ditanam di pinggir
jalan adalah akasia (Acasia fernesiana),
johar (Cassia siamea), jembolan
(Eugenia sp.), ketapang (Terminalia
catappa), cemara (Casuarina sp.), asam (Tamarindus
indica), dan mahoni (Swietenia sp.).
Tapi, walaupun demikian di beberapa tempat di kawasan ini ditemukan juga
beberapa areal yang ditanami jenis-jenis tumbuhan yang berukuran cukup tinggi
(10 meter keatas/diatas 10 meter), walaupun relatif sangat sempit, seperti di
Taman gelanggang olah raga, jalan Sultan Hasanuddin, jalan Moh. Hatta,
serta di beberapa tempat lain yang
ditanam dalam beberapa pohon saja yang tumbuh/hidup terpencar antara pohon satu
dengan pohon lainnya. Umumnya
jenis-jenis yang ditanam di tempat tersebut adalah mahoni, serta beberapa pohon
ketapang, beringin dan johar. Adanya
pohon-pohon ini menyebabkan hadirnya beberapa jenis pohon yang menyukai relung
tajuk pada hutan di sekitarnya, seperti:
Aplonis panayensis, Trichoglossus ornatus,
dan Loriculus stigmatus. (Fachry Nur
Mallo).
sandy L 131 10 339
BalasHapusapa bisa rotan yang di sulawesi dapat di budidayakan di daerah lainnya, misalnya di sumatera dan irian yang berjenis
"calamous ecojolis becc.
ini pertanyaan yg salah kamar, tp tetap akan sy jawab. Dengan perkembangan iptek spt saat ini, hal tersebut bisa dilakukan. baik untuk hewan maupun tumbuhan.
Hapussandy L 131 10 339
BalasHapusmengenai materi keanekaragaman hayati kita belajar tentang berbagai aneka ragam flora dan fauna, yang jadi pertanyaan saya,
apakah di minat ini kita cuman mempelajari tentang beraneka ragam flora dan fauna saja ?
Utk matakuliah minat keanekaragaman hayati, secara umum kita hanya mempelajari ttg mahluk hidup saja (flora dan fauna), serta kebijakannya, baik perlindungannya maupun pemanfaatannya.
Hapus