Halaman

Minggu, 23 September 2012

BURUNG KOTA PALU



Kawasan pusat perkotaan Palu merupakan sebuah kawasan habitat burung yang juga memiliki ciri khas yang lebih spesifik dibanding dengan habitat burung lain di Lembah Palu.  Karena umumnya burung yang menghuni kawasan ini adalah jenis-jenis burung tertentu saja.  Yaitu jenis burung yang mampu beradaptasi terhadap vegetasi yang terbentuk di perkotaan serta kondisi perkotaan, yang ramai dihuni manusia dan hilir mudiknya kendaraan.  Hal ini menyebabkan pada umumnya burung di kawasan ini memiliki keanekaragaman jenis yang rendah dibanding pada hutan atau tempat di sekitarnya.  Selain itu, penyebab lainnya adalah vegetasi pada areal perkotaan sangat kurang menyediakan buah sebagai sumber makanan burung, serta serangga yang merupakan makanan burung-burung pemakan serangga (insektivora) juga sangat sedikit ditemukan dibanding hutan-hutan di sekitarnya.   

Pada kawasan ini tercatat terdapat 45 jenis burung,  jumlah ini sudah termasuk dua jenis dari famili Rallidae (Amaurornis phoenicurus dan Galliralus phillipensis) juga yang ditemukan di rawa serta pertambakan garam, dan burung trinil pantai (Actitis hypoleucos) yang sering ditemukan di pantai dan taman dekat pesisir pantai, serta burung merpati karang (Columba livia) yang banyak dipelihara oleh masyarakat Palu.  Jumlah ini belum termasuk 24 jenis burung-burung migran lainnya yang pernah mengunjungi pertambakan garam di Kelurahan Talise pada musim migran burung-burung dari Utara dan Selatan, yang masih terletak di kawasan ini. 
Tabel: Daftar jenis-jenis burung yang hidup di kawasan pusat perkotaan
No
Jenis burung
1
Amaurornis phoenicurus
2
Galliralus philippensis
3
Actitis hypoleucos
4
Streptopelia chinensis
5
Streptopelia tranquebarica
6
Ptilinopus melanospila
7
Treron vernans
8
Columba livia
9
Trichoglossus ornatus
10
Loriculus stigmatus
11
Merops superciliosus
12
Tyto rosenbergii
13
Haliastus indus
14
Falco Mollucensis
15
Caprimulgus affinis
16
Collocalia esculenta
17
Halcyon chloris
18
Halcyon Sancta
19
Cacomantis sepulcralis
20
Chrysococcyx sp.
21
Acrocephalus orientalis
22
Cisticola sp.
23
Saxicola caprata
24
Lonchura pallida
25
Lonchura malacca
26
Lonchura molluca
27
Passer montanus
28
Corvus enca
29
Aplonis panayensis
30
Acridotheres javanicus
31
Artamus leucorhynchus
32
Hirundo tahitica
33
Lalage sueurii
34
Zosterops chloris
35
Nectarinia jugularis
36
Nectarinia aspasia
37
Aethopygia siparaja
38
Anthreptes malacensis
39
Dicaeum celebicum
40
Porzana cinerea
41
Porzana torquatus
42
Cisticola juncidis
43
Pycnonotus goiavieri
44
Pycnonotus  aurigaster
45
Milvus migrans

Di kawasan pusat perkotaan sebagian besar arealnya berupa daerah terbuka karena kurangnya penanaman jenis-jenis pohon yang tinggi pada halaman rumah dan di pinggir jalan sebagai tanaman pelindung.  Luasnya daerah yang terbuka menyebabkan hadirnya beberapa jenis burung yang menyukai habitat terbuka seperti padang rumput dan persawahan; jumlah populasi jenis-jenis burung ini cukup banyak ditemukan di kawasan ini, seperti: kerak basi ramai (Acrocephalus orientalis), cici (Cisticola sp.), decu belang (Saxicola caprata), bondol kepala pucat (Lonchura pallida), bondol rawa (Lonchura malacca), bondol maluku (Lonchura molluca), burung gereja (Passer montanus), cekakak sungai (Halcyon chloris), cekakak suci (Halcyon sancta), cabak kota (Caprimulgus affinis), gagak hutan (Corvus enca), jalak unggu (Acridotheres javanicus), kekep babi (Artamus leucorhynchus), kirik kirik laut (Merops superciliosus), layang layang batu (Hirundo tahitica), walet sapi (Colocallia esculenta), tekukur biasa (Streptopelia chinensis), dederuk merah (Streptopelia tranquebarica), alap-alap sapi (Falco mollucensis) dan elang bondol (Haliastus indus) dan serak sulawesi (Tyto rosenbergii); burung ini umum ditemukan di pusat perkotaan.  Mereka sering berburu tikus pada atap rumah penduduk atau di sekitar halaman rumah yang luas dan banyak ditumbuhi pohon.  Di Lembah Palu suara mereka sangat ditakuti oleh masyarakat karena menurut kepercayaan mereka suara burung ini merupakan adanya pertanda buruk.  Tetapi jenis-jenis burung yang menghuni daerah semak-semakan (Tumbuhan berketinggian maksimal 5 meter), atau pohon-pohon yang berketinggian 10 m. ke bawah juga umum ditemukan, seperti; kapasan sayap putih (Lalage sueurii), burung madu sriganti (Nectarinia jugularis), madu hitam (N.aspasia), madu merah (Aethopygia siparaja), burung madu kelapa (Anthreptes malacensis), cabe sulawesi (Dicaeum celebicum), kacamata laut (Zosterops chloris), encuing (Cacomantis sepulcralis) dan kedasih (Chrysococcyx sp.).  Hal ini disebabkan karena sebagian besar vegetasi yang terbentuk di perkotaan adalah berupa jenis semak-semakan yang ditanam pada halaman rumah dan di tepi jalan sebagai tumbuhan pelindung.  Vegetasi yang terbentuk di daerah perkotaan umumnya berupa vegetasi buatan manusia, yaitu adanya penanaman tanaman di halaman rumah seperti tanaman hias, produktif; sayur-sayuran, obat-obatan, buah-buahan, dll., dan tanaman penghijauan.  Jenis-jenis yang umum ditanam penduduk pada halaman rumah adalah tanaman hias; keladi (Caladium spp.), kembang sepatu (Hibiscus rosasenensis), dll., buah-buahan: mangga (Mangifera spp.), pisang (Musa spp.), jambu biji (Psidium sp.) jambu air (Eugenia spp.), pepaya (Carica papaya), jembolan (Eugenia sp.), dll., sayur-sayuran; kelor (Morina oleifera), belimbing (Averrhoa sp.), cabe (Capsium spp.), dll, dan obat-obatan: jahe (Zingiber officinale), lengkuas (Langus galanga), dll.  Sedang jenis-jenis tanaman yang menjadi tanaman pelindung  yang ditanam di pinggir jalan adalah akasia (Acasia fernesiana), johar (Cassia siamea), jembolan (Eugenia sp.), ketapang (Terminalia catappa), cemara (Casuarina sp.), asam (Tamarindus indica), dan mahoni (Swietenia sp.).  Tapi, walaupun demikian di beberapa tempat di kawasan ini ditemukan juga beberapa areal yang ditanami jenis-jenis tumbuhan yang berukuran cukup tinggi (10 meter keatas/diatas 10 meter), walaupun relatif sangat sempit, seperti di Taman gelanggang olah raga, jalan Sultan Hasanuddin, jalan Moh. Hatta, serta  di beberapa tempat lain yang ditanam dalam beberapa pohon saja yang tumbuh/hidup terpencar antara pohon satu dengan pohon lainnya.  Umumnya jenis-jenis yang ditanam di tempat tersebut adalah mahoni, serta beberapa pohon ketapang, beringin dan johar.  Adanya pohon-pohon ini menyebabkan hadirnya beberapa jenis pohon yang menyukai relung tajuk pada hutan di sekitarnya, seperti: Aplonis panayensis, Trichoglossus ornatus, dan Loriculus stigmatus. (Fachry Nur Mallo).

4 komentar:

  1. sandy L 131 10 339

    apa bisa rotan yang di sulawesi dapat di budidayakan di daerah lainnya, misalnya di sumatera dan irian yang berjenis
    "calamous ecojolis becc.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini pertanyaan yg salah kamar, tp tetap akan sy jawab. Dengan perkembangan iptek spt saat ini, hal tersebut bisa dilakukan. baik untuk hewan maupun tumbuhan.

      Hapus
  2. sandy L 131 10 339

    mengenai materi keanekaragaman hayati kita belajar tentang berbagai aneka ragam flora dan fauna, yang jadi pertanyaan saya,
    apakah di minat ini kita cuman mempelajari tentang beraneka ragam flora dan fauna saja ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Utk matakuliah minat keanekaragaman hayati, secara umum kita hanya mempelajari ttg mahluk hidup saja (flora dan fauna), serta kebijakannya, baik perlindungannya maupun pemanfaatannya.

      Hapus