Semenjak Adam dan Hawa tergoda memakan
buah khuldi, manusia percaya adanya kekuatan dan godaan dalam makanan. Karena itu, dalam sejarah Barat dan Timur
cukup banyak contoh tentang tokoh-tokoh yang sakit karena godaan-godaan makan
makanan secara berlebih-lebihan.
Contohnya di Prancis Raja Louis XIV pernah sakit perut karena
santapannya yang begitu mewah.
Itulah paradoks makanan. Manusia memerlukan makanan untuk menunjang
kelangsungan hidup. Makanan bagi manusia dibutuhkan untuk membangun sel
tubuhnya dan menjaga agar tetap sehat dan berfungsi secara baik. Namun
dengan makanan pula manusia seringkali
terserang penyakit.
Ada saatnya manusia terkena bencana
karena kekurangan makanan, bahkan di negara yang kita kenal sebagai negara maju. Sejarah mencatat bahwa di Irlandia pada tahun
1846-1849, sekitar 1 juta orang mati, dan 2 juta orang mengungsi. Pasalnya, karena terjadi serangan terhadap
tanaman kentang, sehingga banyak yang kelaparan. Sedangkan di California, Amerika, pada tahun
1849 tercatat 10.000 orang mati karena terputusnya arus persedian sayur-mayur.
Saat ini di sebagian besar belahan bumi
telah terbebas dari bencana mengerikan akibat kelaparan. Di Eropa dan Amerika, pertanian modern yang
terus berkembang dan kesejahteraan makin meningkat, memungkinkan persediaan
makanan melimpah. Tapi, kemajuan yang
menghapus suatu bencana justru telah menimbulkan bahaya lain yang tak kalah
mengerikannya.
Banyak orang sekarang, merusak diri dan
kesehatannya dengan makanan yang berlebihan sehingga menimbulkan beragam
penyakit. Makan makanan secara
berlebihan merupakan faktor resiko munculnya berbagai penyakit degeneratif
seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes dan ginjal.
Sering dikatakan, ada korelasi negatif
antara panjang usia seseorang dengan panjang ikat pinggang. Artinya, semakin panjang ikat pinggang,
semakin pendek usia seseorang. Penelitian
di dunia kedokteran menunjukkan bahwa kelebihan 10%, di atas berat normal
resiko kematiannya 13%, kelebihan berat badan 20% resiko kematiannya 25%,
sedangkan kelebihan 30% menimbulkan resiko kematian 42%.
Para ahli gizi menyebutkan bahwa
kegemukan atau obesitas merupakan refleksi ketidak seimbangnan antara konsumsi
makanan dan pengeluaran energi. Ketika seseorang
mengkonsumsi makanan berlebih, namun tidak diimbangi dengan aktivitas tubuh
yang seimbang, maka terjadilah penumpukan lemak di tubuh. Menurut perkiraan, jumlah orang yang
mengalami obesitas akan terus meningkat, termasuk di Indonesia.
Manusia telah lama menyadari efek buruk
dari berlebihan makanan. Menurut ahli
sejarah Yunani, Herodotus, orang Mesir kuno sejak abad ke -5 SM setiap bulan
mengosongkan isi perut karena percaya bahwa segala penyakit berawal dari
makanan.
Banyak faktor yang mengakibatkan seseorang mengkonsumsi
makanan secara berlebih, salah satunya stres atau depresi. Banyak orang yang melampiaskan depresinya
melalui makan makanan secara berlebih.
Itulah godaan makanan. Tampaknya, sejak jaman dulu hingga kini,
manusia harus selalu berperang melawan godaan makanan. Ketika kemakmuran kian meningkat, ketika
makanan makin murah dan kian mudah mendapatkannya, ketika itulah manusia
semakin teruji untuk menahan godaan dari makanan. Karena itulah, kita patut mensyukuri
kedatangan bulan Ramadhan yang tak hanya mengajari kita untuk menahan godaan
makanan, melainkan godaan nafsu lain yang kerap menyesatkan. (Ida S.
Widayanti/suara hidayatullah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar