Dalam kehidupan di pesantren dikenal ada tradisi qailulah, yaitu tidur sekejap di siang hari. Tradisi ini umumnya merujuk kepada hadits Nabi SAW:
قيلوا فإن الشياطين لا تقيل “Tidurlah qailulah
(tidur siang) karena setan tidaklah mengambil tidur siang.” (HR Abu Nu’aim
dalam Ath-Thibb 1: 12; Akhbar Ashbahan, 1: 195, 353; 2: 69) .
Ash-shanani
dalam Subul al-Salam mengartikan qailullah istirahat di tengah hari, bahkan
sekalipun tidak sambil tiduran. Para ahli fiqih berbeda pendapat dalam menentukan
waktu siang yang dimaksudkan untuk tidur siang, ada yang mengatakan sebelum
waktu Zhuhur dan ada yang berpendapat setelah masuk waktu Zhuhur. Jika ditelusuri sabda Rasulullah di atas
merujuk kepada firman Allah SWT dalam ar-Ruum: 23 tentang keberkahan melakukan
tidur di tengah hari:
وَمِنْ آيَاتِهِ مَنَامُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَاؤُكُمْ مِنْ فَضْلِهِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ "
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan."
Selanjutnya,
dalam al-Naba: 9 Allah SWT berfirman:
وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا
“Dan
Kami jadikan tidurmu untuk istirahat.”
Sebagian mufassir memaknai subata dalam
ayat tersebut adalah beristirahat dan tenang, ada sebagian ahli bahasa
memaknainya menghentikan diri dari segala aktivitas, sehingga maksud dari ayat
tersebut bahwa tidur itu menghentikan segala gerakan dan mengistirahatkan
badan. Di kalangan Bani Israil Sabat atau hari Sabtu adalah hari
peristirahatan, sehingga mereka tidak melakukan aktivitas apa pun pada hari
itu.
Abdul Hafizh al-Haddad dalam al-I’jāz
al-Ilmi fil Quran was-Sunnah asy-Syarīfah berpendapat, dengan tidur maka
berbagai sistem tubuh istirahat sehingga bisa melakukan pemulihan agar bisa
beraktivitas kembali. Oleh karena itu,
semakin cukup seseorang tidur, semakin besar pula kemampuan tubuh untuk bisa
aktif bekerja setelahnya, sehingga bisa menjaga daya tahan tubuh dan
kesehatannya. Dalam bahasa Arab ada
peribahasa: إن أقل الناس نوماً أقصرهم عمراً، Orang yang paling
sedikit tidurnya, paling pendek umurnya.
Para ahli medis berpendapat bahwa qailulah
bisa bermanfaat jika dalam pelaksaanaannya diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1.
Pada waktu yang tepat. Diutamakan antara pukul 13.00 sampai dengan 15.00, Waktu
tersebut sering kali merupakan saat
kebanyakan orang makan siang, yaitu periode di mana kadar gula darah bisa turun
2.
Tidak dalam waktu yang lama. Tidur siang harus singkat, dan para ahli biasanya
merekomendasikan durasi tidur siang adalah 10-30 menit
3.
Di tempat yang tepat. Sebaiknya Anda tidur siang di ruangan yang cocok untuk
tidur, misalnya ruangan tersebut harus: nyaman, tenang, dan terang
Namun demikian tidur siang bisa menjadi
malapetaka, terutama jika dilakukan lebih dari satu jam, sehingga bisa
menyebabkan lemas dan kelelahan setelah bangun tidur, dan dapat menyebabkan insomnia
atau kesulitan tidur di malam hari. Dengan demikian perlu diperhatikan
beberapa persyaratan di atas.
Ada beberapa negara yang membolehkan
karyawan atau tenaga kerjanya untuk tidur siang. Spanyol memiliki tradisi
Siesta atau tidur siang yang biasanya
dilakukan di jam kerja saat musim panas. Pemerintah Spanyol berusaha melindungi
siesta sebagai aset budaya dengan membuat sebuah aturan khusus. Aturan tersebut bertujuan untuk melindungi
siesta agar tetap lestari sekaligus memastikan hak-hak warganya dalam
menjalankan siesta. Sebagai konsekuensinya, para pegawai di Spanyol yang
mengambil kesempatan Siesta harus pulang lebih telat yakni pukul 20.00.
Di Italia tradisi tidur siang ini dikenal
dengan nama Riposo, konon tradisi ini sebagai pengaruh Siesta di Spanyol. Di
Yunani dikenal dengan Mesimeri dan di Jepang dikenal dengan nama Inemuri. Menurut kebudayaan Jepang, tidur siang saat
bekerja merupakan pertanda ketekunan dan bukti bahwa seseorang telah bekerja
dengan keras hingga kelelahan. Hal ini
juga merupakan efek samping dari budaya kerja Jepang yang sangat tinggi.
Menurut pandangan ahli medis yang dimuat
dalam jurnal Thib wa Shihhah (Medis dan kesehatan), tidur siang memiliki banyak manfaat, antara
lain: meringankan beban dari kelelahan seharian,
relaksasi, peningkatan kewaspadaan dan menambah fokus dalam bekerja,
memperbaiki mood untuk bekerja, meningkatkan kemampuan mengerjakan berbagai
tugas, meningkatkan keterampilan yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang
kompleks dan meningkatkan kemampuan kreativitas, meningkatkan kesehatan jantung,
serta dapat mengurangi tingkat stres.
Sebagian ilmuwan menyarankan menjauhi kopi
di siang hari dan menggantinya dengan tidur siang singkat untuk memulihkan
energi dan fokus. Dalam suasana pandemik ini apakah qailullah atau tidur
sejenak perlu dibudayakan sehingga badan tetap bugar dan imunitas bisa tetap
terjaga? Sudah barang tentu diperlukan kajian yang lebih mendalam. Semoga kita
semua tetap sehat dan bugar. Amin.
(Prof
Syihabuddin Qalyubi*)
*Guru
besar Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar