Fenomena yang mirip dengan murmuration tidak hanya terjadi pada burung jalak, tetapi juga ditemukan pada berbagai kelompok hewan lain, terutama yang bergerak secara kolektif. Di lautan, ikan seperti sarden (Sardinops sagax), herring (Clupea harengus), dan beberapa spesies barracuda serta tuna membentuk kawanan besar yang bergerak sinkron untuk menghindari predator atau meningkatkan efisiensi berburu. Di darat, migrasi massal mamalia seperti rusa kutub (Rangifer tarandus) dan wildebeest (Connochaetes) juga menunjukkan pola gerakan koordinatif yang menyerupai gelombang yang berpola dinamis. Serangga seperti lebah madu (Apis mellifera), belalang (Schistocerca gregaria), serta beberapa spesies nyamuk dan lalat membentuk kawanan yang bergerak bersama dalam pola yang kompleks untuk navigasi atau perlindungan. Selain itu, kelelawar yang keluar dari gua dalam jumlah besar juga dapat membentuk pola pergerakan yang menyerupai murmuration.
Saat ini, fenomena murmuration pada burung jalak telah menjadi subjek penelitian yang menarik. Sebuah komunitas ilmiah yang terdiri dari para ahli biologi, insinyur, fisikawan, dan matematikawan dengan antusias bekerja sama untuk memahami dinamika gerakan kolektif ini. Penelitian tersebut bersifat interdisipliner karena memerlukan pendekatan dan teknik inovatif guna mengungkap misteri di balik pola terbang yang terkoordinasi. Selain itu, pemahaman terhadap prinsip-prinsip gerakan kolektif ini dapat dimanfaatkan dalam pengembangan teknologi, seperti perancangan gerombolan robot cerdas.
Proses terjadinya
murmuration
Setiap
tahun, antara November dan Februari, langit Eropa dihiasi dengan pertunjukan
udara yang menakjubkan saat senja. Ribuan burung jalak Eropa (Sturnus
vulgaris) berkumpul dalam kawanan besar, membentuk pola terbang yang
harmonis dan bergerak serempak seolah memiliki satu pikiran. Fenomena ini, terjadi
setiap malam menjelang matahari terbenam, ketika burung-burung ini melakukan
manuver udara yang memukau sebelum akhirnya memilih tempat untuk beristirahat.
Jumlah burung dalam kawanan ini bervariasi, mulai dari ratusan hingga puluhan
ribu individu. Uniknya, setiap burung tidak mengikuti seluruh kawanan,
melainkan hanya menyesuaikan gerakannya dengan sekitar enam hingga tujuh burung
terdekat. Pola ini memungkinkan kawanan untuk bergerak selaras tanpa pemimpin
yang jelas. Ketika ancaman muncul, seperti burung pemangsa, individu di tepi
kawanan bereaksi lebih dulu dengan mengubah arah, yang kemudian memicu
gelombang pergerakan berantai ke seluruh kelompok. Respons yang hampir seketika
ini menciptakan ilusi tarian udara yang mengalir sempurna, menjadikan murmuration
sebagai salah satu keajaiban alam yang terus memikat para ilmuwan untuk
mengungkap rahasia di baliknya.
Faktor Penyebab
![]() |
Sturnus vulgaris |
Masih Misteri
Dengan
berbagai analisa yang dikemukakan para ahli, fenomena tersebut hingga saat ini
masih menjadi misteri. Berdasarkan artikel "Murmurations" oleh Andrew
J. King dan David J.T. Sumpter, faktor-faktor penyebab terjadinya murmuration,
seperti perlindungan dari predator, transfer informasi, dan efisiensi energi,
masih dianggap sebagai hipotesis. Para penulis menyatakan bahwa alasan pasti
mengapa murmuration terjadi belum sepenuhnya dipahami, dan beberapa
teori yang ada saat ini terutama berfokus pada pengelolaan risiko predasi.
Meskipun teori-teori ini masuk akal dan didukung oleh beberapa pengamatan,
belum ada konsensus ilmiah yang definitif mengenai faktor penyebab utama dari
fenomena murmuration.
Apakah terjadi di
Indonesia?
Sayangnya,
fenomena murmuration tidak dapat disaksikan secara langsung di Indonesia
dan hanya bisa dinikmati melalui rekaman video, karena Sturnus vulgaris
tidak tersebar di wilayah ini. Di Asia, spesies ini hanya dapat ditemukan di
Asia barat daya. Secara global, Jalak Eropa (Sturnus vulgaris) berasal
dari wilayah beriklim sedang di Eropa dan Asia barat, dengan sekitar selusin
subspesies. Burung ini menetap di Eropa bagian selatan dan barat serta Asia
barat daya, sementara populasi timur lautnya bermigrasi ke selatan dan barat
saat musim dingin, termasuk ke Iberia dan Afrika Utara. Selain itu, Jalak Eropa
telah diperkenalkan ke berbagai negara seperti Australia, Selandia Baru,
Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, hingga Afrika Selatan dan Fiji, menjadikannya
salah satu spesies burung dengan penyebaran global yang luas.
(Moh. Ihsan Nur Mallo)
Sumber foto pertama: Pexels.com; foto kedua dan ketiga: Pixabay.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar