Selasa, 25 Maret 2025

MURMURATION: TARIAN UDARA SPEKTAKULER YANG TAK BISA KITA SAKSIKAN DI INDONESIA

Kehidupan burung selalu memberikan kejutan dengan keunikan pola hidupnya. Meskipun burung termasuk salah satu fauna yang paling banyak diteliti, masih banyak misteri dalam kehidupannya yang belum terungkap. Salah satu fenomena menarik yang ditunjukkan oleh burung adalah ribuan burung jalak yang berkumpul dan terbang bersama dalam pola yang tampak acak, namun sebenarnya terkoordinasi dengan indah, seolah-olah mereka menari di langit. Pemandangan ini tidak hanya memukau tetapi juga menyimpan banyak misteri. Fenomena ini dikenal sebagai murmuration. 

Fenomena yang mirip dengan murmuration tidak hanya terjadi pada burung jalak, tetapi juga ditemukan pada berbagai kelompok hewan lain, terutama yang bergerak secara kolektif. Di lautan, ikan seperti sarden (Sardinops sagax), herring (Clupea harengus), dan beberapa spesies barracuda serta tuna membentuk kawanan besar yang bergerak sinkron untuk menghindari predator atau meningkatkan efisiensi berburu. Di darat, migrasi massal mamalia seperti rusa kutub (Rangifer tarandus) dan wildebeest (Connochaetes) juga menunjukkan pola gerakan koordinatif yang menyerupai gelombang yang berpola dinamis. Serangga seperti lebah madu (Apis mellifera), belalang (Schistocerca gregaria), serta beberapa spesies nyamuk dan lalat membentuk kawanan yang bergerak bersama dalam pola yang kompleks untuk navigasi atau perlindungan. Selain itu, kelelawar yang keluar dari gua dalam jumlah besar juga dapat membentuk pola pergerakan yang menyerupai murmuration.

Saat ini, fenomena murmuration pada burung jalak telah menjadi subjek penelitian yang menarik. Sebuah komunitas ilmiah yang terdiri dari para ahli biologi, insinyur, fisikawan, dan matematikawan dengan antusias bekerja sama untuk memahami dinamika gerakan kolektif ini. Penelitian tersebut bersifat interdisipliner karena memerlukan pendekatan dan teknik inovatif guna mengungkap misteri di balik pola terbang yang terkoordinasi. Selain itu, pemahaman terhadap prinsip-prinsip gerakan kolektif ini dapat dimanfaatkan dalam pengembangan teknologi, seperti perancangan gerombolan robot cerdas.

Proses terjadinya murmuration

Setiap tahun, antara November dan Februari, langit Eropa dihiasi dengan pertunjukan udara yang menakjubkan saat senja. Ribuan burung jalak Eropa (Sturnus vulgaris) berkumpul dalam kawanan besar, membentuk pola terbang yang harmonis dan bergerak serempak seolah memiliki satu pikiran. Fenomena ini, terjadi setiap malam menjelang matahari terbenam, ketika burung-burung ini melakukan manuver udara yang memukau sebelum akhirnya memilih tempat untuk beristirahat. Jumlah burung dalam kawanan ini bervariasi, mulai dari ratusan hingga puluhan ribu individu. Uniknya, setiap burung tidak mengikuti seluruh kawanan, melainkan hanya menyesuaikan gerakannya dengan sekitar enam hingga tujuh burung terdekat. Pola ini memungkinkan kawanan untuk bergerak selaras tanpa pemimpin yang jelas. Ketika ancaman muncul, seperti burung pemangsa, individu di tepi kawanan bereaksi lebih dulu dengan mengubah arah, yang kemudian memicu gelombang pergerakan berantai ke seluruh kelompok. Respons yang hampir seketika ini menciptakan ilusi tarian udara yang mengalir sempurna, menjadikan murmuration sebagai salah satu keajaiban alam yang terus memikat para ilmuwan untuk mengungkap rahasia di baliknya.

Faktor Penyebab

Fenomena murmuration pada burung jalak Eropa (Sturnus vulgaris) dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan perlindungan, komunikasi, dan efisiensi energi. Salah satu faktor utama adalah perlindungan dari predator, sebagaimana dijelaskan dalam Selfish Herd Hypothesis, di mana berkumpul dalam kawanan besar mengurangi kemungkinan individu menjadi target serangan burung pemangsa seperti elang atau falcon. Selain itu, gerakan kolektif yang terkoordinasi membuat predator kesulitan mengunci target dan memusatkan serangan pada satu individu. Murmuration juga berfungsi sebagai mekanisme transfer informasi, di mana setiap burung secara aktif mengamati dan merespons gerakan tetangganya, memungkinkan penyebaran informasi tentang ancaman atau perubahan kondisi lingkungan secara cepat dan efisien. Pola gerakan yang dinamis dan tidak terduga juga dapat membingungkan predator, sehingga mengurangi keberhasilan serangan mereka. Dari segi efisiensi energi, meskipun masih diperdebatkan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa burung dalam kawanan rapat dapat memanfaatkan aliran udara yang diciptakan burung lain untuk mengurangi energi yang dibutuhkan saat terbang. Selain faktor perlindungan dan efisiensi, murmuration juga berperan dalam pemilihan tempat tidur, di mana kawanan besar membantu menentukan lokasi istirahat yang aman dan nyaman bagi seluruh kelompok menjelang malam.
Sturnus vulgaris

Masih Misteri

Dengan berbagai analisa yang dikemukakan para ahli, fenomena tersebut hingga saat ini masih menjadi misteri. Berdasarkan artikel "Murmurations" oleh Andrew J. King dan David J.T. Sumpter, faktor-faktor penyebab terjadinya murmuration, seperti perlindungan dari predator, transfer informasi, dan efisiensi energi, masih dianggap sebagai hipotesis. Para penulis menyatakan bahwa alasan pasti mengapa murmuration terjadi belum sepenuhnya dipahami, dan beberapa teori yang ada saat ini terutama berfokus pada pengelolaan risiko predasi. Meskipun teori-teori ini masuk akal dan didukung oleh beberapa pengamatan, belum ada konsensus ilmiah yang definitif mengenai faktor penyebab utama dari fenomena murmuration.

Apakah terjadi di Indonesia?

Sayangnya, fenomena murmuration tidak dapat disaksikan secara langsung di Indonesia dan hanya bisa dinikmati melalui rekaman video, karena Sturnus vulgaris tidak tersebar di wilayah ini. Di Asia, spesies ini hanya dapat ditemukan di Asia barat daya. Secara global, Jalak Eropa (Sturnus vulgaris) berasal dari wilayah beriklim sedang di Eropa dan Asia barat, dengan sekitar selusin subspesies. Burung ini menetap di Eropa bagian selatan dan barat serta Asia barat daya, sementara populasi timur lautnya bermigrasi ke selatan dan barat saat musim dingin, termasuk ke Iberia dan Afrika Utara. Selain itu, Jalak Eropa telah diperkenalkan ke berbagai negara seperti Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, hingga Afrika Selatan dan Fiji, menjadikannya salah satu spesies burung dengan penyebaran global yang luas.

(Moh. Ihsan Nur Mallo)

Sumber foto pertama: Pexels.com; foto kedua dan ketiga: Pixabay.com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar