DESKRIPSI
PULAU PASOSO
Status
dan letaknya.
Pulau Pasoso beserta perairan
lautnya merupakan kawasan Suaka Margasatwa Laut berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dengan luas kurang lebih 5.000 ha, yang
dikhususkan untuk melindungi segala aktifitas penyu. Luas daratan Pulau Pasoso
49 ha. Secara administrasi Pulau Pasoso termasuk wilayah Desa Pomolulu, Kec.
Balaesang, Kab. Donggala. Prov. Sulawesi Tengah.
Geomorfologi, tumbuhan dan hewan
Sebagian besar daratan Pulau Pasoso
merupakan hutan primer bercampur jenis tumbuhan pantai. Hutan ini ini kondisinya relatif masih baik.
Pada vegetasi hutan ini ditemukan beragam jenis tumbuhan, yang dominan adalah Ficus
spp., Diospyros sp., Alstonia sp. dan Dehaasia sp. Kondisi tanah pada vegetasi berhutan cukup
subur. Tanah ini bercampur dengan serasah-serasah tanaman yang lapuk bersama
batu karang yang mulai hancur (Sakada-BQD, 1991).
Pesisir pantai Pulau Pasoso didominasi
pantai bertebing karang. Tebing-tebing tersebut bila air laut pasang akan tergenangi
air laut setengah atau seluruhnya. Di atas tebing-tebing terbentuk vegetasi
tumbuhan pantai yang memiliki ciri-ciri berukuran kerdil, berbatang keras dan
kurus, karena kurangnya unsur hara atau tanah menjadi tempat tumbuh tumbuhan. Selain
areal pantai bertebing, juga terdapat pantai berpasir, tidak luas di bagian tenggara.
Bentuk vegetasi yang terbentuk di areal
ini terdiri atas dua formasi, yaitu:
- Formasi Baringtonia: jenis-jenis tumbuhan pada
formasi ini tumbuh di belakang
formasi Pescaprae dan agak menjauh atau berbatasan dengan areal bertelur
penyu. Jenis tumbuhan dominan di formasi ini adalah Baringtonia
asiatica, Terminalia catappa, dan Morinda citrifolia.
- Formasi Pescaprae: Merupakan formasi tumbuhan
pantai yang tumbuh tepat di belakang garis pasang surut. Jenis-jenis
tumbuhan yang tumbuh di formasi ini agak jarang, umumnya berupa tumbuhan
rumput, semak dan menjalar di atas pasir. Jenis tumbuhan dominan di
formasi ini adalah Ipomea pescaprae, Spinifex littoreus, Vigna
marina dan Wedelina biflora.
Pada pesisir pantai juga ditumbuhi
beberapa pohon bakau dari jenis Sonneratia sp. yang mulai membentuk
vegetasinya sendiri. Di belakang areal bertelur
penyu terbentuk sebuah rawa payau seluas 0,25 ha, jenis tumbuhan dominan
ditemukan di tempat ini adalah rumput rawa (grass
swamp), Phragmites sp., dan anakan nipah (Nipah sp.).
Pulau Pasoso memiliki terumbu karang
cukup luas, dan dihuni cukup banyak jenis hewan. Kondisi terumbu karang ini
pada beberapa tempat sudah menunjukkan adanya kerusakkan, akibat adanya
aktifitas penangkapan ikan menggunakan bom. Diantara semua penghuni terumbu
karang, yang sangat penting adalah dua jenis penyu, yaitu Chelonia mydas dan
eretmochelis imbricata. Hewan reptilia lain yang juga umum ditemukan di
adalah Varanus salvator, Gecko gecko, Mobouya sp., dan berbagai jenis
ular laut (Hydrophiidae). Hewan mamalia yang ditemukan tikus Rumah (Mus sp.),
dan Pteropus sp. Di Pulau ini dijumpai 43 jenis burung, diantara semua
jenis burung tersebut yang terpenting adalah Cacatua sulphurea.
BURUNG-BURUNG
PULAU PASOSO
Pengamatan
dan survei burung telah dilakukan Sakada-BQD tiga kali (1988, 1991, 1999) dan
KPB Spilornis dua kali (2014 dan 2018). Dari
kegiatan tersebut diketahui pulau ini
dihuni 43 jenis burung. Penulis telah mengikuti ke lima pangamatan dan survei
tersebut.
Jumlah
jenis burung di pulau ini tergolong sedikit, tetapi pulau ini menjadi sangat
penting bagi konservasi Cacatua sulphurea, karena dari seluruh tempat
penyebarannya, pulau ini memungkinkan dilakukan konservasi terhadap jenis
tersebut, dengan pertimbangan konservasi dilakukan di Pulau Pasoso lebih
terukur hasilnya dibandingkan kawasan lain.
Pulau
ini juga penting bagi studi ekologi jenis-jenis burung di pulau terpencil dan studi
biogeografi burung Sulawesi, karena hutannya yang tetap terjaga sehingga kehidupan
burung relatif belum terganggu. Hampir
seluruh pulau-pulau kecil dan sedang di selat Makassar vegetasinya telah
terdegradasi, mengingat selat ini merupakan jalur lalu lintas pelayaran yang ramai,
maka dengan kondisi tersebut keberadaan pulau ini menjadi semakin penting.
Studi
biogeografi pulau menarik dilakukan di Pulau ini. Proses migrasi burung dari daratan Sulawesi ke
pulau ini setiap saat akan nampak teramati, walaupun pulau ini letaknya cukup
jauh dari daratan Sulawesi. Selain itu jenis supertramp Sulawesi juga terdapat
di Pulau ini (Coloenas nicobarica dan Pitta elegans) dan beberapa
jenis yang teramati di pulau ini, pada saat tertentu tidak dijumpai lagi,
misalnya Hypotaenidia torquata, Amaurornis phoenicurus, Spilornis
rufipectus, Ictinaetus malaiensis dan Milvus migrans. Hal
ini merupakan fenomena biogerografi menarik untuk di teliti.
Adapun
jenis-jenis burung yang terdapat di Pulau Pasoso, termasuk perairan lautnya
adalah sebagai berikut:
1.
Gosong
Filipina Megapodius
cumingii
Suaranya umum terdengar di hutan primer,
tepi hutan primer dan tepi rawa, tetapi kadang terlihat soliter atau
berpasangan sibuk mengais-ngais serasah pada lantai hutan dan kadang juga
terlihat bercampur dengan ayam kampung yang dipelihara penjaga pulau. Suaranya
berupa:--kyooooooouuuuu--, teriakan sedih dan memelas. Suara ini lebih
sering terdengar pada sore hari.
2.
Uncal
Ambon Macropygia
amboinensis
Tercatat hanya dijumpai pada 29
Desember 1988. Satu kelompok kecil mengunjungi pohon-pohon berbuah, terutama Ficus
spp., pada tepi hutan primer atau hutan tepi pantai. Kadang terlihat
bersama-sama Treron vernans mengunjungi pohon berbuah. Pada pengamatan
selanjutnya belum pernah ditemukan lagi.
3.
Junai
Mas Coloenas nicobarica
Sangat jarang
dijumpai. Pada 8 September 1999 satu ekor terlihat
terbang dari lantai hutan ke dahan yang tidak terlalu tinggi tengah Pulau
Pasoso. Mungkin pengunjung jarang saat
berbiak ke pulau ini.
4.
Punai
Gading Treron
vernans
Umum berkelompok kecil mengujungi
pohon-pohon berbuah, terutama Ficus spp., pada tepi hutan primer atau
hutan di pesisir pantai. Suaranya sering terdengar dari dalam tajuk. Kadang
berbaur dengan jenis merpati lain atau Aplonis panayensis saat
mengunjungi pohon berbuah.
(4A). Pergam Hijau Ducula aenea
Status keberadaannya di Pulau Pasoso
masih meragukan. Hanya dari catatan penulis (F.N. Mallo) pada 29 Desember 1988
mendapat informasi dari nelayan melihat satu kelompok kecil berkunjung ke Pulau
Pasoso tetapi diusir sekelompok Ducula luctuosa/ Ducula bicolor. Pada 14
Agustus 2018 penulis (M.I.N. Mallo) sepintas mendengar suaranya di hutan
pesisir pantai, tetapi dia belum yakin. Status keberadaanya di Pulau Pasoso
perlu pengamatan lebuh lanjut.
(4B). Pergam Laut Ducula bicolor
Teramati mengunjungi pohon-pohon
berbuah di tepi hutan atau pesisir pantai. Pada 21 Pebruari 1991 ditemukan
sarang bersama satu anak. Kepastian keberadaannya perlu pengamatan lebih
lanjut, karena bisa terjadi kesalahan mengamati saat menjumpai Ducula
luctuosa, yang penampilannya serupa.
5.
Pergam
Putih Ducula
luctuosa
Pada 14 Agustus 2018 KPB Spilornis
menjumpai satu ekor terbang di atas tajuk pepohonan hutan primer tengah pulau.
6.
Walik
Kembang Ptilinopus melanospilus
Kadang terlihat soliter atau
berpasangan mengunjungi pohon berbuah di tepi hutan primer dan hutan pesisir
pantai, terutama Ficus spp. Suaranya sering terdengar dari dalam tajuk.
7.
Walet
Sapi Collocalia esculenta
Kadang terbang mengunjungi Pulau
Pososo dari daratan Sulawesi. Pada 6 Agustus 1999 beberapa ekor terlihat
terbang di atas tajuk pepohonan hutan primer.
8.
Tuwur
Timur Eudynamis orientalis
Umum terdengar suaranya di tepi
hutan primer, tetapi kadang terlihat sibuk soliter atau berpasangan mencari
makan pada tajuk.
9.
Kedasih
Laut Chalcites
minutillus
Jarang
dijumpai. Pada 22
Oktober 2014 tim Survei KPB Spilornis menjumpai satu ekor di hutan primer.
10.
Wiwik
Encuing Cacomantis
variolosus
Jarang dijumpai.
Pada 6 Agustus 1999
suaranya terdengar pada tepi hutan primer berbatasan dengan perkebunan kelapa.
11.
Kangkok
Ranting Cuculus
saturatus
Jarang
dijumpai. Migran dari utara khatulistiwa saat musim dingin. Pada 22 Oktober 2014 tim Survei KPB
Spilornis mendengar suaranya di hutan primer.
12.
Mandar
padi Zebra Hypotaenidia
torquata
Pada 22 Oktober 2014 tim survei KPB
Spilornis mengamati satu ekor di di rawa air payau. Sebelumnya tidak pernah
tercatat di pulau ini. Mungkin pengunjung jarang ke pulau ini dari daratan
Sulawesi.
13.
Tikusan
Kerdil Porzana
pusilla
Migran jarang dari utara
khatulistiwa saat musim dingin ke Indonesia, yang juga dijumpai di Pulau
Pasoso. Pada 2 Pebruari 1989 terlihat satu ekor di rawa air payau sedang
mencari makan. Di Sulawesi hanya pernah tercatat di Sulawesi bagian Utara dan
tahun ini di Pulau Peleng. Dengan demikian penemuan burung ini di Pulau Pasoso
sangat penting.
14.
Kareo
Padi Amaurornis
phoenicurus
Umum terlihat soliter mengunjungi
tepi rawa mencari makan, suaranya yang ribut dan khas sering terdengar di rawa payau
atau di tepi hutan primer dekat rawa payau.
15. Kokokan Laut Butorides striatus
Umum soliter atau berkelompok kecil di
pesisir pantai, terutama pada pesisir pantai bertebing karang dan pesisir
pantai berbatu-batu.
16. Cikalang Kecil Frigate ariel
Umum berpasangan atau berkelompok
kecil mengunjungi perairan laut Pulau Pasoso atau terbang melintasi daratan
pulau. Tinggal dan berbiak di Pulau Burung (gugusan Pulau Genting). Sering membentuk
kawanan antar-jenis dengan Sterna sumatrana dan Thalasseus bengalensis
mencari ikan pelagik.
17.
Kaki-rumbai
Kecil Phalaropus
lobatus
Migran rutin dari utara khatulistiwa
saat musim dingin ke perairan laut Pulau Pasoso. Pada 16 Pebruari 1991 beberapa
kawanan 300-400 ekor terlihat berenang
pada perairan antara Pulau Pasoso dan Gugusan Pulau Genting, pada 23 Nopember
1993 beberapa kawanan 200-300 ekor terlihat berenang pada perairan antara Pulau
Pasoso dan Gugusan Pulau Genting
18.
Trinil
Pantai Actitis
hypoleucos
Migran rutin dari utara khatulistiwa
saat musim dingin. Umum terlihat soliter pada pesisir pantai dan tepi rawa
payau.
19.
Trinil
Semak Tringa glareola
Migran jarang dari utara
khatulistiwa saat musim dingin ke Pulau Pasoso. Pada 1 Pebruari 1989 terlihat
satu ekor di pesisir pantai berpasir.
20. Dara-laut Tengkuk-hitam Sterna sumatrana
Umum berkelompok kecil atau soliter mengunjungi
perairan laut mencari ikan bersama-sama Frigate ariel dan Thalasseus
bengalensis. Tinggal dan berbiak di pulau-pulau kecil dan berbatu di
Gugusan Pulau Genting.
21.
Dara-laut
Benggala Thalasseus
bengalensis
Migran rutin dari utara khatulistiwa
saat musim dingin. Umum terlihat berkelompok kecil mengunjungi perairan laut
mencari ikan pelagik bersama-sama jenis burung laut lain.
22. Elang ular Sulawesi Spilornis
rufipectus
Pada 22 Oktober 2014 tim survei KPB
Spilornis menjumpai satu ekor terbang di atas tajuk pepohonan tengah pulau.
Merupakan pengunjung jarang ke pulau ini dari daratan Sulawesi.
23.
Elang Hitam Ictinaetus
malaiensis
Pada 13 Agustus 2018 KPB Spilornis
menjumpai satu ekor terbang di atas tajuk pepohonan tengah pulau. Merupakan
pengunjung jarang ke pulau ini dari daratan Sulawesi.
24. Elang-laut Perut-putih Haliaeetus leucogaster
Cukup umum ditemukan terbang di
pesisir pantai dan tepi hutan primer, atau bertengger pada pohon kering dan
terbuka. Kadang suaranya keras dan parau terdengar dari kejauhan
25.
Elang
Bondol Haliastur
indus
Umum soliter, berpasangan atau
berkelompok kecil mengunjungi pesisir pantai, rawa dan tepi hutan primer
mencari makan.
26. Elang Paria Milvus migrans
Pada 21 Pebruari 1991 satu ekor
terlihat terbang diatas tajuk hutan primer dan dekat tepi hutan primer berbatasan
dengan lahan budidaya. Merupakan pengunjung jarang ke pulau ini dari daratan
Sulawesi.
27.
Kirik-kirik
Laut Merops philippinus
Kadang mengunjungi Pulau Pasoso.
Pada 21 Pebruari 1991 satu kawanan kecil
terbang bersama kawanan Collocalia esculenta. Merupakan
pengunjung dari daratan Sulawesi.
28. Pekaka Bua-bua Pelargopsis
melanorhyncha
Umum terdengar suaranya pada hutan pesisir
pantai, atau kadang terlihat bertengger soliter atau berpasangan pada pohon tidak
jauh dari pesisir pantai berburu makanan.
29. Cekakak Sungai Todiramphus chloris
Sangat umum ditemukan pada semua areal
terbuka, terutama pada pepohonan di pesisir pantai, tepi rawa dan tepi hutan primer.
Suaranya yang ribut dan khas sering terdengar sepanjang hari.
30. Cekakak Australia Todiramphus sanctus
Tidak umum. Migran dari selatan
Khatulistiwa saat musim dingin. Sebelumya tidak pernah dijumpai, tetapai pada 13
Agustus 2018 tim Survei KPB Spilornis menjumpainya satu ekor.
31.
Alap-alap
Sapi Falco
moluccensis
Cukup umum soliter atau berpasangan terbang
di pesisir pantai maupun di tepi hutan berbatasan lahan budidaya berburu makanan.
Kadang bertengger pada tempat terbuka.
32.
Kakatua-kecil
Jambul-kuning Cacatua
sulphurea
Umum dijumpai mengunjungi
pohon-pohon berbuah, terutama Marang Taipa/bahasa lokal (Mangifera sp.),
Ficus sp, Kedondong Batu (bahas lokal) dan Sonneratia sp.,
yang merupakan sumber makanannya di hutan pesisir pantai atau di tepi hutan primer
berbatasan lahan budidaya.
Tahun 1999 Sanggar Karya
Pemuda-Bubalus Quarlessi Depresicornis (Sakada-BQD) bekerjasama dengan
Birdlife-Indonesia Programme melakukan survei terhadap populasi dan beberapa
aspek ekologi burung ini di Pulau Pasoso.
Dari hasil survei diketahui saat itu
populasinya di Pulau Pasoso hanya tersisa 7-15 ekor. Umumnya burung ini lebih
sering ditemukan pada bagian selatan dan tengah pulau, karena pada bagian
tersebut lebih cocok bagi habitatnya atau kebutuhan sumberdaya lain. Pada
survei tersebut ditemukan sarang lama pada pohon Alstonia scholaris.
Di tempat lain di daerah
penyebarannya semakin jarang dijumpai, sehingga saat ini sangat terancam
puncah. IUCN menetapkan status keterancamannya kategori kritis (critically
endangered). Hampir pada semua tempat penyebarannya semakin sulit
ditemukan, a akibat semakin gencarnya perburuan yang dilakukan terhadap burung
ini dan pengrusakkan habitatnya (Cahyadin, Y. dkk., 1994 dan Mallo, F.N., dkk.,
1996). Survei terakhir dilakukan KPB
Spilornis pada 2014 dan 2018 menunjukan populasinya tetap stabil sejak survei
pada 1999.
33. Paok
Laus Pitta elegans
Pada 22 Oktober 2014 tim survei KPB
Spilornis menjumpai satu ekor di hutan primer.
34. Remetuk Laut Gerygone sulphurea
Suaranya umum terdengar pada hutan pesisir
pantai, tepi hutan primer dan hutan tepi rawa. Tetapi kadang terlihat soliter
atau berpasangan sibuk menelisik dedaunan di tajuk mencari serangga sebagai
sumber makanan utamanya.
35. Kapasan Sayap-putih Lalage sueurii
Pada 13 Agustus 2018 tim survei KPB
Spilornis menujumpai satu ekor bertengger di pohon. Jenis yang baru melakukan migrasi ke pulau ini
dari daratan Sulawesi.
(35A). Bentet
Coklat Lanius cristatus (?)
Pada 22 Pebruari 1991 terlihat satu
ekor sedang mencari makan pada sebuah pohon setinggi 8 meter. Merupakan Pengunjung
dari utara khatulistiwa saat musim dingin. Perlu pengamatan lebih lanjut untuk
memastikan keberadaannya di Pulau Pasoso.
36. Gagak Hutan Corvus enca
Sangat umum berpasangan atau
bekelompok kecil hingga sedang pada semua areal terbuka, terutama di pesisir
pantai. Menurut M.I.N. Mallo pada waktu tertentu jarang dijumpai. Mungkin
sebagian populasinya berkunjung ke daratan Sulawesi, atau saat
melimpahpopulasinya di Pulau Paososo karena ketambahan populasi yang berkunjung
dari daratan Sulawesi.
37. Layang-layang Batu Hirundo tahitica
Sangat umum ditemukan terbang hampir
pada semua bagian pulau, terutama pada areal terbuka, seperti pesisir pantai,
tepi rawa atau tepi hutan. Sarang burung ini cukup banyak ditemukan di goa yang
tidak terlalu dalam pada pesisir pantai.
38. Kacamata Laut Zosterops chloris
Umum berkelompok kecil, sedang
hingga besar mengunjungi pohon-pohon berbuah kecil atau berburu serangga pada pesisir
hutan primer, hutan pesisir pantai dan pohon Bakau (Sonneratia sp.),
tetapi kadang juga dijumpai berpasangan sibuk berburu serangga menelisik tajuk
rapat.
39. Perling Kumbang Aplonis panayensis
Sangat umum berkelompok kecil hingga
sedang mengunjungi pohon-pohon berbuah, terutama Ficus spp. di tepi
hutan primer dan pesisir pantai. Pada 8 September 1999, terlihat beberapa juvenile
berbaur dengan dewasa mengunjungi pohon Ficus sp. di dekat pesisir
pantai.
40. Murai Batu Tarung Monticola solitarius
Rutin melakukan migrasi ke Wallacea
dari utara khatulistiwa saat musim dingin, tetapi di pulau ini jarang dijumpai.
Pada 21 Pebruari 1991 satu ekor terlihat mencari makan di pesisir pantai
berbatu.
41.
Burung
madu Kelapa Anthreptes malacensis
Cukup umum mengunjungi pohon-pohon
yang sedang berbunga pada hutan dan semak di pesisir pantai dan tepi hutan primer.
Sebelumnya tidak tercatat tetapi pada 13 Agustus 2018 tim survei KPB Spilornis
menjumpainya. Mungkin belum lama bermigrasi ke Pulau Pasoso dari daratan
Sulawesi.
42. Burung madu Sriganti Cinnyris
jugularis
Umum soliter atau berpasangan mengunjungi
pohon-pohon berbunga pada hutan dan semak di pesisir pantai dan tepi hutan primer.
Kadang hanya terdengar suaranya yang ribut saat bertengger di tempat terbuka.
43. Burung gereja Erasia Passer
montanus
Umum ditemukan pada tempat terbuka.
Merupakan migran belum lama menetap di Pulau Pasoso dari daratan Sulawesi.
(Fachry Nur Mallo dan
Moh. Ihsan Nur Mallo)
DAFTAR PUSTAKA
Andrew, P. dan Holmes, D.A. 1990. Sulawesi
bird report. Kukila 5: Hal. 4-26.
Bhushan, B., Fry, G., Hibi, A., Mundkur, T., Prawiradilaga, D.M., Sonobe,
K., Usui, S. 1993. A Field Guide to the Waterbird of
Asia. Tokyo. Wild Bird Society of Japan.
Coates, B.J. and Bishop, K.D..
1997. A Guide to the Bird of Wallacea (Sulawesi, the Moluccas
and the Lesser Sunda Islands,
Indonesia). Alderley. Dove Publication.
Coates, B.J. dan Bishop, K.D. 2000. Panduan Lapangan
Burung-burung di Kawasan Wallacea (Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara). Terjemahan. Bogor.
Birdlife-Indonesia Programme dan Dove Publication.
Mallo, F.N., dan Setiawan, I. 1996. Telaah status
Cacatua sulphurea sulphurea di Sulawesi Tengah. PHPA dan
Birdlife-Indonesia Programme. Bogor.
Mallo, F.N., 1997. Jenis-Jenis Burung Yang Hidup di
Pulau Pasoso dan Gugusan Pulau Genting
Serta Beberapa Aspek Ekologisnya. Palu. Sakada-BQD. Tidak
dipublikasikan
Mallo, F.N., Alam, S., Harjun, dan Mawengko, C. 2000. Status
Kakatua-kecil Jambul-Kuning C.s. sulphurea, di
Pulau Pasoso, Sulawesi Tengah. Bogor. Yayasan BQD dan Birdlife-Intenational.
Sakada-BQD. 1991. Laporan Expedisi Sakada-BQD di Pulau
Pasoso, Kec. Balaesang. Palu. Sakada-BQD.
Shannaz, J., Jepson, P. dan Rudyanto (penyunting). 1995. Burung-Burung
Yang Terancam Punah di Indonesia. Bogor.
Dep. Kehutanan dan Birdlife-Indonesia Programme.
White, C.M.N. and Bruce, M.D. 1996. The bird of
Wallacea (Sulawesi, the Moluccas and Lesser Sunda Islands, Indonesia): an
annotated checklist. London: British Ornithologist’ Union.
Lampiran: Daftar
jenis burung di Pasoso
No
|
Jenis
|
Waktu Pengamatan
|
Keterangan
|
||||
1988
|
1991
|
1999
|
2014
|
2018
|
|||
01.
|
Megapodius
cumingii
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
02.
|
Macropygia
amboinensis
|
X
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
03.
|
Coloenas
nicobarica
|
-
|
-
|
X
|
-
|
-
|
|
04.
|
Treron
vernans
|
X
|
X
|
X
|
-
|
-
|
|
(04A)
|
Ducula
aenea
|
?
|
-
|
-
|
-
|
?
|
|
(04B)
|
Ducula
bicolor
|
?
|
?
|
?
|
-
|
-
|
|
05.
|
Ducula
luctuosa
|
-
|
-
|
-
|
X
|
X
|
|
06.
|
Ptilinopus
melanospilus
|
-
|
-
|
X
|
X
|
-
|
|
07.
|
Collocalia
esculenta
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
08.
|
Eudynamis orientalis
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
09.
|
Chalcites minutillus
|
-
|
-
|
-
|
X
|
-
|
|
10.
|
Cacomantis variolosus
|
-
|
X
|
X
|
-
|
-
|
|
11.
|
Cuculus saturatus
|
-
|
-
|
-
|
X
|
-
|
|
12.
|
Hypotaenidia torquata
|
-
|
-
|
-
|
X
|
-
|
|
13.
|
Porzana
pusilla
|
X
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
14.
|
Amaurornis
phoenicurus
|
X
|
X
|
-
|
-
|
-
|
|
15.
|
Butorides
striatus
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
16.
|
Frigate
ariel
|
X
|
X
|
-
|
X
|
-
|
|
17.
|
Phalaropus
lobatus
|
X
|
X
|
-
|
-
|
-
|
|
18.
|
Actitis
hypoleucos
|
X
|
X
|
X
|
-
|
X
|
|
19.
|
Tringa
glareola
|
-
|
X
|
-
|
-
|
-
|
|
20.
|
Sterna
sumatrana
|
X
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
21.
|
Sterna
bengalensis
|
X
|
X
|
-
|
-
|
-
|
|
22.
|
Spilornis rufipectus
|
-
|
-
|
-
|
X
|
-
|
|
23.
|
Ictinaetus malaiensis
|
-
|
-
|
-
|
-
|
X
|
|
24.
|
Haliaeetus
leucogaster
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
25.
|
Haliastur
indus
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
26.
|
Milvus
migrans
|
X
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
27.
|
Merops
philippinus
|
-
|
-
|
X
|
-
|
-
|
|
28.
|
Pelargopsis melanorhyncha
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
29.
|
Todiramphus
chloris
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
30.
|
Todiramphus
sanctus
|
-
|
-
|
-
|
X
|
X
|
|
31.
|
Falco
moluccensis
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
32.
|
Cacatua
sulphurea
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
33.
|
Pitta elegans
|
-
|
-
|
-
|
X
|
-
|
|
34.
|
Gerygone
sulphurea
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
35.
|
Lalage sueurii
|
-
|
-
|
-
|
-
|
X
|
|
(35A)
|
Lanius
cristatus (?)
|
?
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
36.
|
Corvus
enca
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
37.
|
Hirundo
javanica
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
38.
|
Zosterops
chloris
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
39.
|
Aplonis
panayensis
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
40.
|
Monticola
solitarius
|
X
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
41.
|
Anthreptes
malacensis
|
-
|
-
|
-
|
-
|
X
|
|
42.
|
Cinnyris jugularis
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|
43.
|
Passer
montanus
|
-
|
-
|
-
|
X
|
-
|
Fachry
Nur Mallo, anggota
Celebes Bird Club (CBC) di Palu, dan
Moh.
Ihsan Nur Mallo,
anggota KPB Spilornis/Dosen Fahutan Universitas Tadulako – Palu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar