Berbagai penelitian mengenai kakatua-kecil
jambul-kuning (Cacatua sulphurea
sulphurea) yang dilakukan oleh beberapa peneliti sepanjang dekade 1990-an
menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan populasi secara dramatis dalam kurun
waktu 20 tahun terakhir di seluruh Sulawesi.
Bahkan dibeberapa tempat yang sebelumnya diketahui merupakan habitat
dari burung kakatua-kecil jambul-kuning tidak dijumpai lagi jenis ini (Andrew
& Holmes 1990; Marsden 1992; Cahyadin et al. 1994; Mallo & Setiawan
1996). Salah satu lokasi yang terdapat
kakatua-kecil jambul-kuning yang populasinya cenderung stabil adalah Pulau
Pasoso. Pulau Pasoso merupakan salah
satu di antara pulau yang terdapat di Selat Makassar yang terletak di Desa
Manimbaya Kecamatan Balaesang Tanjung Kabupaten Donggala. Kawasan Pulau Pasoso merupakan kawasan suaka
margasatwa yang terdapat di Sulawesi Tengah (Mallo 1997).
Pulau Pasoso merupakan habitat
kakatua-kecil jambul-kuning dengan luas sekitar 49 Ha. Pulau Pasoso tergolong dalam pulau berukuran
kecil dibanding pulau yang dihuni oleh kakatua-kecil jambul-kuning di pulau
lainnya. Sempitnya habitat dari kakatua-kecil
jambul-kuning di Pulau Pasoso dapat menjadi ancaman tersendiri. Menurut McArthur dan Wilson (1967) bahwa luas
area pulau turut menentukan jumlah spesies yang dapat menghuninya. Pulau-pulau besar akan memiliki lebih banyak
spesies daripada pulau-pulau kecil.
Asumsinya, suatu luasan hanya dapat mendukung sejumlah tertentu spesies
yang dapat hidup di habitat tersebut.
Ketika luas habitat alami suatu pulau berkurang, maka pulau itu hanya
mampu mendukung spesies sebanyak yang hidup pada pulau yang lebih kecil
ukurannya. Ukuran populasi yang kecil
sangat rentan terhadap kepunahan secara lokal.
Menurut Indrawan et al. (2007)
terdapat tiga faktor yang mempengaruhi ketahanan populasi terhadap kepunahan
yaitu variasi lingkungan, variasi genetik dan variasi demografik. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan,
sehingga penurunan populasi akibat salah satu faktor tersebut, membuat populasi
semakin kecil dan rentan.
Kondisi populasi kakatua-kecil
jambul-kuning di Pulau Pasoso sejak tahun 2000 hingga tahun 2015 populasinya
cenderung stabil yaitu sejumlah 15 ekor pada tahun 2000 dan 17 ekor pada tahun
2015. Meski populasi di Pulau Pasoso
cenderung stabil selama kurun waktu 15 tahun, namun berdasarkan hasil wawancara
diketahui jumlah populasi burung kakatua kecil jambul kuning yang pernah
menghuni Pulau Pasoso lebih besar dari jumlah 17 ekor dari populasi yang ada
saat ini. Dari kondisi tersebut mengindikasikan laju pertumbuhan populasi
kakatua-kecil jambul-kuning relatif lambat, selama kurun waktu 15 tahun tidak
terjadi penambahan populasi secara signifikan.
Populasi yang ada bisa ditingkatkan dari
jumlah yang ada saat ini. Peningkatan
populasi tersebut sangat penting mengingat populasi kakatua-kecil jambul-kuning
telah punah secara lokal di beberapa tempat di Sulawesi. Hal tersebut menjadi penting mengingat laju
kepunahan burung pulau lebih cepat dibandingkan dengan daratan utama.
(Moh.
Ihsan Nur Mallo)
Daftar Pustaka
Andrew P, Holmes DA. 1990. Sulawesi bird report. Kukila
5: 4-26
Cahyadin Y, Jepson P, Syarif M. 1994. Telaah
singkat status Cacatua sulphurea sulphurea di Propinsi Sulawesi Selatan. Bogor (ID): PHPA/Birdlife
International-Indonesia Programme.
Laporan No. 3.
Indrawan
M, Primack RB, Supriatna J. 2007. Biologi
konservasi Edisi Revisi. Jakarta (ID): Yayasan Obor.
MacArthur
RH, Wilson EO. 1967. The Theory of island biogeography. New Jersey:
Princenton University Press.
Mallo FN, Setiawan I.
1996. Telaah status Cacatua
sulphurea sulphurea di Sulawesi Tengah.
Bogor (ID): PHPA/Birdlife International-Indonesia Programme. Laporan No. 7.
Marsden SJ. 1992.
The distribution, abundance and habitat preferences of the
salmon-crested cockatoo Cacatua
moluccensis on Seram, Indonesia. Bird
Conservation International, 2(1): 7-13.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar