Sumber: alifrafikkhan.blogspot.com |
Salah satu cara Adolf Hitler membius rakyat
Jerman adalah dengan cara menyanjung mereka.
Menurut Hitler, rakyat Jerman adalah para Ubermensch atau manusia super
sehingga memiliki hak untuk mendominasi atau mengeliminasi bangsa lain. Sebagian besar rakyat Jerman memercayai
omongan Hitler itu dan dampaknya ternyata amat luar biasa.
Salah satu yang amat mempercayai perkataan
Hitler adalah Fritz Christen yang lahir pada 29 Juni 1921 di kota
Wredenhagen. Seperti warga Jerman
lainnya di masa itu, keluarga Fritz hidup miskin karena krisis ekonomi yang
melanda setelah Jerman kalah dalam Perang Dunia I.
Situasi mulai berubah ketika pada 1933
partai Nasional Sosialis atau Nazi meraih kekuasaan di Jerman. Ketika ekonomi Jerman membaik, kondisi
kehidupan keluarga Fritz juga membaik, rasa malu akibat kalah perang
terlupakan, dan mereka amat mencintai Nazi.
Berkeinginan kuat ambil bagian dalam
kemajuan negara, Fritz Christen kemudian bergabung dengan organisasi Pemuda
Hitler sebelum hal itu menjadi kewajiban bagi warga Jerman. Setelah lulus SMA, Fritz bergabung dengan
Waffen-Schutzstaffel, sayap militer Partai Nazi. Dari situ Fritz bergabung dengan Divisi
Panzer SS Ke-3 Totenkopf yang bekerja sebagai penjaga kamp-kamp konsentrasi.
Perang Dunia II kemudian pecah pada 1
September 1939. Setelah menaklukkan beberapa negara tetangganya, mata Hitler terarah
ke timur, ke Uni Soviet. Akhirnya, pada
22 Juni 1941, Jerman menggelar invasi ke Uni Soviet yang dikenal dengan nama
Operasi Barbarossa.
Sebanyak 3 juta prajurit Jerman, disokong
650.000 tentara Finlandia dan Romania, melintasi perbatasan Uni Soviet terbagi
dalam 134 divisi di tiga garis depan.
Italia, Kroasia, Slovakia, dan Hungaria
juga mengirimkan tentaranya dalam serangan yang tersebar dari Laut Baltik di
sisi utara bhingga Laut Hitam di sisi selatan.
Meski Uni Soviet sudah menduga akan diserang, tetap saja invasi Jerman
yang berlangsung cepat ini membuat mereka terkejut.
Pada pertengahan September, unit tempat
Fritz bertugas sudah berada di Distrik Demyansk, Novgorod sekitar 480 kilometer
sebelah barat laut Moskwa. Pada 21
September, intelijen Jerman mendapatkan informasi bahwa sebuah ofensif
besar-besaran Uni Soviet sedang mengarah ke posisi tentara Jerman. Unit yang akan menghadapi serangan Uni Soviet
itu adalah pasukan Frits Christen. Mereka
kemudian menggali parit pertahanan di hutan-hutan di luar desa Lushno menanti
datangnya serangan.
Serangan itu terjadi pada 24 September
pagi. Fritz saat itu bertugas dengan senapan mesin anti-tank berkaliber 50
milimeter di sisi hutan di ujung utara desa Lushno. Di kemudian hari Fritz mengatakan, cuaca
dingin Uni Soviet yang menggigit ternyata lebih membuat para prajurit Jerman
ketakutan ketimbang ofensif Tentara Merah.
Meski demikian tentara Jerman amat yakin
mereka bisa memenangkan pertempuran dengan mudah. Saat fajar menyingsing, rasa percaya diri
Jerman memudar saat melihat gerak maju tentara Uni Soviet. Mereka melihat barisan tank kelas menengah
T-84 bergerak ke arah parit-parit Jerman.
Sementara di belakangnya, ribuan pasukan infantri bergerak untuk
membersihkan apa yang tak bisa dihancurkan tank.
Sebelum matahari benar-benar terbit,
barisan tank Soviet memulai hujan peluru. Dengan hanya pepohonan dan parit yang
menjadi pelindung, Fritz dan pasukannya benar-benar merupakan sasaran
empuk. Fritz kemudian menembakkan
senapan anti-tanknya, sementara rekan-rekannya satu persatu berjatuhan tewas
atau terluka.
Fritz sebenarnya berhasil menghancurkan
lima atau enam tank. Namun, hal tersebut tak mampu membuat mengusir pasukan Uni
Soviet. Fritz lalu memanggil nama
rekan-rekannya, tetapi tak ada jawaban. Saat dia sadar semua rekannya sudah
tewas, Fritz kemudian menggali parit di sekitar senapan mesinnya.
Beruntung tak ada peluru yang jatuh tepat
di posisinya hingga ofensif itu berakhir pada Malam hari. Serpihan pohon dan logam berserakan di
sekitar dia, sementara rekan-rekannya yang tewas atau terluka juga bergelimpangan. Fritz tetap dalam posisi tiarap. Saat
tembakan kemudian berhenti pria itu akhirnya bisa bernapas lega.
Namun, Fritz salah sangka, semuanya belum
berkahir. Dia keumudian mendengar derap langkah kaki menuju ke arahnya. Mereka
adalah pasukan infantri Uni Soviet. Tak
punya pilihan, Fritz melepaskan tembakan. Di luar dugaan, pasukan infantri Uni
Soviet itu mundur, mungkin mengira banyak pasukan Jerman di tempat itu.
Saat hari mulai gelap, Fritz menanti
serangan berikut tetapi tak ada lagi gerak maju pasukan Uni Soviet. Dia kemudian menggunakan waktu untuk
mengumpulkan amunisi yang tercecer dan menumpuknya di parit persembunyian. Fritz juga berusaha mencari makanan dan air,
tetapi dia tak mendapatkannya. Dia juga
berusaha tidur tetapi suara tembakan sporadis berulang kali membuatnya harus
terjaga.
Pagi harinya, sejumlah tank Uni Soviet
melepaskan tembakan. Fritz balas menembak dan melumpuh tujuh tank yang membuat
sisanya mundur. Sepanjang siang tak ada
suara tembakan di hutan itu. Tembak menembak kembali berlangsung di malam hari.
Alhasil, Fritz harus pontang-panting ke
beberapa posisi untuk mengoperasikan berbagai jenis senapan yang tersisa. Satu saat, Fritz berhasil membongkar senapan
anti-tanknya. Dia kemudian menyeret senjata berat itu beberapa meter,
mengganjalnya dengan kayu lalu menembaki tank yang datang. Dia terus melakukan itu hingga hari
berikutnya, meski di tengah rasa lapan dan haus serta dinginnya cuaca.
Pada 27 Desember, Fritz tahu dia tak
mungkin lagi bertahan. Amunisinya sudah habis, yang tersisa hanyalah sepucuk
pistol yang diambilnya dari jenazah seorang pria. Sepanjang pagi, suasana tenang tak ada
tembakan. Namun, semua berubah di tengah hari ketika pasukan yang lebih besar
bergerak menuju ke arahnya.
Fritz mempersiapkan diri dan berusaha
menyisakan peluru terakhir untuk diri sendiri.
Lalu saat pasukan itu mendekat, Fritz mendengar mereka berbicara dalam
bahasa Jerman!
Setelah tiga hari menghadapi gelombang
serangan pasukan Uni Soviet tanpa makanan dan air, Fritz sendirian sukses
menewaskan lebih dari 100 prajurit dan menghancurkan 13 buah tank Uni Soviet.
Aksi Fritz ini terdengar Hitler dan
membuatnya sangat kagum. Alhasil, Fritz mendapatkan medali Salib Besi,
penghargaan militer tertinggi di Jerman pada 21 Oktober 1941. Fritz adalah prajurit termuda Waffen-SS yang
menerima penghargaan tersebut.
Sumber: https://bangka.tribunnews.com/2017/11/17/kisah-fritz-christen-sendirian-tewaskan-100-prajurit-dan-hancurkan-13-tank-uni-soviet?page=all.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar