Chapter
5: Sa’ad bin Abi Waqqash ra, (Sniper andalan Rasulullah saw.)
Tahukah
kamu?
1.
Sa’ad bin Malik, (lebih populer dengan panggilan Sa’ad bin Abi Waqqash) adalah sahabat
nabi yang terkenal dengan skill memanah. Tembakannya tak pernah meleset bahkan
bisa menembakkan 3 anak panah sekaligus dan mengenai 3 sasaran yang berbeda.
2.
Dia masuk Islam saat berusia 17 tahun. Ketika tahu tentang hal ini, sang ibu
yang masih kafir menentang keras bahkan mengancam akan melakukan mogok makan
meski harus mati. Walaupun dikenal
sebagai orang yang sangat berbakti kepada ibunya, Sa’ad tetap tidak mau meninggalkan
Islam sehingga ibunya benar-benar mogok makan. Berhari-hari sang ibu
melancarkan aksinya dan Sa’ad berusaha sedemikian rupa membujuk agar ibunya mau
makan lagi tapi tak berhasil, akhirnya keluarlah kalimat legend dari lisan
Sa’ad. “Ibu, demi Allah, andaikan engkau punya 100 nyawa dan keluar satu
persatu di hadapanku, aku akan tetap menganut agama ini.” Akhirnya sang ibu
menyerah dan makan lagi.
Bukannya Sa’ad bermaksud durhaka, hanya
saja cintanya kepada Allah swt dan rasulNya lebih besar daripada cintanya
kepada ibunya.
Mengenai
perilaku Sa’ad ini, Allah swt menurunkan surat Lukman ayat 14-15 tentang
larangan mngikuti orang tua yang mengajak kepada kemusyrikan.
3.
Suatu ketika, ketika kaum muslimin sedang shalat, sekelompok kaum Quraisy
mengganggu dengan saling melemparkan lelucon kasar. Karena kesal dan tidak
tahan, Sa'ad memukul salah satu orang Quraisy dengan tulang unta sehingga
melukainya. Ini menjadi darah pertama yang tumpah akibat konflik antara umat
Islam dengan orang kafir.
4.
Sa’ad mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah saw. Di Perang Badar
Rasulullah saw berdoa agar doa Sa’ad dikabulkan. Sejak saat itu doa Sa’ad
selalu terkabul. Inilah kelebihan lain dari Sa’ad. Di perang itu juga saudara
Sa’ad yang bernama Umair syahid.
5.
Di Perang Uhud Sa’ad menjadi salah satu sahabat yang paling berjasa dalam
melindungi nabi. Saat itu pasukan muslim terdesak, banyak yang gugur bahkan
Rasulullah saw terluka sehingga harus mundur ke atas bukit dan hanya dilindungi
oleh sekitar 10 orang sahabat termasuk Sa’ad. 200 pasukan berkuda yang dipimpin Khalid bin
Walid (yang saat itu masih kafir) berusaha mengejar untuk membunuh nabi. Dalam
situasi yang genting itu, Rasulullah saw memberikan anak-anak panah kepada
Sa’ad sambil bersabda, “Panahlah! Ibu dan bapakku menjadi tebusannya!*” Bahkan
Rasulullah saw juga memberikan anak panah yang sudah tidak ada bagian runcingnya
lalu bersabda, “Panahlah dengan ini!”
Sa’ad menggunakan skill one shoot three kills-nya untuk
menghadang musuh. Sekali tembak, dia bisa menggunakan 3 anak panah sekaligus
dan dengan izin Allah swt, setiap panahannya tepat mengenai musuh, dan yang
terkena pasti tewas seketika walaupun memakai baju besi.
Melihat belasan temannya terkapar gara-gara
Sa’ad, musuhpun tak berani mendekat lagi.
*Maksud
sabda Rasulullah saw “Ibu dan bapakku menjadi tebusannya!” adalah Sa’ad
memiliki kedudukan istimewa bagi rasulullah seperti kedudukan ayah dan ibu
beliau.
6.
Sa’ad memang memiliki keduduan istimewa di sisi Rasulullah saw. Selain sebagai
sahabat, dia masih kerabat nabi. Sa’ad adalah sepupu Aminah, ibunda Rasulullah
saw.
7. Di
Perang Uhud, Sa’ad melihat malaikat. Dia berkata, “Aku melihat 2 laki-laki
melindungi Rasulullah saw pada Perang Uhud. Mereka berpakaian putih. Aku tidak
pernah melihat mereka sebelumnya, juga sesudah perang itu selesai.”
8. Di
Perang Ahzab, Sa’ad berhadapan dengan pemanah musyrikin yang telah banyak
melepaskan anak panahnya kepada pasukan muslimin. Sekali tembak, Sa’ad berhasil
menancapkan anak panah di dahi orang itu sehingga langsung tersungkur.
9.
Walaupun sudah mengikuti banyak pertempuran, prestasi terbesar Sa’ad adalah
ketika menjadi panglima Perang Qadisiyah melawan Persia di tahun 14 H (636 M).
Perlu diketahui bahwa saat itu ada 2 negara adidaya yaitu Persia dan Romawi.
Persia sangat luas yaitu meliputi wilayah yang sekarang menjadi Iran, Irak,
Armenia, Afganistan, bagian timur Turki, sebagian India, Suriah, Pakistan,
Kaukasia, Asia Tengah dan Arabia. Orang Persia beragama Majusi (penyembah api)
sedangkan orang Romawi beragama Nasrani.
Persia
negara yang sangat dzalim. Tentara mereka pernah melakukan pembantaian terhadap
ribuan orang Arab. Raja Persia pernah merobek-robek surat dari Rasulullah saw
hanya gara-gara tidak suka dengan tata letaknya. Maka Rasulullah saw berdoa
agar Allah swt merobek-robek kerajaannya seperti dia merobek-robek surat
beliau.
10.
Untuk menyerbu Persia, Sa’ad berangkat membawa 30.000 pasukan dan harus melawan
130.000 pasukan Persia. Bahkan, ada ahli sejarah yang memperkirakan jumlah
pasukan muslimin hanya 38.000 sedangkan pasukan Persia lebih dari 200.000.
Pasukan
muslimin tidak hanya kalah jumlah tapi juga kalah skill, persenjataan dan
pengalaman. Tidak semua pasukan muslimin yang mengikuti perang itu adalah
prajurit terlatih, banyak juga para newbie yang baru belajar perang atau
mungkin karena ingin jihad, yang tidak punya skill pun ikut nimbrung juga dan
itu diperbolehkan. Beda dengan tentara Persia yang semuanya prajurit pro dan
berpengalaman.
11.
Walaupun baru pertama kali menjadi panglima, Sa’ad memimpin pertempuran dengan
strategi yang unik dan belum pernah ada sebelumnya. Dia membagi pasukan menjadi
6 bagian yaitu bagian ujung tombak di depan, sayap kanan, sayap kiri, pasukan
cadangan di belakang sayap kanan, ekor, dan pegintai yang memata-matai musuh. Pasukan
juga dibagi menjadi regu-regu kecil berisi 10 orang. Selain itu Sa’ad membentuk
tim yang bertugas mengurus administrasi, juru tulis, ahli bahasa, bagian
peradilan, dan motivator. Para sahabat senior dijadikan pemegang bendera. Setiap hari Sa’ad mengirim 2 orang
kepada Khalifah Umar bin Khattab di Madinah untuk memberitahukan jalannya
pertempuran.
12.
Sa’ad terlebih dahulu mengamankan daerah di sekitar lokasi yang akan digunakan
untuk bertempur. Dia juga mengirim mata-mata untuk melakukan infiltrasi ke
wilayah musuh. Salah satu mata-mata terhebatnya adalah Thulaihah bin Khuwailid
yang berhasil mengacaukan perkemahan tentara Persia sendirian. (Insya Allah
kita bahas chapter berikutnya.)
Sebelum terjadi pertempuran, sepertia
biasanya pihak muslimin menawarkan 3 opsi yaitu masuk Islam, membayar jizyah
(pajak) dan berperang. Ternyata pihak Persia tidak langsung menanggapi tawaran
ini. Mereka berusaha mengulur waktu sampai sebulan lebih karena menurut
panglima Persia yang bernama Rustum, pasukan yang semangatnya tinggi
kekuatannya juga tinggi. Mereka ingin mebuat pasukan muslimin bosan dan lelah
dengan penantian panjang sehingga kehilangan semangat dan mudah dikalahkan.
Sa’ad tidak mau menyerang duluan karena mematuhi pesan dari Khalifah Umar bin
Khattab untuk tidak menyerang sebelum diserang.
Setelah
upaya negosiasi gagal, maka kedua pasukan bersiap menghadapi pertempuran. Sa’ad
memerintahkan para motivator untuk menyemangati pasukan. Mereka membacakan
ayat-ayat tentang jihad dan berorasi.
13.
Di tengah situasi menegangkan menjelang pertempuran, Allah swt memberi cobaan
kepada Sa’ad berupa penyakit Sciatica (nyeri tulang pada pinggul hingga kaki)
dan bisul di seluruh tubuh. Karena penyakitnya ini, Sa’ad tidak bisa duduk
apalagi naik kuda. Maka dia mengamati pasukan dengan berbaring telungkup atas
tempat yang tinggi dengan bantal di dada sambil memberi komando dengan cara
menuliskan perintah di atas kain lalu melemparkan kepada wakilnya yang ada di
bawah.
Salah satu perintah yang unik dari Sa’ad
adalah, “Setelah shalat dhuhur, aku akan mengumandangkan takbir sekali. Maka
ikutlah bertakbir dan kencangkan tali sandal kalian.
Ketika
seluruh pasukan muslimin mengikat tali sandal bersamaan, tentara Persia takut +
penasaran. Mereka kira pasukan muslimin punya senjata rahasia yang disimpan di
kaki.
14.
Setelah penantian yang panjang, pertempuran pun berkobar. Sa’ad berorasi dan
memerintahan 30.000 pasukannya untuk membaca surah Al Anfal secara bersamaan
dan memekikkan takbir. Hal ini membakar semangat kaum muslimin yang kalah
jumlah, skill, senjata, dan pengalaman. Kaum muslimin saat itu harus melawan
negara super power yang berusia lebih dari 3000 tahun, berpengalaman dalam
pertempuran termasuk menghadapi musuh bebuyutannya, negara super power yang
satunya yaitu Romawi. Infanteri bersenjata lengkap, kavaleri berat, termasuk
pasukan gajah dikerahkan. Menghadapi kaum muslimin seharusnya bukan masalah
berat bagi mereka. Namun Allah lah yang maha menentukan. Perbedaan pasukan
muslim dengan pasukan kafir adalah iman di hati mereka. Tentara kafir berperang
karena digaji, atau maksimal karena ingin membela negara mereka sehingga dalam
berperang tujuan utamanya adalah menang dan pulang dengan selamat, sedangkan
tentara muslimin memang cari mati. Hidup mulia atau mati syahid. Maka mereka
seolah tidak memiliki rasa takut terhadap apapun selain kepada Allah swt. Kalau
tentara kafir sebelum perang deg-degan, tentara muslimin sebelum perang malah
antusias ingin mati syahid. Bahkan mereka saling berwasiat satu sama lain,
“Kalau kau mati duluan, jangan lupa beri aku syafaat di hari kiamat nanti.”
Karena dalam sebuah hadis disebutkan bahwa satu orang yang mati syahid bisa
memberi syafaat bagi 70 orang.
Setelah
berjuang mati-matian, Allah swt memberi kemenangan pada hari ke - 4. Bahkan
Rustum si panglima Persia pun terbunuh. Perang yang terjadi di daerah Qadisiyah
ini menjadi salah satu perang dengan perlawanan paling sengit yang dialami kaum
muslimin. Sekitar seperempat pasukan syahid.
15.
Sa’ad dan pasukannya menetap di wilayah Qadisiyah selama 2 bulan. Setiap hari
Sa’ad mengirim surat kepada Khalifah Umar melaprkan apa saja yang terjadi
hingga datanglah surat dari sang khalifah berisi perintah untuk menyerbu
Madain, ibukota Persia.
Sepanjang
perjalanan menuju Madain, pasukan Sa’ad berhasil mendapat banyak kemenangan
menghadapi musuh-musuh di wilayah yang mereka lewati hingga mereka tiba di tepi
Sungai Tigris.
16.
Sungai di hadapan mereka sangat lebar, dalam, dan airnya sangat deras. Tidak
mungkin pasukan Persia membiarkan ada perahu tertinggal di situ sehingga kaum
muslimin bisa menyebrang. Semua jembatan juga diputus.
Malamnya, Sa’ad berimpi bahwa kuda-kuda pasukannya
menyebrangi sungai itu. Sa’ad membenarkan mimpinya itu. Dia berniat menyebrangi
sungai. Maka dipanggillah seluruh pasukannya dan berorasi di depan mereka dan
mengajak untuk menyeberang sungai yang deras itu. Sa’ad menawarkan, “Pasukan
mana yang akan menyebrang lebih dulu untuk bersiaga di seberang sungai agar
bisa menghalangi musuh yang ingin menyerang pasukan berikutnya yang
menyebrang?”
Maka menyebranglah 600 orang yang dipimpin
Ashim bin Amr at Tamimi dan disusul pasukan lainnya.
Sungai yang dalamnya lebih dari 6 meter itu
diseberangi hewan-hewan tunggangan pasukan muslimin. Kaki kaki mereka bergerak
cepat seperti berenang dengan para prajurit siap tempur di punggungnya. Dengan
izin Allah swt, bukan hanya kuda, bahkan unta yang tidak pernah melihat sungai
pun bisa melakukannya.
Sa’ad berseru, “Ucapkanlah: Nasta’inu
billah wa tawakkalu ‘alaihi, hasbunallahu wa ni’mal wakil wa laa haula wa la
quwwata illa billahil aliyyil azhim!”
Para prajurit berhasil menyeberangi sungai
yang deras dengan mudah, bahkan mereka sambil ngobrol seperti sedang berjalan
di daratan dan hanya ada 1 orang yang sempat tercebur.
Melihat
kejadian ini, para prajurit Persia berkata, “Kalian bukan sedang melawan
manusia! Kalian sedang melawan jin!” Yazdajir sang Raja Persia pun melarikan
diri bersama para staff dan jajarannya.
17.
Pasukan Sa’ad berhasil memasuki kota dan menguasai singgasana raja Persia,
shalat dzuhur di sana, dan membaca ayat: “Betapa banyak taman dan mata air yang
mereka tinggalkan, juga kebun, rumah yang indah, dan kesenangan yang dapat
mereka nikmati di sana. Demkianlah, kami wariskan (semua) itu kepada kaum yang
lain.” (QS Ad Dukhan: 25-28).
18.
Dengan diraihnya kemenangan ini, maka terbuktilah hadis nabi, “Sekelompok
pasukan dari umatku akan menaklukkan istana putih, yaitu istana Kisra (raja
Persia)” (HR Muslim).
19.
Jika ditotal, Sa’ad telah menaklukkan sebagian besar Persia, Azerbaijan, al
Jazirah, Turki bagian selatan, dan sebagian Armenia. Wilayah ini lebih luas
dari Irak dan Iran modern. Wilayah yang dibebaskan oleh pasukan Sa’ad dari
cengkeraman penguasa dzalim dan belenggu kemusyrikan itu menjadi wilayah Islam.
Di kemudian hari, di sana muncullah Kekhalifahan Dinasti Abassiyah, negara yang
sangat maju, yang saat itu menjadi kiblat peradaban dan pengetahuan dunia,
serta menjadi simbol kebesaran dan kejayaan Islam. Dari wilayah itu pula muncul
para imam perawi hadis yang terkenal yaitu Al-Bukhari, Muslim, Abu Daud,
Al-Nasaa'i, Ibnu Majjah, At-Tirmidzi, Al-Baihaqi, Ath-Thabrani dll.
20.
Sa’ad diangkat Khalifah Umar menjadi gubernur wilayah Persia. Dia menjadikan
Kufah sebagai ibukotanya. Walaupun statusnya sebagai gubernur, wilayah Sa’ad
lebih luas dari negara negara modern yang saat ini ada di sana.
21.
Selain mempunyai kemampuan bertempur sebagai prajurit dan sebagai panglima,
ternyata Sa’ad juga memiliki keistimewaan lain yaitu doanya sangat manjur dan
selalu dikabulkan. Rasulullah saw pernah berdoa, “Ya Allah, tepatkanlah
panahannya, terimalah doanya, dan jadikanlah dia orang yang dicintai oleh hamba-hambamu.”
Karena
doanya yang manjur, bahkan para sahabat selevel Umar pun tidak berani berbuat
macam-macam kepada Sa’ad. Takut kuwalat.
22.
Suatu hari seorang pembantu Sa’ad berjalan sambil memakai baju baru. Tanpa
sengaja auratnya terbuka. Khalifah Umar sedang patroli melihatnya. Dia langsung
bertindak. Diambilnya ranting untuk mencambuknya. Sa’ad yang melihat kejadian
ini memprotes Umar. Karena dianggap menghalangi, Umar juga mencambuk Sa’ad.
Tidak suka dengan tindakan Umar, Sa’ad langsung mengangkat tangannya untuk
berdoa. Umar panik dan langsung menyerahkan tongkatnya lalu berkata, “Pukullah aku!”
Umar
takut Sa’ad berdoa agar Allah swt menghukumnya dan pasti dikabulkan. Mending
langsung minta dihukum oleh orangnya.
23.
Ketika menjadi gubernur di wilayah Persia, sempat beredar berita bahwa Sa’ad
melakukan shalat dengan cara yang tidak benar. Maka Khalifah Umar segera
mencopot Sa’ad dari jabatannya. Ketika Umar minta klarifikasi tentang kebenaran
berita tersebut dan ternyata tidak benar, Sa’ad sempat berdoa, “Ya Allah, kalau
seandainya hamba-Mu itu (si pemfitnah) melakukannya karena ingin membuat
fitnah, ingin riya’, atau ingin memecah belah kaum muslimin, maka panjangkan
umurnya, berikan dia kefakiran, dan berikan kepadanya berbagai macam fitnah.”
Setelah diketahui bahwa berita itu hoax,
Umar menawarkan Sa’ad untuk kembali menjadi gubernur di Kufah, tapi Sa’ad
menolak. Di kemudian hari di ketahui
bahwa orang yang memfitnah Sa’ad jatuh miskin, hidup dari mengemis, padahal
dulunya dia kepala suku. Dia diberi umur panjang, hingga kulit dahinya
mengendor menutupi mata, dan hidup dalam kehinaan. Hobinya menggoda para
wanita. Dia sering berkata, “Aku terkena doa Sa’ad! Aku terkena doa Sa’ad!”
24.
Penaklukkan Sa’ad terhadap Persia membuat seseorang dari Persia dendam. Namanya
Abu Lulu’ah. Dia pun mengincar Khalifah Umar dan berhasil menusuk sang khalifah
ketika mengimami shalat. (selengkapnya di chapter 1 tentang Umar bin Khattab).
Setelah ditusuk, Umar menyerahkan kekuasaan
kepada hasil musyawarah 6 sahabat senior (ahlusy syura) yaitu Sa'ad, Ali bin
Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin 'Auf, Zubair bin 'Awwam dan
Thalhah bin Ubaidillah.
Umar berpesan, “Siapapun yang terpilih dari
6 orang ini, berhak menjadi penggantiku. Jika Sa’ad yang terpilih, maka
keputusan itu baik. Jika bukan dia, maka siapapun yang terpilih menjadikannya
penasihat. Sungguh aku mencopot jabatannya di Kufah bukan karena kelemahan atau
pengkhianatan.”
Ini
adalah kode keras dari Umar bahwa dia merekomendasikan Sa’ad menjadi khalifah
berikutnya. Namun hasil musyawarah 6 orang ini memutuskan bahwa Utsman bin
Affan lah yang menjadi khalifah.
25.
Setelah dilantik, Khalifah Utsman menugaskan Sa’ad menjadi gubernur di Kufah
lagi.
26.
Di jaman Khalifah Ali bin Abi Thalib, banyak terjadi fitnah di kalangan kaum
muslimin. Penyebabnya adalah seorang Yahudi yang berpura-pura masuk Islam yaitu
Abdullah bin Saba’. Dia dan pengikutnya menyebarkan pemikiran sesat dan mengadu
domba kaum muslimin. (baca selengkapnya di chapter 4)
Saat
itu mayoritas sahabat terbagi menjadi 2 kubu yaitu kubu Ali dan Kubu Muawiyah.
Sa’ad sebenarnya adalah orang yang berpengaruh, tapi dia lebih memilih mundur
dari jabatan sebagai gubernur, lalu mengasingkan diri demi menghindari fitnah.
27.
Suatu ketika Sa’ad melihat kerumunan di keramaian. Di tengahnya ada seseorang
yang sedang di atas kudanya berorasi menjelek-jelekkan Khalifah Ali. Sa’ad maju
mendekati orang itu, menanyakan mengapa dia mencaci maki Ali, lalu menyebutkan
semua kebaikan Ali, bagaimana masuk islamnya, bahwa dia orang yang pertama
shalat bersama nabi, dia alim, menantu Rasulullah saw, pembawa bendera dalam
peperangan Rasulullah saw, dll. Sa’ad pun menghadap kiblat, berdoa, “Ya Allah
swt, orang ini telah mencaci-maki salah satu wali-Mu, maka perlihatkanlah
kekuasaan-Mu sebelum kerumunan orang-orang ini bubar.”
Seketika,
ga pake lama, kuda orang itu jatuh, dia terlempar ke atas batu, kepalanya pecah
dan langsung mati.
28.
Sa’ad juga pernah melihat seseorang mencaci-maki Ali, Thalhah, dan Zubair.
Ketika diperingatkan oleh Sa’ad, orang itu malah meremehkan dan berkata, “Sa’ad
mengancamku seperti seorang nabi.”
Sa’ad pun berdoa, dan tak lama kemudian
datanglah unta liar, menginjak orang itu sampai mati. Setelah kejadian itu,
Sa’ad memerdekakan seorang budak dan bersumpah tidak akan lagi mendoakan
keburukan bagi siapapun.
29.
Seorang sahabat bernama Husain bin Kharijah bermimpi melihat Nabi Muhammad saw
meminta kepada Nabi Ibrahim as, “Mohonkanlah ampunan untuk umatku.”
Nabi Ibrahim menjawab, “Sungguh kau tidak
tahu apa yang mereka perbuat setelah sepeninggalmu. Mereka menumpahkan darah
dan membunuh pemimpin terpilih. Tidak bisakah mereka berbuat seperti kekasihku,
Sa’ad?”
Setelah bangun, Husain menceritakan
mimpinya kepada Sa’ad. Mendengar cerita tentang mimpi itu, Sa’ad gembira.
Husain lalu bertanya, “Kepada kelompok
manakan engkau berpihak?”
Sa’ad menjawab, “Aku tidak memihak kepada
salah satu dari kedua kelompok yang bertikai itu. “
“Apa nasihatmu padaku?”
“Apa kamu punya kambing?”
“Tidak punya.”
“Belilah
seekor kambing dan uruslah sampai fitnah ini hilang.”
30.
Sa’ad termasuk sahabat yang dijamin akan mendapat gelar mati syahid. Kita kembali ke jaman nabi. Suatu ketika,
Rasulullah saw bersama para sahabat sedang berada di atas Bukit Hira. Tiba tiba
bukit itu bergoncang, lalu Rasulullah saw bersabda, “Tenanglah wahai Hira!
Sesungguhnya yang ada di atasmu hanyalah seorang Nabi, ash Shiddiq, dan para
syahid.” Saat itu di sana ada Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah bin
Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad, dan Said bin Zaid.
31.
Sa’ad termasuk sahabat yang dijamin akan masuk surga. Rasulullah saw bersabda:
“Abu Bakar masuk surga, Umar masuk surga, Utsman masuk surga, Ali masuk surga,
Thalhah masuk surga, az Zubair masuk surga, Abdurrahman bin Auf masuk surga,
Sa’ad bin Abi Waqqash masuk surga, Sa’id bin Zaid masuk surga, dan Abu Ubaidah
bin Jarrah masuk surga.” (HR. Tirmidzi)
Suatu
ketika para sahabat sedang duduk bersama nabi. Lalu nabi bersabda, “Akan datang
kepada kalian seorang laki-laki yang termasuk calon penduduk surga.” Ternyata
Sa’ad lah yang datang. Besoknya Rasulullah saw bersabda begitu lagi dan yang
datang Sa’ad lagi.
32.
Sa’ad pernah sakit parah dan hampir meninggal. Ketika Rasulullah saw
menjenguknya, dia bertanya, “Wahai Nabiyullah, aku bakal meninggalkan harta,
dan tidak meninggalkan seorangpun kecuali satu anak perempuan. Bolehkah aku
berwasiat dengan 2/3 hartaku dan mewariskan 1/3nya?”
“Tidak boleh.” Jawab beliau.
“Bagaimana kalau aku berwasiat dengan
setengah hartaku dan mewariskan setengahnya?”
“Tidak boleh.” Jawab beliau.
“Bagaimana kalau aku berwasiat dengan 1/3 hartaku
dan mewariskan 2/3nya?”
“Ya, boleh. 1/3 itu sudah banyak.”
Lalu
beliau meletakkan tangan di kening, lalu mengusapkan tangannya di wajah dan
perut Sa’ad dan berdoa, “Ya Allah swt, sembuhkanlah dan sempurnakanlah hijrah
Sa’ad.” Sa’ad pun sembuh.
33.
Di hari tuanya Sa’ad mengalami kebutaan. Walaupun begitu, orang-orang masih
banyak yang berdatangan untuk minta didoakan olehnya. Seseorang bertanya,
“Paman, engkau berdoa demi kebaikan orang-orang tapi mengapa kau tidak berdoa
untuk kebaikan dirimu sendiri seperti meminta keada Allah swt untuk
mengembalikan penglihatanmu?”
Sa’ad
menjawab, “Anakku, takdir Allah swt terhadapku lebih baik daripada pengelihatanku.”
34.
Saatnya berpisah!
Ketika skaratul maut, Sa’ad bersandar di
dada anaknya yang menangis. Dia bertanya, “Anakku, apa yang membuatmu
menangis?”
“Aku menangis karena melihat kondisimu saat
ini.”
“Janganlah menangis, karena Allah swt tidak
akan menyiksaku. Sungguh, aku termasuk penduduk surga.”
Di
detik-detik kematiannya, dia minta diambilkan jubah wol usang miliknya dan
berpesan, “Jadikan ini sebagai kain kafanku. Jubah ini kupakai ketika melawan
kaum musyrikin di Perang Badar. Sengaja aku menyimpannya untuk hari ini.”
35.
Di usianya yang ke 80 tahun, Sa’ad meninggal di rumahnya yang berlokasi di
Aqiq, 10 mil dari Madinah. Jenazahnya dimakamkan di Baqi, bersama para sahabat
lain. Dia meninggalkan 34 anak. 17 laki-laki dan 17 perempuan.
***
Ya Allah, ampunilah kami yang ngaku cinta
nabi tapi lebih kenal tokoh-tokoh fiksi daripada sahabat-sahabat nabi.
Ya Allah, ampuilah kami yang lebih kenal
pemanah dari dongeng barat dan Hollywood macam Robin Hood, Hawkeye, Legolas dan
Green Arrow daripada pemanah hebat pelindung nabi seperti Sa’ad bin Abi
Waqqash, Hamzah bn Abdul Muthalib, Khalid bin Walid dan Shuhaib ar Rumi.
Sumber:https://web.facebook.com/permalink.php?story_fbid=2211034022556468&id=1472187026441175
Tidak ada komentar:
Posting Komentar