Inventarisasi
hutan merupakan salah satu cabang ilmu kehutanan yang membahas tentang metode
penaksiran potensi hutan. Untuk
mengetahui sifat-sifat dari suatu
populasi umumnya tidak dilakukan
terhadap semua anggota populasi secara penuh (sensus), tetapi hanya dilakukan
terhadap sebagian anggota populasi yang terpilih sebagai pewakil (sampling). Demikian pula halnya dengan pengamatan
potensi hutan, umumnya dilakukan pada sejumlah satuan pewakil atau contoh, dimana
satuan tersebut dapat berupa pohon, satuan luas, maupun satuan-satuan lainnya.
Walaupun
metode sensus jarang digunakan dalam
menaksir potensi hutan. Namun, perlu
juga diketahui perbedaan antara sensus dan sampling. Sensus adalah
cara pengumpulan data dengan mencatat seluruh objek yang akan diamati. Misalnya untuk menghitung populasi ikan di kolam,
yaitu dengan cara menguras air kolam dan menghitung secara langsung seluruh
ikan yang berada di kolam. Sedangkan
sampling adalah cara pengumpulan data dengan
cara mencatat sebagian objek dari objek yang akan diamati. Misalnya untuk menghitung populasi ikan di suatu teluk, dilakukan dengan cara
mengambil sampel di suatu bagian dari teluk tersebut.
Kelebihan dan Kekurangan
Dari cara
pengambilan datanya metode sensus menghasilkan data yang lebih mendekati
kondisi sebenarnya dari objek yang diamati.
Namun, sensus mempunyai beberapa kekurangan yaitu hanya dapat
digunakan pada kondisi habitat tertentu atau arealnya tidak terlalu luas, pada
daerah yang luas dibutuhkan tenaga, biaya, dan waktu yang banyak. Sampling
mempunyai kelebihan yaitu lebih mudah digunakan, membutuhkan waktu yang relatif singkat, serta tenaga dan biaya
yang lebih murah. Kekurangan dari metode
ini data yang diperoleh cenderung lebih menyimpang dengan kondisi yang
sebenarnya.
Beberapa
Alasan Penggunaan Metode Sampling
Terdapat
beberapa alasan sehingga pengamatan melalui sampling dilakukan, yaitu antara
lain sebagai berikut:
- Alasan efisiensi waktu dan biaya
Pengamatan secara penuh terhadap seluruh objek pengamatan (populasi)
umumnya memerlukan waktu yang cukup lama di satu pihak, sedang pada pihak lain,
kebutuhan akan informasi yang diperoleh melalui pengamatan yang dilakukan
biasanya sangat mendesak untuk kepentingan penyusunan rencana pendayagunaan
objek yang bersangkutan. Juga dapat
dipahami bahwa pengamatan akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, padahal
pengamatan hanya merupakan salah satu tahap awal dari rangkaian sejumlah
tahapan kegiatan yang kesemuanya memerlukan biaya. Melalui sampling, dapat diperoleh informasi
dalam waktu yang relatif terbatas dengan pengerahan dana yang terbatas pula.
- Alasan adanya resiko kerusakan yang dapat timbul dalam pelaksanaan pengamatan
Terdapat beberapa jenis pengamatan yang hanya dapat dilakukan melalui
pengrusakan objek yang diamati.
Pengamatan biomas tumbuhan, misalnya hanya dapat dilakukan jika objek
atau tumbuhannya dicabut dan dikeringkan untuk seterusnya ditimbang. Dengan demikian dapat dibayangkan, jika
dilakukan pengamatan secara penuh dan bukan dengan sampling, maka untuk
kepentingan pengamatan termaksud semua tumbuhan harus dicabut, dan semua
pohon harus ditebang. Selanjutnya akan menyusul pula suatu pertanyaan
mengenai tujuan dan manfaat dilakukannya pengamatan tersebut, jika semua
tumbuhannya sudah dicabut atau semua pohonnya sudah ditebang?
- Alasan ketelitian dalam pelaksanaan pengamatan
Suatu pengamatan memerlukan suatu konsentrasi khusus untuk menjamin
ketelitian pengamatan tersebut.
Pengamatan sejumlah kecil anggota populasi secara teliti akan dapat
memberikan hasil yang lebih baik untuk menjadi dasar dalam menjelaskan
sifat-sifat populasi dari pada hasil yang diperoleh melalui pengamatan terhadap
semua anggota populasi yang dilaksanakan secara kurang atau tidak teliti. Pengamatan terhadap semua anggota populasi
yang diamati, berarti semakin banyak waktu dan tenaga yang dihabiskan. Hal ini lambat laun akan menyebabkan
merosotnya kondisi fisik dan stamina pengamat , yang akan berdampak pada
konsentrasi pengamat yang akan menyebabkan semakin menurunnya tingkat
ketelitian yang dilakukan.
- Alasan ekonomi atau nilai manfaat
Pengamatan terhadap semua anggota populasi secara penuh akan memerlukan
biaya yang cukup besar, dan untuk hal-hal tertentu dapat menyamai dan bahkan
melebihi nilai informasi yang akan diperoleh melalui pengamatan yang
dilakukan. Pengamatan dengan metode
sampling diharapkan dapat meminimalkan biaya pengamatan tanpa mengabaikan
faktor ketelitian hasil pengamatan.
Prinsip
dan Perencanaan Sampling
Prinsip–prinsip
yang perlu diperhatikan dalam sampling adalah:
1.
Keterwakilan
(Representativeness). Contoh yang
terpilih harus dapat mewakili
semua unsur atau kelompok yang ada dalam populasi secara proporsional.
2.
Ketelitian
(Accuracy). Selang taksiran bagi parameter sedapat
mungkin tidak melampaui batas-batas tertentu
yang ditetapkan sebelumnya, dimana hal tersebut akan dipengaruhi oleh tingkat
keragaman populasi dan jumlah contoh atau intensitas sampling.
3.
Kepraktisan
(Efficiency). Diupayakan untuk memperoleh suatu tingkat
ketelitian tertentu, dengan pengorbanan
waktu, tenaga dan biaya yang minimal.
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut di
atas, maka perencanaan sampling dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut:
a.
Perumusan tujuan pengamatan
- Penentuan batasan populasi beserta unit-unitnya
- Pengumpulan informasi pendahuluan atau gambaran umum populasi
- Penentuan jumlah unit contoh yang akan diamati berdasarkan tingkat ketelitian yang diinginkan.
- Penentuan metode sampling yang akan digunakan
- Penentuan faktor atau peubah yang akan diukur, beserta cara pengukuran dan alat ukur yang akan digunakan.
- Penentuan metode analisis yang akan digunakan
- Penentuan personil pelaksana, perencanaan kebutuhan biaya dan penyusunan jadwal pelaksanaan.
Metode-
Metode Sampling
Dalam kegiatan
inventarisasi hutan terdapat bermacam metode sampling yang digunakan,
penggunaan bermacam sampling tersebut dipengaruhi oleh kondisi populasi yang
diamati. Sejumlah metode sampling yang
diumum digunakan di antaranya:
Berdasarkan
ada tidaknya kemungkinan bagi sebuah anggota populasi untuk terpilih lebih dari
satu kali, dikenal:
- Sampling tanpa pemulihan yaitu sampling dimana setiap anggota populasi hanya mempunyai satu kemungkinan satu kali utk terpilih sebagai contoh.
- Sampling dengan pemulihan yaitu sampling dimana setiap anggota populasi dapat terpilih lebih dari satu kali.
Berdasarkan obyektivitas/subyektivitas dalam
sampling, dikenal:
- Sampling acak (Random sampling) yaitu sampling dimana semua anggota populasi diberi kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai contoh.
- Sampling pertimbangan (Purposive sampling) yaitu sampling yang dilakukan berdasarkan pertimbangan subyektivitas dari pelaksananya.
Berdasarkan keteraturan unit-unit contoh
terpilih, dapat juga dibedakan antara:
- Sampling acak yaitu sampling yang unit-unit pengamatannya menyebar secara tidak teratur, baik dilihat dari nomor urut penetapannya, maupun penyebarannya di lapangan.
- Sampling sistematik yaitu sampling yang dilakukan menurut suatu pola sistimatis, sehingga urutan nomor atau penyebaran unit-unit contoh yang diamati akan terpola dengan suatu interval yang sistematis.
Berdasarkan ada tidaknya perlakuan awal berupa:
- Sampling sederhana (Simple sampling) yaitu sampling yang tidak didahului oleh perlakuan pengelompokan. Sampling ini biasanya dilakukan pada populasi-populasi yang dianggap relatif homogen.
- Sampling stratifikasi atau sampling berlapis (Stratified sampling) yaitu sampling yang didahului dengan pengelompokan populasi ke dalam sub-sub populasi. Sampling ini dilakukan pada populasi yang heterogen.
Bacaan Utama:
Dr. Ir. Daud Malamassam. 1997. Bahan Ajar Inventarisasi Hutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar