Burung merupakan satwa yang paling elok,
paling merdu, paling dikagumi, paling banyak ditelaah, dan paling gigih
dibela. Jumlahnya jauh melebihi semua
vertebrata lain kecuali ikan, dan dapat ditemukan di seluruh pelosok dunia,
dari tepi tudung es kutub serta Lereng Himalaya dan Andes yang paling tinggi
sampai laut paling bergolak, rimba yang paling gelap, gurun yang paling tandus,
dan kota yang paling berjejal. Beberapa
macam di antaranya bahkan memasuki lingkungan ikan sampai sedalam 30 meter atau
lebih.
Burung merupakan satwa yang memberikan
sumbangan besar bagi kemakmuran manusia.
Di antara segala jenis burung di dunia, tidak ada yang lebih akrab
persekutuannya dengan manusia atau lebih besar sumbangannya bagi kemakmuran
manusia daripada ayam hutan merah Gallus
gallus. Dari jenis ini telah
diturunkan banyak varietas ayam piaraan dan kini jumlahnya
bermilyar-milyar.
Dengan segala kelebihan tersebut,
menjadikan burung paling banyak diamati,
paling banyak diteliti dan paling banyak didokumentasikan. Sehingga ilmu yang mempelajari satwa ini
merupakan salah satu ilmu tertua dan paling awal berkembang. Ornitologi merupakan ilmu yang khusus
mendalami tentang seluk burung, sedangkan orang mempelajari bidang ilmu ini
disebut ornitolog. Terdapat berbagai macam
defenisi dari ilmu ini, dua diantaranya yaitu:
§ Ornitologi
merupakan ilmu pengetahuan tentang burung, termasuk deskripsi dan klasifikasi,
penyebaran, dan kehidupannya (sumber: kbbi).
§ Ornitologi
(dari Bahasa Yunani: ορνισ, ornis, "burung"; dan λόγος, logos,
"ilmu") adalah cabang zoologi yang mempelajari burung.
Sejarah
ornitologi Indonesia
Menurut
Somadikarta 2007 periode pengetahuan avifauna di indonesia terbagi dalam dua
periode yaitu:
a. Pengetahuan
tentang avifauna Indonesia sebelum tahun 1758
- Steinmann dapat mengidentifikasi sebanyak tidak kurang 12 jenis burung yang terdapat di beberapa Candi di Pulau Jawa.
- Bemmel tidak meragukan bahwa Rumphius (1627-1702) mencatat tidak kurang 50 spesies burung dari Maluku dan sekitarnya dalam naskah bukunya berjudul “Amboinsch Dierboek”.
- Catatan tentang burung Rumphius ini dibajak dan dijadikan dasar oleh F. Valentijn (1726) untuk menulis bab tentang burung dalam bukunya “Oud- en Nieuw Oost-Indien (Vol. 3)”
- Keyakinan bahwa Valentijn telah membajak naskah Rumphius, dapat dibaca dalam buku Valentijn Oud-en Nieuw Oost-Indien (1726: hlm.299) yang mengatakan bahwa ia (Valentijn) telah merasakan daging Kasuari pada tahun 1668.
- Sampai tahun 1685, Valentijn belum diberitakan bahwa ia sudah ada di Hindia Timur (East Indies).
b.
Pengetahuan tentang avifauna Indonesia sesudah tahun
1758
Lebih dari 4300
taksa baru burung Indonesia yang ditemukan antara tahun 1758 – 2004
dipertelakan oleh lebih kurang 120
ornitolog mancanegara.
Sejarah
Ornitologi pada masing-masing wilayah di Indonesia, yaitu:
Sejarah ornitologi Pulau Sumatra dan pulau-pulau di
sekitarnya:
- Marle, J.G. van & K.H. Voous. 1988. A chronological historical synopsis of ornithological exploration in Sumatra. (In) J.G. van Marle & K.H. Voous. The birds of Sumatra. B.O.U. Check-list No. 10. B.O.U., Tring: 44-49.
Sejarah ornitologi Pulau Jawa, Kalimantan, dan di
sekitarnya:
- Finsch, O. 1906. Zur Erforschungsgeschichte der Ornis Javas. J. Orn., 54: 301- 321. Kalimantan (Borneo):
- Salvadori, T. 1874. Notizie storiche intorno all’ornitologia di Borneo. (In) T. Salavadori. Catalogo sistematico degli uccelli di Borneo. Ann. Mus. Civ. Stor. Nat. Genova, 5: vii – xii.
Sejarah ornitologi kawasan Wallacea:
- Bruce, M.D. 1986. A chronological historical synopsis of ornithological exploration in Wallacea. (In) C.M.N. White & M.D. Bruce. The birds of Wallacea (Sulawesi, The Moluccas & Lesser Sunda Islands, Indonesia). B.O.U. Check-list No. 7. B.O.U., London: 68- 75.- 16 -
Sejarah ornitologi kawasan Papua dan pulau-pulau di
sekitarnya:
- Frith, C.B. 1979. Ornithological literature of the Papuan Subregion 1915 to 1976: an annotated bibliography. Bull. American Mus. Nat. Hist., 164, Art. 3: 379-465.
- Salvadori, T. 1874. Catalogo sistematico degli uccelli di Borneo con note ed osservazioni di G. Doria ed O. Beccari intorno alle specie da essi racolte nel Ragiato di Sarawak (kiri), dan Salvadori. T. Ornitologia della Papuasia e delle Molucche. Parte Prima (1880).
Peran
Ornitolog Indonesia
Pakar perburungan Indonesia memperoleh
banyak pengetahuan pada saat melanjutkan kuliah di luar negeri dan atau secara
otodidak. Jumlah penulis ilmiah bangsa
Indonesia yang menerbitkan artikel ornitologi meningkat tajam pada dekade 1994-2004.
Kondisi
Sekarang
- Ornitolog lebih terpusat di Jawa dan Sumatra.
- Beberapa tempat selain Jawa memiliki ornitolog yang berasal dari Pulau Jawa, khususnya daerah yang berdekatan dengan Pulau Jawa.
- Khusus Sulawesi, semuanya merupakan ornitolog lokal yang berasal dari Sulawesi. Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara merupakan daerah paling maju dan paling aktif di Indonesia Timur
Bapak
Ornitolog Indonesia
Prof Dr
Soekarja Somadikarta merupakan ornitolog senior asli Indonesia. Ketekunan dan kiprahnya di dunia
ornitologi selama hampir setengah abad telah berhasil membawanya mendapatkan
penghargaan di dunia internasional maupun Tanah Air.
Soekarja lahir di Bandung 21 April 1930
sebagai anak pertama dari lima bersaudara. Ia memperoleh gelar sarjana sains
dari Akademi Nasional pada 1953 dan memperoleh gelar Doktor dari Freie
University Berlin, Jerman pada 1959.
Setelah kembali ke Indonesia, ia
langsung mendapat tugas memberikan kuliah Zoologi untuk mahasiswa tingkat
pertama Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia
di Bogor.
Pertemuan
Pertama Kuliah Ornitologi.
Bacaan Utama:
1.
Soekarja
Somadikarta. 2007. Tinjauan sekilas
sejarah ornitologi Indonesia: lebih dari 99% holotipe burung Indonesia disimpan
di koleksi museum manca negara. 2007.
2.
Roger
Tory Peterson. 1981.The Birds.
Izin share ya gan
BalasHapus