Kadang
saya malu kalau baca jurnal penelitian dari luar negeri soal-soal media social (medsos).
Hasil penelitian menyebutkan bahwa medsos di Indonesia salah satu medsos paling
berisik di dunia. Lebih 15rb tweet dan update status per detik. Tapi
sayang, kebanyakan adalah berita hoax
dan fraud. Alias medsos di Indonesia
salah satu yang paling tidak sehat di dunia.
Begitu
juga ketika saya baca laporan soal ranking baca negara negara di dunia.
Indonesia ada di urutan bawah. Negara yang warganya rajin baca itu justru Cina,
Rusia, dan Spanyol. Negara yang mayoritas bukan Muslim. Indonesia ada di urutan
ke 125 dari 198 negara yang disurvei.
Kalau kita baca lagi laporan penjualan rokok dan buku di Indonesia misalnya, penjualan rokok rata-rata di di Indonesia angkanya sampai 5T per tahun. Sedangkan belanja buku masyarakat hanya 7M saja per tahun. Lebih hobi merokok daripada membaca. Yang bikin saya sedih bukan soal Indonesia saja. Tapi soal bahwa Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia. Tapi budaya baca buku di Indonesia sangat rendah. Padahal agama Islam perintah pertamanya adalah membaca.
Inilah
salah satu sebab di Indonesia kenapa rakyat mudah di adu domba. Mudah disulut dan mudah dikomporin. Karena
literasi sangat rendah apalagi di media sosial. Pembelahan di masyarakat mudah sekali disulut,
karena media sendiri di Indonesia juga tidak mendidik. Malah berat sebelah. Tidak mencerdaskan.
Kita
punya penduduk seperempat miliar lebih, makanya jika Indonesia tidak sehat akan
ikut tidak menyehatkan dunia. Karena kita masuk negera negara dengan jumlah
penduduk besar di dunia. Sebaliknya jika Indonesia sehat, maka akan ikut
menyehatkan dunia. Inilah mengapa saya
pribadi terus berupaya agar rakyat kita cerdas bukan ribut ikut-ikutan. Karena salah satu syarat agar negara ini naik
kelas kedepannya dan mampu bersaing dengan negara besar lain adalah rakyat kita
harus naik kualitas bacanya, kualitas konsumsi informasi, kualitas ilmu filter
media dst dst.
Ini
semua berat, butuh proses yang panjang dan tidak akan mudah. Karena inilah
faktanya bahwa setiap ada masalah di dunia global, maka negara kelas tiga di
dunia semacam Indonesia akan selalu menjadi korban imbasnya. Efek kita bukan
pemain utama dunia saat ini. Kadang,
banjir dan melimpah nya informasi seperti zaman sekarang ini tidak jadi jaminan
akan membuat kualitas sebuah negara akan lebih bagus jika tidak diikuti dengan
kayanya literasi kita semua. Wallahu
alam.
(Tengku Zulkifli Usman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar