"Kalau ditanya kepada anak-anak, siapa
tokoh yang kini populer di mata mereka selain Harry Potter " Maka jawabnya
adalah Nemo, si ikan badut mungil dalam film Finding Nemo, sebuah film menarik
tentang kisah biota bawah laut. Film animasi Walt Disney tersebut cukup sukses,
membuat para orang tua ikut mengantre tiket di sejumlah loket bioskop kelas
atas saat ini.
Panjangnya antrean loket itu membuktikan
bahwa anak-anak sangat tertarik pada petualangan bawah laut yang sarat dengan
aneka spesies ikan dan tanaman lucu-lucu. Sayangnya, kalau sampai ekosistem
laut ini hilang, maka pemandangan indah laut hanya bisa dinikmati dalam film
semata.
Ekosistem laut Indonesia sekarang terancam
rusak. Sebut saja terumbu karang Indonesia seluas 50.000 kilometer persegi yang
hanya tujuh persen saja dalam kondisi sangat baik dan 33 persen baik (Data
Kementerian Lingkungan Hidup - red). Atau mangrove Indonesia yang hanya 32 persen
saja dalam keadaan baik.
Di antara kedua ekosistem laut tersebut ada
lagi jenis ekosistem lain yang jarang disinggung, yakni lamun atau tumbuhan air
berbunga (Spermatophyta) yang hidup dan tumbuh terbenam di lingkungan laut.
"Tumbuhan ini sangat berperan dalam penyediaan makanan bagi biota laut
karena mereka melakukan detritus atau pelapukan daun laum yang merupakan
makanan utama fauna laut, " ujar Dr. Ir. Ono Kurnaen Sumadhiharga, MSc,
Ahli Peneliti Utama Bidang Biologi Laut Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kepada pers dalam sebuah diskusi mengenai fungsi
lamun di Jakarta, Senin (30/6).
Selain itu, lamun menjadi semacam rumah
bagi ikan kecil-kecil seperti kuda laut serta "pengiring " terumbu
karang dan mangrove. Tanpa kehadiran lamun maka baik terumbu karang, mangrove
dan ikan lain akan sulit untuk bertahan.
Salah Istilah
Ono menambahkan, sejak dulu baik pemerintah
maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM) lebih banyak mengkampanyekan konservasi
terumbu karang dan mangrove, sedangkan lamun terlupakan. Padahal kondisi padang
lamun tak kalah mengenaskan. Dari seluruh lautan Indonesia terdapat sekitar
75-90 persen lamun yang rusak, terutama di daerah pelabuhan.
Menurut Ono, padang lamun sangat sensitif
terhadap gangguan aktivitas manusia. Ekosistem ini akan cepat hancur dan mati
begitu terkena limbah minyak, tertabrak oleh kapal yang melaut di luar jalur,
juga bom untuk menangkap ikan. Dari sekian luas laut Indonesia, hanya padang
lamun di wilayah timur saja seperti Maluku, Seram, Sangihe yang masih dalam
kondisi baik.
Padang lamun juga sering menjadi korban
eksplorasi laut yang kini mulai marak dilakukan pemerintah dan industri.
Sayangnya justru ekplorasi laut ini kerap salah kaprah dengan pengerukan biota
laut tanpa kontrol. Mangrove dan padang lamun sering dikorbankan untuk memenuhi
kebutuhan lahan pantai guna peruntukan lain. Subagjo Soemodhihardjo, Ketua
Indonesian Seagrass Comitee (ISC) menyontohkan kawasan pesisir Teluk Banten
yang mengalami reklamasi padang lamun sekitar 30 persen untuk pemukiman mewah,
perhotelan dan wisata bahari.
Manfaat dari padang lamun sendiri kurang
dikenal oleh publik. Kebanyakan orang hanya mengenal rumput laut sebagai bahan
dasar agar-agar. Lamun sendiri yang dalam bahasa Inggris disebut seagrass
sesungguhnya bukanlah rumput laut . "Rumput laut kelompok agar-agar dalam
bahasa Inggris disebut seaweed, yang secara harfiah berarti gulma laut. Telah
terjadi kerancuan penggunaan istilah, baik Indonesia maupun Inggris, "
ujar Subagjo dalam kesempatan serupa.
Lamun memiliki batang, akar, daun, bunga
dan buah dan dilengkapi dengan hijau daun untuk proses fotosintesis. Agar
proses fotosintesis berjalan optimal, lamun perlu sinar matahari cukup. Maka
lamun akan tumbuh baik di perairan dangkal berair jernih, hingga kedalaman
sekitar 40 meter. Tak heran kadang padang lamun kerap menjadi indikator air
laut yang jernih. Kian kotor air laut itu, kian sedikit pula lamun yang tumbuh,
berarti kian sedikit pula ekosistem laut yang tergolong sehat.
Fungsi Lamun
Secara fisik, padang lamun berperan sebagai
stabilisator sedimen di dasar perairan dan pelindung pantai dari gempuran ombak
dan arus. Dari segi ekologi, padang lamun berfungsi sebagai penghasil bahan
organik, habitat berbagai satwa laut, sebagai subtrat bagi banyak biota
penempel serta sebagai daerah asuhan bagi larva ikan dan biota lain.
"Banyak jenis ikan karang dan biota lain yang larvanya dibesarkan di
padang lamun, " tutur Subagjo.
Selain menyediakan tempat berlindung,
padang lamun juga menyediakan makanan bagi larva-larva tersebut. Yang paling
menonjol di antara fungsi tersebut adalah perannya sebagai penghasil bahan
organik yang mampu menghidupi biota lain seperti ikan duyung dan penyu hijau,
satwa langka yang dilindungi undang-undang.
Masyarakat pesisir sudah cukup mengenal
lamun secara tradisional. Biasanya mereka menganyamnya menjadi keranjang, dibakar
untuk menghasilkan garam dan soda, pengisi kasur, atap rumbai, bahan pelapis,
kompos, pengganti benang atau cerutu.
Di dunia, ada lebih dari 50 spesies lamun,
sedangkan di Indonesia sendiri ada 12 jenis yang dapat dijumpai dalam skala
besar dan menutupi dasar perairan yang luas membentuk padang lamun alias
seagrass bed. Jenis tersebut antara lain Cymodocea rotundata, Enhalus
acoroides, Halophila spinulosa. Kesemuanya tersebar di sebagian besar pantai
dunia engan habitat daerah sungai berkadar garam tinggi, daerah yang selalu
mendapat genangan air pada saat air surut, perairan dengan cahaya martahari
yang dapat menembus dasar, atau dasar lumpur, pasir dan karang. Tanaman laut
ini mudah terancam musnah akibat adanya badai, tsunami, gempa bumi, gunung meletus
serta kegiatan manusia seperti bom, limbah industri, pembuangan minyak, limbah
air panas, reklamasi dan sejenisnya.
Kerusakan ekosistem lamun di seantero
Indonesia tak bisa dipandang enteng. Ono menuturkan, dari 8.449 jenis biota
laut di perairan Indonesia kini tinggal tersisa setengahnya saja. Dan kalau
dibiarkan bukan tak mungkin ekosistem laut bisa punah. Maka itu ia selaku
peneliti di LIPI bersama sejumlah LSM seperti Coral Reef Rehabilitation and
Management Project (COREMAP) dan ISC menyerukan kepada pemerintah sebagai
pembuat kebijakan untuk segera menetapkan aturan demi merehabilitasi kondisi
lamun yang rusak. Di samping itu, kesadaran masyarakat dan industri perlu juga
dibangkitkan agar tidak semena-mena melakukan eksploitasi kekayaan laut tanpa kontrol.
"Penanaman kembali lamun ini cukup mudah. Mereka akan cepat tumbuh kembali
kalau ditanam. Tapi masalahnya, apakah setelah ditanam tidak akan ada lagi
perusakan terhadapnya, " demikian Ono.(mer)
Sumber
: Sinar Harapan (2 Juli 2003)
http://lipi.go.id/berita/lamun-pelindung-biota-laut-yang-terlupakan/103
Tidak ada komentar:
Posting Komentar