Rabu, 16 Juli 2025

MENGAPA NAMA FAMILI TUMBUHAN BERAKHIRAN -CEAE DAN FAMILI BURUNG BERAKHIRAN -IDAE?

Dalam sistem klasifikasi makhluk hidup, penamaan ilmiah mengikuti aturan yang telah distandarkan secara internasional untuk memastikan keseragaman dan kejelasan dalam komunikasi ilmiah. Salah satu aspek menarik dalam sistem ini adalah perbedaan akhiran pada nama famili antara tumbuhan dan hewan, termasuk burung. Nama famili tumbuhan umumnya berakhir dengan akhiran -ceae, seperti pada Fabaceae untuk keluarga kacang-kacangan, sedangkan pada hewan dan burung berakhiran -idae, seperti pada Accipitridae untuk keluarga elang. Meskipun tampak sebagai perbedaan kecil, kedua akhiran ini sesungguhnya mencerminkan dua sistem nomenklatur yang berbeda dan memiliki sejarah serta dasar linguistik yang khas.

Tumbuhan mengikuti aturan yang diatur dalam International Code of Nomenclature for algae, fungi, and plants (ICN), sedangkan hewan, termasuk burung, mengikuti International Code of Zoological Nomenclature (ICZN). Kedua kode ini berkembang secara terpisah dalam tradisi botani dan zoologi, sehingga menghasilkan perbedaan bentuk dan struktur nama-nama taksonomi. Dalam konteks tumbuhan, akhiran -ceae berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak feminin dan secara harfiah berarti "keluarga dari" atau "kelompok yang termasuk dalam." Nama-nama famili tumbuhan biasanya dibentuk dari nama genus utama yang mewakili kelompok tersebut, lalu ditambahkan akhiran -ceae. Sebagai contoh, nama Poaceae berasal dari genus Poa, yang menunjukkan bahwa famili tersebut mencakup semua spesies yang terkait erat dengan genus tersebut.

Kamis, 26 Juni 2025

EFEKTIVITAS KOMBINASI POWERPOINT DAN BLOGSPOT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DI PERGURUAN TINGGI

Pendahuluan

Perkembangan teknologi informasi telah membawa dampak signifikan terhadap dunia pendidikan, termasuk dalam proses belajar mengajar di perguruan tinggi. Salah satu tantangan utama dalam pembelajaran masa kini adalah bagaimana menciptakan pengalaman belajar yang menarik, mudah dipahami, dan berkelanjutan di luar kelas. Dalam konteks ini, pemanfaatan media pembelajaran menjadi sangat penting. Selama ini, saya menggunakan Microsoft PowerPoint sebagai media utama dalam proses perkuliahan, dan Blogspot sebagai media pendukung. Kombinasi ini terbukti masih relevan dan cukup efektif dalam menunjang proses pembelajaran mahasiswa.

PowerPoint sebagai Media Presentasi Interaktif dan Dinamis

Microsoft PowerPoint telah lama menjadi media presentasi favorit dalam dunia pendidikan. Salah satu kekuatannya adalah sifatnya yang familiar dan mudah digunakan oleh hampir semua kalangan pendidik maupun mahasiswa. Sebagian besar perangkat komputer atau laptop telah memiliki aplikasi ini secara default, sehingga tidak memerlukan langganan tambahan atau pembelian terpisah untuk digunakan dalam pembelajaran.

KONFLIK MANUSIA DAN SATWA LIAR DI INDONESIA: TANTANGAN EKOLOGI DAN STRATEGI KONSERVASI

Pendahuluan

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara megabiodiversitas dengan kekayaan satwa liar yang sangat tinggi. Namun, pertumbuhan populasi manusia yang pesat, perubahan tutupan lahan, serta eksploitasi sumber daya alam telah mendorong terjadinya peningkatan interaksi negatif antara manusia dan satwa liar. Konflik ini sering kali berujung pada kerugian ekonomi, ancaman keselamatan manusia, dan penurunan populasi satwa liar yang dilindungi.

Faktor Ekologis Pemicu Konflik

Dalam perspektif ekologi, konflik manusia dan satwa liar muncul akibat gangguan terhadap keseimbangan ekosistem. Beberapa faktor utama penyebab konflik meliputi:

  • Fragmentasi dan Hilangnya Habitat

Konversi hutan menjadi lahan pertanian, perkebunan, dan pemukiman memaksa satwa liar keluar dari habitat aslinya. Misalnya, gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) sering masuk ke lahan pertanian warga akibat berkurangnya pakan alami di hutan yang telah terbuka.

Senin, 02 Juni 2025

MENJAGA KESEHATAN HUTAN: TANTANGAN DARI HERBIVORI SATWA LIAR, PERLADANGAN BERPINDAH, DAN KEBAKARAN HUTAN

Kesehatan hutan merujuk pada kondisi ekosistem hutan yang stabil, produktif, dan mampu menjalankan fungsi ekologisnya secara optimal. Indikator kesehatan hutan meliputi keanekaragaman hayati, regenerasi alami, struktur tajuk yang berlapis, kestabilan tanah, hingga ketiadaan gangguan besar. Namun, di berbagai wilayah tropis seperti Indonesia, keberlangsungan kesehatan hutan menghadapi ancaman serius dari tekanan ekologi dan sosial, seperti herbivori satwa liar berlebih, perladangan berpindah yang tak terkendali, dan kebakaran hutan.

1. Herbivori Satwa Liar: Gangguan Alami yang Dapat Melemahkan Regenerasi

Dalam ekosistem yang seimbang, herbivori oleh satwa liar seperti rusa, babi hutan, atau kerbau liar membantu menjaga dinamika vegetasi. Namun, saat tekanan herbivori menjadi terlalu tinggi, misalnya akibat ledakan populasi satwa herbivora atau hilangnya predator, terjadi penurunan regenerasi alami pohon, kerusakan vegetasi bawah, dan terganggunya siklus suksesi hutan. Efek ini berdampak pada:

Sabtu, 31 Mei 2025

STRATEGI REPRODUKSI R DAN K SEBAGAI DASAR DALAM PENGELOLAAN SATWA LIAR

Dalam ilmu ekologi, strategi hidup suatu spesies merupakan fondasi penting dalam merancang kebijakan pengelolaan dan konservasi satwa liar. Salah satu pendekatan yang banyak digunakan adalah klasifikasi strategi hidup berdasarkan teori r/K selection. Teori ini menjelaskan bagaimana organisme beradaptasi terhadap tekanan lingkungan melalui pola reproduksi, pertumbuhan, dan kelangsungan hidup. Memahami strategi reproduksi r dan K tidak hanya penting untuk kajian ekologi teoretis, tetapi juga menjadi alat bantu praktis dalam menentukan prioritas konservasi, pendekatan manajemen populasi, hingga kebijakan pemanfaatan berkelanjutan.

Strategi r: Kelangsungan melalui Kuantitas

Spesies dengan strategi r (diambil dari simbol r dalam model pertumbuhan populasi eksponensial) dicirikan oleh: