Halaman

Senin, 29 Juni 2015

Terlalu Banyak yang Bisa Disyukuri, Mengapa Masih Mengeluh?



Jujur, saya sering ngeri dengan orang yang masih bisa mengeluh di tengah tumpukan nikmat, dan masih merasa iri pada orang lain saat ia sebenarnya telah memiliki segalanya.
Yang saya ngeri adalah, suatu saat Allah mencabut semua nikmat itu, dan ia baru tersadar bahwa seharusnya ia bersyukur, bukan mengeluh atau iri.
Kalau kita mau jujur, keluhan hanya muncul ketika kita fokus pada apa yang tidak kita miliki, betul kan? Nggak punya idung mancung, nggak punya rumah besar, nggak punya baju branded, nggak punya anak cowok, nggak punya badan kurus, akhirnya ngeluh mulu.

Dan rasa iri timbul ketika kita fokus pada nikmat yang diperoleh orang lain, bukan nikmat yang ada pada diri kita.
Orang yang belum nikah, iri pada yang sudah nikah. Yang belum hamil, iri pada yang punya anak. Yang punya anak banyak, iri sama yang belum nikah dan masih bebas. Aiiih... Lingkaran setan yang hanya bisa diputus dengan rasa ikhlas dan syukur.
Padahal yang bisa kita syukuri ada sangat sangat banyak:
1. Tubuh yang masih bisa berfungsi normal
Jantung yang berdetak dengan gratis. Mata yang bisa melihat sempurna. Otak yang bisa berpikir. Mulut yang bisa bicara. Kaki yang bisa berjalan. Perut yang bisa mencerna. Darah yang lancar mengalir.
Jangan sampai baru bisa bersyukur setelah Allah timpakan asam urat di kaki, katarak di mata, meningitis di otak, peredaran darah tersumbat. Baru deh sadar bahwa bertahun-tahun ini kita dilimpahi banyak nikmat kesehatan.
Bukannya mau nakut-nakutin, tapi ini ciyus loh, biasanya orang yang lupa bersyukur dan kebanyakan ngeluh, suatu saat bakalan Allah cabut nikmatnya. Jadi, buat yang hobi ngeluh... Siap-siap aja yaa!
2. Keluarga
Kalau masih punya orangtua, punya adik-kakak (se-menyebalkan apapun mereka), punya suami, punya anak, syukurilah nikmat memiliki keluarga!
Sadari bahwa pada diri mereka, kita punya kesempatan mendapat tambahan pahala.  Belum lagi kalau punya keluarga di luar yang kandung, misalnya keluarga se-pengajian, keluarga di kantor, dan keluarga lainnya yang memperhatikan dan menyayangi kita.
Itu adalah nikmat Allah yang luar biasa, jangan diabaikan! Syukurilah sebelum mereka semua Allah bikin pergi meninggalkan kita karena terlalu sibuk ngeluh!
3. Keburukan yang tidak terjadi
Bayangkan... Dari sekian banyak kasus begal, kita tidak termasuk menjadi korban, padahal pulang malem terus. Dari sekian banyak kecelakaan pesawat, kita selalu mendarat dengan selamat.
Dari sekian banyak kecelakaan mobil, motor, kita belum pernah ketabrak sampai parah. Dari sekian banyak kasus kebakaran, rumah kita dan keluarga tidak termasuk menjadi korban.
Dari sekian banyak anak terlahir autis, cacat fisik, keterbelakangan mental, namun diri kita terlahir normal.
Bukankah ini juga merupakan nikmat yang harus disyukuri? Mengapa kita menganggap hal ini biasa-biasa saja dan memang sudah seharusnya?
4. Nikmat sebagai muslim
Nikmat iman dan Islam adalah nikmat yang terbesar. Sudahkah kita bersyukur karena masih bisa mendirikan shalat berjamaah dengan bebas? Sementara ada orang di belahan dunia sana yang harus shalat sembunyi-sembunyi.
Sudahkah kita bersyukur karena mengenal Allah sebagai Tuhan yang esa, tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, serta tidak ada satu pun yang setara dengannya? Sementara di luar sana banyak yang meyakini bahwa Tuhan dilahirkan dan Tuhan bisa wafat?
Terlalu banyak yang bisa disyukuri, dan nyaris tidak ada yang pantas dikeluhkan, kecuali sifat mengeluh yang ada dalam diri kita.
Mari berdoa, semoga Allah menjadikan kita hamba yang pandai bersyukur. Yang selalu bisa melihat ada bunga cantik di tengah ilalang, yang selalu bisa menyadari adanya berlian di antara gunungan sampah, yang selalu bisa melihat kebaikan di tengah ribuan keburukan. Bukan sebaliknya.
Semoga Allah jauhkan kita dari sifat mengeluh, yang selalu merasa kurang walaupun telah memiliki segala yang diperlukan, yang selalu dengki pada kenikmatan orang lain, yang selalu minder dengan apa yang Allah beri untuk diri kita.
Sesungguhnya, itulah azab yang sebenarnya, tak pernah merasakan nikmat walau berkubang kenikmatan. Naudzubillah min dzalik.
Sumber: http://annida-online.com/terlalu-banyak-yang-bisa-disyukuri-mengapa-masih-mengeluh.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar