Cikal-bakal ibadah haji melibatkan dua dari
lima nabi yang tergolong sebagai ulul al- azmi (nabi pilihan). Lima nabi yang
termasuk ke dalam nabi pilihan yaitu Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi
Isa, dan Nabi Muhammad.
Tantangan nabi pilihan Allah ini sangat
berat. Meski mereka menghadapi kerajaan-kerajaan besar yang solid, raja tiran,
dan masyarakat pembangkang yang keras kepala, tapi ulul al-azmi memiliki
determinasi sehingga mereka melintasi semua rintangan itu.
Bahkan, tantangan mereka bukan hanya
tatanan politik yang kuat dan tiran, mereka juga bekerja dalam waktu yang lama,
terutama Nabi Nuh yang mencapai 950 tahun. Kendati demikian, mereka bekerja
dengan ikhlas, sabar, penuh keimanan dan keyakinan, serta konsisten berada di
jalan Allah SWT.
“Bayangkanlah agama Kristen baru menjadi
agama resmi Romawi 300 tahun setelah Nabi Isa wafat,”. Kelima nabi ulul al-azmi itu memiliki garis
kepribadian yang berbeda, keras dan santun. Nuh dan Musa berada di garis keras, sementara
Ibrahim dan Isa berada di garis santun. Sementara
Nabi Muhammad saw mengikuti kakeknya Nabi Ibrahim di garis santun.
Nuh pernah berdoa agar Allah membinasakan
semua orang kafir yang ada di muka bumi. Berbeda dengan Ibrahim yang berdoa
agar ayahnya yang musyrik bisa diampun oleh Allah SWT.
Ibrahim adalah kekasih Allah (خليل الله), Musa adalah yang
berbicara langsung dengan Allah (كليم الله), dan Isa adalah Ruh Allah (روح الله). Namun, Nabi Muhammad adalah kekasih Allah yang
diberi kesempatan melihat Allah swt secara langsung.
“Tapi Ibrahim dan Muhammad disatukan dalam
kategori yang lain, adalah maqom tertinggi hirarki cinta dan itu dicapai dengan
‘pengorbanan’ yang tidak ada batasnya di jalan cinta Allah. Itu makna cerita penyembelihan Ismail. Maka hanya Muhammad dan Ibrahim yang kita
sebut saat tasyahhud dalam sholat,”.
Garis kepribadian mereka bisa berbeda dalam
penampakannya, tapi sama dalam watak dasarnya yakni tekad yang kuat, ketangguhan,
dan pengorbanan tanpa batas. Hari ini, umat Islam mengenang epik panjang
perjuangan mereka.
Makna-makna kepribadian dasar itu harus
hadir kembali mengilhami jalan para pewaris nubuwah. Semua tantangan berat yang merintangi jalan
perjuangan umat Islam hari ini hanya bisa dilewati jika mewarisi ‘azimah’ para
nabi ulul al-azmi tersebut.
Azimah’ itu harus mengejawantah dalam
‘pengorbanan’ tanpa batas. Sebab dengan pengorbananlah kita menyatakan cinta
dan kesetiaan pada Allah dan cita-cita sebagai pewaris nubuwah.
Sapi dan kambing yang disembelih pada hari
kurban ini adalah momentum cinta kepada Allah, bukan hanya tak ada sekutu dalam
kerajaan-Nya, tapi tak ada sekutu dalam cinta kepada-Nya. Sapi dan kambing tidak sampai kepada Allah, cintalah
yang sampai kepada-Nya.
Semua kita korbankan, karena semuanya tak
bermakna. Semua tantangan kita hadapi, karena semua kecil. Tak ada ‘alam’ yang besar. Tak ada ‘manusia’ yang besar. Semuanya kecil. Hanya Allah Yang Maha Besar. Kita tangguh karena kita bersama Allah Yang
Maha Besar (Anis Matta).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar