Halaman

Minggu, 19 Januari 2020

KISAH FRITZ CHRISTEN, SENDIRIAN TEWASKAN 100 PRAJURIT DAN HANCURKAN 13 TANK UNI SOVIET

Sumber: alifrafikkhan.blogspot.com

Salah satu cara Adolf Hitler membius rakyat Jerman adalah dengan cara menyanjung mereka.  Menurut Hitler, rakyat Jerman adalah para Ubermensch atau manusia super sehingga memiliki hak untuk mendominasi atau mengeliminasi bangsa lain.  Sebagian besar rakyat Jerman memercayai omongan Hitler itu dan dampaknya ternyata amat luar biasa.
Salah satu yang amat mempercayai perkataan Hitler adalah Fritz Christen yang lahir pada 29 Juni 1921 di kota Wredenhagen.  Seperti warga Jerman lainnya di masa itu, keluarga Fritz hidup miskin karena krisis ekonomi yang melanda setelah Jerman kalah dalam Perang Dunia I.
Situasi mulai berubah ketika pada 1933 partai Nasional Sosialis atau Nazi meraih kekuasaan di Jerman.  Ketika ekonomi Jerman membaik, kondisi kehidupan keluarga Fritz juga membaik, rasa malu akibat kalah perang terlupakan, dan mereka amat mencintai Nazi.
Berkeinginan kuat ambil bagian dalam kemajuan negara, Fritz Christen kemudian bergabung dengan organisasi Pemuda Hitler sebelum hal itu menjadi kewajiban bagi warga Jerman.  Setelah lulus SMA, Fritz bergabung dengan Waffen-Schutzstaffel, sayap militer Partai Nazi.  Dari situ Fritz bergabung dengan Divisi Panzer SS Ke-3 Totenkopf yang bekerja sebagai penjaga kamp-kamp konsentrasi.

Perang Dunia II kemudian pecah pada 1 September 1939. Setelah menaklukkan beberapa negara tetangganya, mata Hitler terarah ke timur, ke Uni Soviet.  Akhirnya, pada 22 Juni 1941, Jerman menggelar invasi ke Uni Soviet yang dikenal dengan nama Operasi Barbarossa.
Sebanyak 3 juta prajurit Jerman, disokong 650.000 tentara Finlandia dan Romania, melintasi perbatasan Uni Soviet terbagi dalam 134 divisi di tiga garis depan.
Italia, Kroasia, Slovakia, dan Hungaria juga mengirimkan tentaranya dalam serangan yang tersebar dari Laut Baltik di sisi utara bhingga Laut Hitam di sisi selatan.  Meski Uni Soviet sudah menduga akan diserang, tetap saja invasi Jerman yang berlangsung cepat ini membuat mereka terkejut.
Pada pertengahan September, unit tempat Fritz bertugas sudah berada di Distrik Demyansk, Novgorod sekitar 480 kilometer sebelah barat laut Moskwa.  Pada 21 September, intelijen Jerman mendapatkan informasi bahwa sebuah ofensif besar-besaran Uni Soviet sedang mengarah ke posisi tentara Jerman.  Unit yang akan menghadapi serangan Uni Soviet itu adalah pasukan Frits Christen.  Mereka kemudian menggali parit pertahanan di hutan-hutan di luar desa Lushno menanti datangnya serangan.
Serangan itu terjadi pada 24 September pagi. Fritz saat itu bertugas dengan senapan mesin anti-tank berkaliber 50 milimeter di sisi hutan di ujung utara desa Lushno.  Di kemudian hari Fritz mengatakan, cuaca dingin Uni Soviet yang menggigit ternyata lebih membuat para prajurit Jerman ketakutan ketimbang ofensif Tentara Merah.
Meski demikian tentara Jerman amat yakin mereka bisa memenangkan pertempuran dengan mudah.  Saat fajar menyingsing, rasa percaya diri Jerman memudar saat melihat gerak maju tentara Uni Soviet.  Mereka melihat barisan tank kelas menengah T-84 bergerak ke arah parit-parit Jerman.  Sementara di belakangnya, ribuan pasukan infantri bergerak untuk membersihkan apa yang tak bisa dihancurkan tank.
Sebelum matahari benar-benar terbit, barisan tank Soviet memulai hujan peluru. Dengan hanya pepohonan dan parit yang menjadi pelindung, Fritz dan pasukannya benar-benar merupakan sasaran empuk.  Fritz kemudian menembakkan senapan anti-tanknya, sementara rekan-rekannya satu persatu berjatuhan tewas atau terluka.
Fritz sebenarnya berhasil menghancurkan lima atau enam tank. Namun, hal tersebut tak mampu membuat mengusir pasukan Uni Soviet.  Fritz lalu memanggil nama rekan-rekannya, tetapi tak ada jawaban. Saat dia sadar semua rekannya sudah tewas, Fritz kemudian menggali parit di sekitar senapan mesinnya.
Beruntung tak ada peluru yang jatuh tepat di posisinya hingga ofensif itu berakhir pada Malam hari.  Serpihan pohon dan logam berserakan di sekitar dia, sementara rekan-rekannya yang tewas atau terluka juga bergelimpangan.  Fritz tetap dalam posisi tiarap. Saat tembakan kemudian berhenti pria itu akhirnya bisa bernapas lega.
Namun, Fritz salah sangka, semuanya belum berkahir. Dia keumudian mendengar derap langkah kaki menuju ke arahnya. Mereka adalah pasukan infantri Uni Soviet.  Tak punya pilihan, Fritz melepaskan tembakan. Di luar dugaan, pasukan infantri Uni Soviet itu mundur, mungkin mengira banyak pasukan Jerman di tempat itu.
Saat hari mulai gelap, Fritz menanti serangan berikut tetapi tak ada lagi gerak maju pasukan Uni Soviet.  Dia kemudian menggunakan waktu untuk mengumpulkan amunisi yang tercecer dan menumpuknya di parit persembunyian.  Fritz juga berusaha mencari makanan dan air, tetapi dia tak mendapatkannya.  Dia juga berusaha tidur tetapi suara tembakan sporadis berulang kali membuatnya harus terjaga.
Pagi harinya, sejumlah tank Uni Soviet melepaskan tembakan. Fritz balas menembak dan melumpuh tujuh tank yang membuat sisanya mundur.  Sepanjang siang tak ada suara tembakan di hutan itu. Tembak menembak kembali berlangsung di malam hari.
Alhasil, Fritz harus pontang-panting ke beberapa posisi untuk mengoperasikan berbagai jenis senapan yang tersisa.  Satu saat, Fritz berhasil membongkar senapan anti-tanknya. Dia kemudian menyeret senjata berat itu beberapa meter, mengganjalnya dengan kayu lalu menembaki tank yang datang.  Dia terus melakukan itu hingga hari berikutnya, meski di tengah rasa lapan dan haus serta dinginnya cuaca.
Pada 27 Desember, Fritz tahu dia tak mungkin lagi bertahan. Amunisinya sudah habis, yang tersisa hanyalah sepucuk pistol yang diambilnya dari jenazah seorang pria.  Sepanjang pagi, suasana tenang tak ada tembakan. Namun, semua berubah di tengah hari ketika pasukan yang lebih besar bergerak menuju ke arahnya.
Fritz mempersiapkan diri dan berusaha menyisakan peluru terakhir untuk diri sendiri.  Lalu saat pasukan itu mendekat, Fritz mendengar mereka berbicara dalam bahasa Jerman!
Setelah tiga hari menghadapi gelombang serangan pasukan Uni Soviet tanpa makanan dan air, Fritz sendirian sukses menewaskan lebih dari 100 prajurit dan menghancurkan 13 buah tank Uni Soviet.
Aksi Fritz ini terdengar Hitler dan membuatnya sangat kagum. Alhasil, Fritz mendapatkan medali Salib Besi, penghargaan militer tertinggi di Jerman pada 21 Oktober 1941.  Fritz adalah prajurit termuda Waffen-SS yang menerima penghargaan tersebut.
Sumber: https://bangka.tribunnews.com/2017/11/17/kisah-fritz-christen-sendirian-tewaskan-100-prajurit-dan-hancurkan-13-tank-uni-soviet?page=all.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar