foto: mutualart.com |
Namun, apa yang cukup mengejutkan adalah
soal bagaimana kepunahan mereka. Jika dibandingkan dengan hominin lain, seperti
Neanderthal, Homo erectus ternyata cukup malas dan enggan untuk beradaptasi
dengan lingkungan. Sifat ini pada akhirnya sukses membuat spesies mereka punah.
Tes DNA Manusia Purba Menjawabnya Dalam
studi yang dipublikasikan Jumat, (27/7/2018) di Journal PLOS One, para arkeolog
dari Australian National University menganalisis ribuan artefak yang ditemukan
di situs penggalian Semenanjung Arab di Saffaqah modern, Arab Saudi, pada tahun
2014. Temuan mereka menunjukkan, spesies Homo erectus di daerah itu tidak
melakukan upaya maksimal untuk membuat alat dan mencari persediaan bahan
makanan. Sebaliknya mereka justru memilih tinggal di tempat-tempat yang memiliki
akses mudah untuk mendapatkan batu dan air.
"Untuk membuat perkakas batu, mereka akan
menggunakan batu apa pun yang tergeletak di sekitar tempat tinggal mereka.
Mereka menggunakan batu yang sebagian besar berkualitas rendah," kata Ceri
Shipton, arkeolog dari Australian National University seperti dikutip dari Live
Science, Jumat (10/8/2018).
Padahal, di perbukitan yang letaknya agak
jauh dari tempat Homo erectus tinggal, ahli menemukan batu dengan kualitas
lebih tinggi. Setelah diperiksa lebih mendetail, peneliti tidak menemukan
tanda-tanda bahwa singkapan batu tersebut digunakan oleh Homo erectus. Tidak
ada jejak aktivitas, tidak ada artefak, dan tidak ada penggalian batu.
"Bisa dikatakan alih-alih berjalan ke
atas bukit, Homo erectus memilih menggunakan apa pun yang ada di dekat
mereka," kata Shipton.
Menurut Shipton, hal ini berbeda dengan
yang terjadi pada Neanderthal dan Homo sapiens awal yang memilih mendaki gunung
untuk mendapatkan batu berkualitas tinggi kemudian mengangkutnya. Padahal, Homo
erectus merupakan manusia purba yang kuat dan terampil. Mereka bisa berkembang
di suatu wilayah selama beberapa waktu. Tetapi, begitu dasar sungai mengering,
kurangnya inisiatif akhirnya membuat mereka punah.
"Mereka tidak hanya malas, tetapi
mereka juga kolot. Peralatan yang mereka gunakan tetap sama, baik itu ukuran
maupun komposisinya sementara lingkungan di sekitar mereka berubah,"
ujarnya. "Tidak ada perkembangan sama sekali hingga pada akhirnya
lingkungan tidak lagi berpihak pada mereka," pungkas Shipton.
(Monika
Novena)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar