Jomblo dapat diartikan orang yang belum
memiliki pasangan atau ikatan hubungan dengan lawan jenis baik laki-laki maupun
perempuan. Jomblo adalah hidup disebuah
koridor bebas, dimana dapat melakukan apa saja tanpa ada halangan. Dari segi umur kelompok jomblo dibagi dua
yakni jomblo muda (remaja muda) usia 12-25 tahun dan jomblo dewasa (remaja
dewasa) 25-35 tahun. Artikel ini membatasi
pengertian jomblo usia 12-35 tahun yang belum memiliki pasangan. Susenas (2015) menunjukkan bahwa usia jomblo
adalah mencapai 49% dari jumlah penduduk Indonesia. Hal ini bermakna bahwa usia
ini merupakan kelompok yang secara potensial berperan dalam meningkatkan
produktivitas nasional dan dalam penguasaan iptek dimasa depan, tetapi juga
berpotensi untuk menggagalkan keberhasilan program pembangunan dibidang
kependudukan, kesehatan dan sebagainya bila tidak diarahkan dengan baik. Perubahan-perubahan mendasar dalam sikap
serta perilaku seksual dan reproduksi dikalangan jomblo telah menjadi salah
satu masalah sosial masyarakat Indonesia.
Rosa (2000) menuliskan bahwa jika seorang
jomblo tidak berhasil mengatasi situasi-situasi kritis dalam refleksinya
sebagai remaja, baik remaja muda dan dewasa, maka besar kemungkinannya akan
menimbulkan masalah karena terlalu mengikuti gejolak mudanya. Kasus-kasus penyalahgunaan obat-obatan,
penyalahgunaan seks, dan kenakalan remaja yang lain seringkali disebabkan oleh
kurang adanya kemampuan remaja untuk
mengarahkan emosinya secara positif.
Kesehatan seksual dikatakan sehat
apabila seseorang memiliki kesehatan yang menyeluruh sehingga proses
reproduksinya aman dan terhindar dari penyakit-penyakit seksual seperti
HIV/Aids, penyakit raja singa, kencing bernanah dan segala penyakit menular
seksual lainnya. Selain itu kondisi kesehatan
seksual dikatakannya sehat dapat dibuktikan dengan memiliki kehidupan seksual
yang aman. Aktivitas seksual para jomblo
yang tidak aman dan tidak sehat akhirnya menimbulkan persoalan pada jomblo
seperti kasus-kasus kekerasan seksual, pemerkosaan, kehamilan tidak diinginkan
(KTD), aborsi, pernikahan usia muda dan lain sebagainya. Perilaku seksual para jomblo dalam berpacaran
telah menjurus pada hubungan seks bebas.
Aktifitas berpacaran jomblo dimulai dengan ngobrol, pegang tangan,
pelukan dan cium pipi sampai berhubungan intim (Rosmala 2012). Kondisi ini menunjukkan betapa sudah sangat
mengkhawatirkannya kesehatan seksual jomblo saat ini.
Persoalan kesehatan seksual jomblo di
atas boleh jadi disebabkan sex drivenya
(dorongan seks ) yang tinggi dikalangan usia ini. Kemungkinan lainnya adalah minimnya
pengetahuan tentang kesehatan seksualitas dan kesehatan reproduksi yang
disebabkan oleh terbatasnya akses informasi dan advokasi para jomblo, kurang
akses pelayanan yang ramah terhadap jomblo, serta masih terbatasnya institusi
di pemerintah yang menangani jomblo secara khusus dan semakin meningkatnya usia
kawin. Selain itu, budaya telah
menyebabkan remaja tabu untuk membicarakan
masalah kesehatan seksualnya.
Ketika itu terjadi, akhirnya jalan yang dipilih banyak jomblo adalah
meuaskan rasa keingitahuannya melaui berbagai media massa dan internet. Sayangnya , media yang diakses justru hanya
mengarah pada pornografi, bukan pendidikan seks yang bertangung jawab. Handphone merupakan sarana favorit remaja
untuk bertukar gambar porno (26%), internet menjadi media yang cukup banyak
diakses oleh kaum jomblo (20%), peredaran blue film yang longgar juga
menyebabkan jomblo dengan bebas mengaksesnya (13%) (Hasil kajian Lembaga Kajian
untuk Transformasi Sosial Kab. Boyolali).
Ramadhan hadir sebagai bulan mulia
dimana seluruh umat Islam di dunia diwajibkan menahan hawa nafsu, marah, makan
dan minum. Bulan puasa merupakan salah
satu momen untuk mencegah terjadinya serangkaian persoalan kesehatan seksual
jomblo di atas.
Dalam Islam hubungan seksual pranikah dan
perselingkuhan dilarang dan dapat dihukum secara syariat. Bahkan negara juga telah memasukkan perihal
ini dalam KUHP. Umat Islam agar tidak
terjebak pada perilaku tercela maka Islam mengaturnya dalam Qur’an surat Al
Israa: 32 yaitu tentang larangan mendekati zina. Jangankan melakukan, mendekatinya saja
dilarang. Dalam Islam melarang hubungan
laki-laki dan perempuan bukan muhrim yang terlampau bebas. Puasa merupakan upaya preventif terjadinya
hal ini, karena umat muslim yang berpuasa dan mendekati zina apalagi
melakukannya maka puasanya bakal sia-sia.
Puasa akan meningkatkan hormon endorphin
dalam tubuh. Hormon ini akan menimbulkan
efek peningkatan ketajaman pikiran serta perasaan nyaman. Hal ini membuat keadaan psikologis seorang
menjadi lebih tenang dan tidak berfikir macam-macam seperti pemerkosaan,
kekerasan dan hal lainnya menyangkut kesehatan seksual jomblo. Puasa membuat pikiran menjadi lebih
kreatif. Hal ini juga dibuktikan dengan
suatu kasus pada sekelompok mahasiswa di University of Chicago yang diminta
berpuasa selama tujuh hari. Selama masa
itu, terbukti bahwa kewaspadaan mental mereka meningkat dan progress mereka
dalam berbagai penugasan kampus mendapat nilai “remarkable” (blog.lazada.co.id).
Puasa meningkatkan komunikasi psikososial
baik dengan Allah SWT dan sesama manusia.
Manfaat puasa bagi kehidupan psikososial memegang peranan penting dalam
kesehatan seksual manusia. Hubungan
psikologis berupa komunikasi dengan Allah SWT akan meningkat pesat, karena
puasa adalah bulan penuh berkah. Setiap
doa dan ibadah akan perpahala berlipat kali dibandingkan biasanya. Bertambahnya kualitas dan kuantitas ibadah di
bulan puasa juga akan meningkatkan komunikasi sosial dengan sesama manusia baik
keluarga, saudara, tetangga akan lebih intens.
Berbagai peningkatan ibadah secara langsung akan meningkatkan hubungan
dengan pencipta dan sesamanya ini akan membuat jiwa lebih aman, teduh, senang,
gembira, puas serta bahagia para jomblo.
Sex drive (dorongan seks) yang
tinggi kemungkinan akan terkendali melalui puasa menjadi upaya preventif serta
salah satu solusi peningkatan kesehatan seksual para jomblo.
(Dr. Rosmala Nur, M.Si/Media Tadulako)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar