Halaman

Sabtu, 26 Maret 2016

Kisah Mengharukan Milyader Saudi Membalas Kebaikan Guru Masa Kecilnya



Milyader asal Arab Saudi, Sulaiman Al-Rajhi menceritakan sebuah kisah yang sangat mengharukan tentang perjalanan hidupnya, sejak saat usia anak ketika dirinya masih fakir miskin, hingga saat ini telah menjadi salah satu orang terkaya di Saudi.
Hal yang tidak akan terlupakan adalah salah seorang guru asal Palestina yang mengajarnya dan memberikan ilmunya ketika usia anak-anak.
Berikut ini kisah nyata perjalanan Sulaiman Al-Rajhi
Dahulu, hidup saya sangat susah alias faqir, sampai-sampai saya tidak bisa ikutan rihlah atau tamasya yang dilaksanakan oleh sekolah saya yang waktu itu biaya pendaftarannya hanya 1riyal saudi saja, walaupun saya sudah menangis-nangis memohon kepada keluarga agar saya dapat ikutan rihlah, tapi tetap saja kelurga saya tidak punya uang 1 riyal untuk mendaftarkan saya ikutan rihlah.

Sehari sebelum rihlah, saya berhasil menjawab sebuah pertanyaan yang dilontarkan guru di kelas, lalu guru itupun memberi saya uang satu riyal sebagai hadiah, diiringi tepuk tangan para murid-murid yang lain.
Pada saat itu, saya tidak lagi mikir apa-apa, selain berlari kencang untuk mendaftarkan diri ikutan rihlah. Duka nestapa saya terasa terbang seketika dan berubah total menjadi bahagia berkepanjangan selama berbulan-bulan.
Hari-hari sekolah pun berlalu, sayapun dewasa untuk melanjutkan kehidupan. Setelah melewati berbagai rintangan hidup, setelah bekerja keras selama bertahun-tahun dan berkat anugerah dari Allah sayapun sukses dan selanjutnya saya membuat yayasan sosial.
Setelah saya memulai bergerak di bidang amal sosial, saya kembali teringat kisah kecil saya, teringat kembali guru kecil saya orang Palestina itu, yang pernah memberi saya uang 1 riyal. Saya mulai mengingat-ingat, apakah beliau dahulu memberi saya uang 1 riyal itu sebagai sedakah atau kah hadiah karena saya sudah berhasil menjawab pertanyaannya. Yang jelas saya tidak mendapatkan jawaban yang pasti. Saya berkata di dalam hati, apapun motif dan niat sang guru, beliau sudah menyelesaikan problem besar saya saat itu tanpa membebankan siapa-siapa.
Oleh karenanya, saya mengunjungi kembali sekolah saya itu , lalu saya mendatangi kantor sekolah dan mencari tau keberadaan guru saya orang Palestina itu, sampai akhirnya saya mendapatkan jalan untuk menemuinya. Saya pun akhirnya merencanakan untuk menemuinya untuk mengetahui kondisinya saat saat ini.
Singkat kata, sayapun akhirnya dipertemukan Allah kembali dengan guru baik itu, dan kondisinya sangat susah, tidak lagi bekerja dan siap-siap pulang pulang kampung.
Selanjutnya, setelah saya memperkenalkan diri, saya katakan padanya bahwa saya punya hutang besar padanya pada beberapa tahun yang lalu.
Guru saya ini kaget bukan kepalang, apa benar ada orang yang punya hutang pada saya, katanya.
Saya pun menjelaskan, apakah bapak masih ingat dengan murid bapak yang pernah bapak beri uang satu riyal karena murid bapak itu berhasil menjawab soal yang bapak lontarkan di kelas bapak saat itu?
Setelah berusaha mengingat-ingat, guru saya ini akhirnya tertawa, dan berkata: “ya..ya…saya ingat. Jadi kami mencari saya untuk mengembalikan uang 1 riyal itu”.
“Ia pak” jawab saya. Setelah sedikit berbincang, saya bawa beliau naik mobil dan kamipun beranjak.
Selanjutnya, kami sampai ke tujuan, dan kenderaan kami berhenti tepat di depan sebuah Villa Indah. Kami keluar dari mobil dan memasuki Villa tersebut. Setelah berada di dalam Villa, saya menyampaikan niat saya kepada guru saya ini, “Pak, villa ini saya berikan kepada bapak untuk melunasi hutang saya dahulu plus mobil yang tadi kita naiki, dan gaji per bulan seumur hidup serta pekerjaan buat putra bapak di perusahaan saya”.
Guru saya ini kaget bukan kepalang, dan berujar, “tetapi ini terlalu banyak, nak?”
“Percayalah pak, kegembiraan saya dengan 1 riyal yang bapak berikan pada saya saat itu lebih besar nilainya dibandingkan dengan 10 villa seperti ini, saya tidak akan dapat melupakan kebahagiaan itu sampai sekarang”, jawab saya.
 Diterjemahkan oleh Kivlein Muhammad
Sumber: islamedia.id

1 komentar: