Halaman

Jumat, 11 Januari 2013

Mentradisikan Doa untuk Saudara


“Ada empat doa yang tidak tertolak, yaitu doa orang yang berhaji hingga ia kembali, doa orang yang berjihad hingga selesai, doa orang yang sakit hingga sembuh, dan doanya seseorang terhadap saudaranya tanpa sepengetahuannya. Adapun doa yang paling cepat diterima di antara doa-doa tersebut adalah doa seseorang kepada saudaranya tanpa sepengetahuannya.” (Riwayat Ad-Dailami dari Ibnu Abbas).
Pada dasarnya semua doa tidak ada yang tertolak, kecuali doanya orang yang ragu, yang tidak sungguh-sungguh, dan sombong. Allah Subhanahu wa Ta’ala tentu tidak mengabulkan doa mereka karena mereka sendiri tidak percaya, setengah hati, bahkan masih membanggakan diri.
Ada empat alternatif bagi setiap doa. Pertama, doa itu dikabulkan Allah pada saat itu juga. Misalnya, banyak orang sakit yang meminta kesembuhan lalu Allah sembuhkan beberapa saat kemudian.
Kedua, doanya diterima tapi ditangguhkan menunggu saat yang tepat. Boleh jadi seseorang yang berdoa sangat menginginkan agar doanya segera terkabul, tapi menurut Allah justru jika dikabulkan sekarang kurang baik akibatnya. Karena itu, seorang mukmin tetap harus yakin bahwa doanya pasti diterima, adapun mengenai waktunya, serahkan sepenuhnya kepada Allah.
Ketiga, doanya diterima tapi digantikan dengan yang lebih baik. Manusia boleh menyangka bahwa doanya itu sudah benar, baik bagi dirinya, agamanya, maupun untuk lingkungannya. Tapi, yang paling tahu akibatnya adalah Allah. Dialah yang mengetahui yang nyata dan yang gaib, yang paling tahu sekarang dan nanti. Boleh jadi jika doa kita dikabulkan apa adanya justru berakibat buruk bagi kita, berakibat tidak baik bagi agama, dan bagi lingkungan. Terhadap doa seperti ini, Allah sering menggantikannya dengan yang lebih baik.
Keempat, doa tersebut benar-benar ditangguhkan sampai hari akhirat. Sebagai seorang mukmin kita hanya bisa berserah diri kepada Allah dengan berdoa dan berikhtiar, selebihnya Dialah yang menentukan. Jika doa kita tidak dikabulkan di dunia, percayalah bahwa doa itu menjadi investasi kita di akhirat. Justru kita khawatir jika bagian kita diberikan semua di dunia, lalu untuk akhiratnya kita tidak memiliki bekal apa-apa. Na’udzu billah.
Banyak penjelasan dalam Hadits Nabi yang merujuk doa yang mustajabah, sebagaimana dicantumkan di atas. Yang perlu dicatat bahwa di antara empat doa yang mustajabah tersebut ada yang paling cepat diterima, yaitu doanya seorang kepada saudaranya tanpa sepengetahuannya.
Di sekeliling kita banyak saudara kita yang sering menyakiti hati kita, baik melalui sikap maupun pernyataannya. Lalu apa tindakan kita? Membalas dengan mencacinya? Adalah kesempatan bagi kita jika berada dalam situasi seperti itu untuk memaafkan dan mendoakan kebaikannya. Bisa jadi melalui doa kita mereka mendapat hidayah, lalu menjadi berperilaku baik. Bukankah yang demikian itu ladang amal kebaikan bagi kita?
Ada pula teman baik kita yang senantiasa memotivasi, dan membantu setiap kesulitan kita. Mereka juga memerlukan doa-doa kita. Tanpa sepengetahuannya, kita sebut namanya, lalu kita doakan untuk kebaikannya. Bukankah doa seperti ini dikabulkan dan paling cepat diterima Allah?
Banyak pula teman kita yang sedang mengalami kesulitan, mendapatkan musibah dan ujian hidup. Kepada mereka, tanpa sepengetahuannya kita mendoakannya agar dijauhkan dari musibah, dihindarkan dari ujian yang memberatkannya, dan diberi keselamatan, kesehatan, dan kesuksesan dalam hidupnya.
Mari kita jadikan doa untuk saudara kita ini sebagai tradisi dan kebiasaan kita.
(SUARA HIDAYATULLAH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar