Lelaki tua itu akhirnya hidup sebatang
kara setelah ditinggal mati istri dan putra tunggalnya. Ia meninggalkan rumahnya, memilih beberapa
ekor domba dan pergi ke Lembah Cavennen, sebuah daerah sepi di Prancis.
Di tempat itu masih tersisa puing-puing reruntuhan
yang ditinggalkan penduduknya. Lelaki
tua itu memperkirakan, seluruh daerah itu akan menjadi gurun gersang jika tak
ada pohon tumbuh. Ia lantas memutuskan
bermukim di sana.
Dalam perjalanan mengembalakan
domba-dombanya, lelaki tua itu memungguti biji-biji oak, memilih yang masih
baik, dan merendamnya dalam seember air.
Hari-hari berikutnya, dengan sebatang besi, ia melubangi tanah yang
dilaluinya dan mulai menanam biji-biji oak itu satu demi satu.
Tiga tahun berlalu. Ternyata ia telah menanam 100.000 biji pohon
oak. Ia berharap setidaknya 10.000 biji
oak akan tumbuh. Ia juga berharap diberi
umur beberapa tahun lagi untuk terus menanam.
Ketika akhirnya ia meninggal dunia pada
tahun 1947 dalam usia 89 tahun, lelaki tua itu telah berhasil menumbuhkan
sebuah hutan paling indah di Prancis.
Hutan itu terbentang sepanjang 11 kilometer dengan lebar tiga kilometer.
Kini, ada jutaan akar yang mampu
menampung air hujan dan menyuburkan tanah.
Sungai-sungai kecil mengalir lagi.
Rerumputan dan bebungaan merekah subur.
Burung-burung pun bernyanyi kembali ke hutan itu. Kehidupan pun kembali segar (Frank Mihalic/
1.500 Cerita Bermakna)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar