Halaman

Senin, 24 Desember 2012

INDAHNYA CINTA JIWA


Tidak ada yang lebih indah dalam sejarah perasaan manusia seperti saat-saat ketika ia sedang jatuh cinta.  Bukan karena dunia di sekeliling kita berubah pada kenyataannya.  Tapi saat-saat jatuh cintalah yang seketika mengubah persepsi kita tentang dunia di sekeliling kita.  Tidak selalu karena wanita yang kita cintai itu memang cantik pada kenyataannya.  Tapi cinta kita kepadanya yang membuatnya cantik di mata kita.
Saat jatuh cinta adalah saat dimana persepsi kita mengalami shifting pada semua realitas yang ada di sekeliling kita.  Kadang kita mungkin mengelabui diri sendiri.  Tapi itu puncak subjektivitas yang justru mengubah kita menjadi lebih positif dalam cara kita memandang segala sesuatunya.  Dan disitulah letak keindahannya.  Seperti indahnya subjektivitas pada dunia anak-anak.  Bagi mereka realitas yang sesungguhnya adalah realitas yang mereka persepsikan.  Bukan realitas yang ada di luar sana seperti yang dilihat oleh orang dewasa.  Bangku bisa dipersepsi sebagai rumah.  Tongkat bisa dipersepsi sebagai senjata.  Dunia menjadi sangat ringan dan fleksibel di mata mereka.  Karena itu dunia anak selalu indah, selalu penuh kenangan.  Begitu juga saat kita jatuh cinta.  Shifting pada persepsi kita membuat dunia  serasa jadi realitas lain yang begitu indah.  Dan itu membawa kenyamanan pada rongga dada kita.  Karena perasaan kita seketika berbunga-bunga.  Karena, kata Ibnu Hazem, ruh kita seketika jadi ringan dan lembut, badan kita seketika menjadi wangi, senyum kita seketika mengembang lebar, benci dan dendam dan angkara murka seketika lenyap dari ruang hati kita, dan tiba-tiba saja yang bukan penyair jadi penyair, yang tidak bisa bernyanyi jadi penyanyi.
Suatu saat raja bingung menyaksikan putera mahkotanya begitu pemalas, apatis, tidak bergairah, tidak berminat pada ilmu pengetahuan, tidak bisa pidato.  Ia gundah, karena putera mahkotanya sama sekali tidak layak jadi raja.  Maka sang raja memerintahkan seorang dayang cantik di istana untuk mengoda sang putera mahkota.” Bilang padanya,” pesan raja pada dayang cantik,” aku sangat mencintaimu dan bersedia menjadi permaisurinya.”Nanti kalau hatinya sudah berbunga-bunga, bilang lagi padanya-lanjut sang raja-“tapi ada syaratnya, kamu harus lebih bersemangat, lebih rajin dan mau menyiapkan diri jadi raja, dan aku percaya kamu bisa.”
Firasat sang raja ternyata benar.  Putera mahkotanya seketika bangkit berubah: ia mengubah penampilannya jadi keren dan wangi, ia mempelajari berbagai macam ilmu, ia juga tampil berpidato, ia juga menulis.  Saat jatuh cinta telah mengubah persepsinya tentang dirinya dan dunianya, seketika membangkitkan semangat hidupnya, dan meledakkan semua potensinya.
Shifting pada persepsi mengembalikan sisi kekanakan kita saat jatuh cinta.  Itu keindahan yang mempertemukan kita dengan sisi dalam kemanusiaan kita; subjektif, melankolik, kekanakan, tapi positif.  Dan indah. (Anis Matta).

2 komentar:

  1. nice post,.. salam kenal dri forester 08.. sukses selalu kanda..

    BalasHapus
  2. Ok. salam Kenal juga dr saya Forester '99. Sering2 sj mampir diblog saya.

    BalasHapus