“Dan apakah mereka tidak memperhatikan
burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak
ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha
Melihat segala sesuatu.” (QS al-Mulk [67]: 19).
Penelitian lebih dekat terhadap burung
mengungkapkan bahwa mereka dirancang khusus untuk terbang. Tubuhnya telah
diciptakan dengan kantung udara dan tulang berongga untuk mengurangi massa
tubuh dan berat keseluruhan. Sifat cairan kotoran mereka memastikan agar
kelebihan air dalam tubuhnya dibuang. Bulu-bulu mereka berbobot sangat ringan
bila dibandingkan dengan volumenya.
Tulang burung juga sangat ringan tapi kuat,
terutama karena berongga. Ada udara dalam rongga tempat balok-balok penopang
memperkuat tulang tersebut. Tulang-tulang berongga ini menjadi ilham utama
dalam rancangan sayap pesawat modern.
Kekuatan kerangka seekor burung lebih dari layak meskipun tulangnya memiliki rongga. Sebagai contoh, seekor burung kutilang berparuh besar dan berleher pendek (Coccothraustes coccothraustes) sepanjang 18 cm melakukan tekanan sekitar 151 lbs (68,5 kg) untuk memecahkan suatu biji zaitun. Sifat lain dari kerangka burung adalah lebih ringan dari rangka hewan menyusui. Sebagai contoh, kerangka seekor merpati beratnya hanya 4,4 persen dari keseluruhan berat tubuhnya. Tulang burung friget hanya seberat 118 gram, yang lebih ringan dibandingkan berat keseluruhan bulunya.
Burung mempunyai bentuk tubuh yang jauh
berbeda dengan binatang yang dianggap sebagai nenek moyangnya, reptil.
Paru-paru burung bekerja dengan cara yang sama sekali berbeda dengan hewan
menyusui. Hewan menyusui menghirup dan membuang udara melalui batang
tenggorokan yang sama. Namun, pada burung, udara masuk dan keluar melalui ujung
yang berlawanan. "Rancangan" khusus semacam ini diciptakan untuk
memberikan volume udara yang diperlukan saat terbang. Evolusi bentuk seperti ini
dari reptil tidaklah mungkin.
Burung membutuhkan oksigen dalam jumlah
yang jauh lebih besar dibandingkan yang dibutuhkan hewan menyusui. Sebagai
contoh, burung tertentu bisa memerlukan 20 kali jumlah oksigen yang dibutuhkan
oleh manusia. Karena itu, paru-paru hewan menyusui tidak dapat menyediakan
oksigen dalam jumlah yang dibutuhkan burung. Itulah mengapa paru-paru burung
diciptakan dengan rancangan yang jauh lebih canggih.
Pada hewan menyusui, aliran udara adalah
dua arah: udara melalui jaringan saluran-saluran dan berhenti di
kantung-kantung udara yang kecil. Pertukaran oksigen-karbon dioksida terjadi di
sini. Udara yang sudah digunakan mengalir dalam arah berlawanan meninggalkan
paru-paru dan dilepaskan melalui tenggorokan.
Sebaliknya, pada burung, aliran udara cuma
satu arah. Udara baru datang pada ujung yang satu dan udara yang telah
digunakan keluar melalui lubang lainnya. Hal ini memberikan persediaan oksigen
yang terus-menerus bagi burung, yang memenuhi kebutuhannya akan tingkat energi
yang tinggi. Michael Denton, seorang ahli biokimia Australia serta kritikus
Darwinisme yang terkenal, menjelaskan paru-paru unggas sebagai berikut.
Dalam hal burung, bronkus (cabang batang
tenggorokan yang menuju paru-paru) utama terbelah menjadi tabung-tabung yang
sangat kecil yang tersebar pada jaringan paru-paru. Bagian yang disebut
parabronkus ini akhirnya bergabung kembali, membentuk sebuah sistem peredaran
sesungguhnya, sehingga udara mengalir dalam satu arah melalui paru-paru.
Meskipun kantung-kantung udara juga
terbentuk pada kelompok reptil tertentu, bentuk paru-paru burung dan
keseluruhan fungsi sistem pernapasannya sangat berbeda. Tidak ada paru-paru
pada jenis hewan bertulang belakang lain yang dikenal, yang mendekati sistem
pada unggas dalam hal apa pun. Bahkan, sistem ini mirip hingga seluk-beluk
khususnya pada semua burung.
Dalam bukunya A
Theory in Crisis, Michael Denton juga menunjukkan mustahilnya pembentukan
sistem sempurna seperti itu melalui evolusi bertahap.
Bagaimana mungkin sistem pernapasan yang
sangat berbeda bisa berevolusi secara bertahap dari suatu rancangan baku hewan
bertulang belakang, khususnya jika mengingat bahwa keberlangsungan fungsi
pernapasan begitu menentukan bagi kehidupan suatu makhluk hidup, sedemikian
sehingga kegagalan fungsi yang terkecil pun akan mengakibatkan kematian dalam
sekejap.
Seperti halnya ketika bulu tidak berfungsi
sebagai alat terbang hingga pengait dan barbula dapat saling bersesuaian agar
cocok sekaligus secara sempurna, demikian pula paru-paru unggas tidak akan
berfungsi sebagai alat pernapasan hingga sistem parabronkus yang tersebar di
dalamnya serta sistem kantung udara yang menjamin pasokan udara untuk
parabronkus. Keduanya telah berkembang dengan sempurna dan mampu bekerja
bersama dengan cara yang menyatu sempurna pula.
Aliran udara searah dalam paru-paru burung
didukung oleh suatu sistem kantung udara. Kantung-kantung ini mengumpulkan
udara dan memompanya secara teratur ke dalam paru-paru. Dengan cara ini, selalu
ada udara segar dalam paru-paru. Sistem pernapasan yang rumit seperti ini telah
diciptakan untuk memenuhi kebutuhan burung akan jumlah oksigen yang tinggi.
Pendeknya, peralihan dari paru-paru hewan
menyusui ke paru-paru unggas adalah mustahil karena ternyata paru-paru yang
akan menjalani tahap perkembangan peralihan tidak akan mempunyai manfaat apa
pun. Tidak ada makhluk tanpa paru-paru dapat hidup meski hanya beberapa saat.
Karena itulah, makhluk hidup tidak akan mampu menunggu jutaan tahun untuk
mutasi acak demi menyelamatkan hidupnya.
Bentuk berbeda dari paru-paru unggas
menunjukkan adanya rancangan yang sempurna yang memasok sejumlah besar oksigen
yang dibutuhkan untuk terbang. Hanya perlu sedikit kesadaran untuk melihat
bahwa susunan tubuh burung yang tak ada bandingannya ini bukanlah suatu hasil
sekonyong-konyong dari mutasi tak sadar. Jelaslah bahwa paru-paru burung
merupakan satu dari bukti-bukti yang tak terbatas bahwa semua makhluk
diciptakan secara spesial oleh Allah SWT.
(Nashih
Nashrullah)
Sumber:
https://www.republika.co.id/berita/qbdf6s320/rahasia-burung-bisa-terbang-sains-jelaskan-ayat-alquran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar