Aksi boikot memiliki sejarah panjang dalam
perkembangannya. Muncul dari ladang pertanian di abad ke-19 lalu menjamur ke
berbagai penjuru dunia. Boikot menjadi cara ampuh untuk menyuarakan kehendak
hati yang tak tertahankan lagi hingga kini.
Pemogokan Pekerja
Ladang
Sebagian besar dari kita mengira boikot
hanyalah sebuah tindakan protes atas ketidakberesan politik, ekonomi, dan
sosial. Istilah boikot sendiri mengacu pada sosok Kapten Cunnigham Boycott,
seorang kaki tangan tuan tanag Lord Erne di sebuah wilayah bernama Mayo,
Irlandia. Dia tidak disukai oleh masyarakat sekitarnya.
Suatu hari, tanggal 23 September 1880 para
pekerja di bawah pengawasan Boycott melakukan aksi mogok kerja. Hal ini
dilakukan karena adanya pencaplokan lahan yang tak adil. Akibat tindakan ini
Boycott dan keluarganya harus berjuang sendiri bersama keluarganya mulai dari
memeras sapi hingga mengurus ladang mereka. Tak berhenti disitu, warga yang
memiliki toko juga menolak melayani Boycott dan keluarganya. Kantor pos pun
melakukan aksi yang sama. Boycott terkucilkan di kampung halamannya sendiri.
Kasus pemogokan pekerja Boycott sampai ke
penjuru Inggris setelah koran Times bahkan menuliskan peristiwa tersebut
sebagai ‘suatu gambaran yang menakutkan dari kemenangan anarki yang belum
pernah terjadi di masyarakat yang minta diakui sebagai tindakan beradab dan
mendapat perlindungan hukum...’.
Aktor dari gerakan mogok kerja masal ini
dipimpin oleh James Redpath. Dia berasumsi bahwa tak ada satu kata yang tepat
untuk menggambarkan keberhasilan tindak ketidakpatuhan tersebut. Setelah
berpikir panjang, guna memperkuat dampak politik dia merasa perlu ada
penyebutan baru atas tindakan pemogokan terhadap Boycott. Sebagaimana ditulis
dalam catatan kenangannya tahun 1881, Talks About Ireland Redpath meminta
nasihat pada seorang pastor bernama John O’Malley. Sang pastor dengan tenangnya
berkata ‘bagaimana kalau jika disebut “mem-Boycott-nya” saja?’.
(Irfantoni
Listiyawan)
https://www.indonesiana.id/read/123782/sejarah-boikot-aksi-protes-yang-lahir-dari-ladang-pertanian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar