Chapter 6: Thulaihah bin Khuwailid al Asadi. ra
(Si Nabi Palsu yang Bertobat)
Tahukah kamu?
1. Thulaihah bin Khuwailid Al Asadi ra adalah sahabat
nabi yang disebut sebagai orang yang kekuatannya setara 1000 tentara. Skill
bertarungnya tingkat tinggi, keberaniannya jauh di atas manusia normal.
2. Dia adalah kepala Suku Asad (yang artinya singa).
Suku ini terkenal dengan orang-orangnya yang pemberani.
3. Sebelum masuk Islam, Thulaihah memusuhi kaum
muslimin. Bahkan dia dan sukunya bergabung dalam aliansi yang terdiri dari
orang-orang Quraisy, Yahudi, Gathafan, dan suku-suku lain yang menyerang
Madinah dalam Perang Ahzab.
4. Setelah terjadi penaklukan Kota Mekah, Quraisy yang
merupakan suku terpandang masuk Islam, sehingga banyak suku lain termasuk Asad
ikut masuk Islam. Maka Thulaihah dan beberapa utusan suku Asad datang ke
Madinah untuk menyatakan keislaman di hadapan Rasulullah saw.
5. Banyak suku yang masuk Islam hanya karena
ikut-ikutan, begitu juga Suku Asad. Keyakinan mereka masih lemah dan mudah
goyah. Secara politik Suku Asad tunduk kepada Rasulullah saw, tapi tidak mau
mengamalkan ajaran Islam.
6. Suatu hari Thulaihah mengaku mendapat wahyu dari
jibril lalu menyatakan diri sebagai nabi dan orang-orang Suku Asad mengakuinya.
Hal ini terjadi ketika Rasulullah saw masih hidup.
7. Berikut adalah contoh ayat palsu karangan Thulaihah.
“Demi Hamam (merpati), Yamam (burug dara), Surad
(burung tengkek), dan Shawwam (orang yang rajin puasa).
Telah ditetapkan beberapa tahun sebelum kalian, sungguh
kerajaan kita akan mencapai Irak dan Syam.”
8. Setelah nabi wafat, pemerintahan Islam dipegang oleh
Khalifah Abu Bakar ra. Saat itu banyak suku kembali murtad dan melakuan
pemberontakan. Bahkan muncul banyak nabi palsu selain Thulaihah diantaranya
adalah Musailamah al Kadzab, Aswad al Unsi, Dzut Taj Luqaith, dll
9. Thulaihah berani membuat ajaran sendiri. Dia
menghapus kewajiban zakat dan mengubah gerakan shalat. Shalat versi Thulaihah
tanpa ruku’ dan sujud. Hanya berdiri.
Jangankan mengubah, membenci aturan Islam saja sudah
cukup untuk membatalkan keimanan seorang muslim. Maka Thulaihah sudah jelas
keluar dari Islam.
10. Thulaihah punya sahabat bernama Uyainah bin Hizn.
Dia adalah kepala Suku Gathafan. Suku besar ini terkenal dengan kekuatan
militernya yang hebat dan sering menjual jasa sebagai tentara bayaran. Mereka
juga pernah beberapa kali berperang melawan kaum muslimin. Pada Perang Ahzab,
Uyainah dan sekutunya menerjunkan 6000 prajurit untuk menggempur kaum muslimin
Madinah padahal Quraisy hanya mampu mengirim 4000 personel.
Uyainah sebenarnya adalah orang yang bodoh. Dia sering
membuat keputusan aneh dan konyol. Walaupun begitu, dia dipatuhi karena statusnya
sebagai kepala suku. Maka dia dijuluki si bodoh yang ditaati.
Thulaihah menjadikan Uyainah sebagai ‘sahabat nabi’
terdekatnya. Gara-gara Uyainah, orang-orang Suku Gathafan ikut murtad dan
menjadi pengikut Thulaihah. Selain itu ada Suku Thayyi yang juga
bergabung bersama aliansi mereka.
11. Murtadnya suku-suku ini tidak hanya karena lemahnya
iman tapi juga karena fanatisme suku. Mereka punya sejarah permusuhan terhadap
Quraisy, suku asal Rasulullah saw.
12. Bersatunya Asad, Gathafan dan Thayyi membuat posisi
kaum muslimin terancam. Maka Khalifah Abu Bakar mengirim pasukan yang dipimpin
seorang komandan terbaik yang tidak pernah kalah perang yaitu Khalid bin Walid
ra.
Sesuai prosedur, kaum muslimin
tidak boleh main serang begitu saja. Maka Khalid mengirim 2 orang utusan untuk
berdiplomasi, ngomong baik-baik mengajak Thulaihah dan pengikutnya bertobat.
Bukan cuma ditolak, Thulaihah bahkan membunuh mereka, padahal dari dulu sampai
sekarang yang namanya utusan tidak boleh dibunuh. Membunuh utusan berarti penghinaan
besar terhadap yang mengutus.
13. Setelah upaya diplomasi gagal, Khalid segera
mengerahkan pasukannya. Maka terjadilah pertempuran besar antara kaum muslimin
dan pasukan pendukung Thulaihah.
Semangat juang yang tinggi dari pasukan muslimin dipimpin
komandan yang dijuluki “Si Pedang Allah yang terhunus.” Membuat pasukan
Thulaihah kerepotan. Walaupun Thulaihah ahli strategi, tapi dia tidak ada
apa-apanya dibanding Khalid. Uyainah beberapa kali mendatangi Thulaihah yang
bersembunyi di tenda untuk menanyakan adakah wahyu dari jibril yang bisa
dilaksanakan agar memenangkan pertempuran itu, namun Thulaihah hanya menyuruh
Uyainah bertempur sebisanya.
Ketika pasukannya semakin terdesak dan tidak punya
harapan untuk menang, Thulaihah dan istrinya menunggang kuda kabur berdua
sampai ke negeri Syam (Suriah).
14. Di Syam dia menyadari kesalahannya dan memutuskan
untuk bertobat.
15. Setelah bertobat, keislaman Thulaihah menjadi
semakin baik. Dia sempat beribadah umrah ke Mekah.
16. Thulaihah bahkan bergabung dalam pasukan yang
dipimpin Khalid bin Walid, orang yang dulu mengejar-ngejar dia dan sangat ingin
penggal lehernya. Abu Bakar memerintahkan Khalid untuk melibatkan Thulaihah
dalam menyusun strategi perang tapi tidak menjadikannya pemimpin. Hal ini
menunjukkan bahwa sang khalifah mengakui kemampuan Thulaihah di medan perang
tapi juga mewaspadainya karena khawatir ada kemungkinan Thulaihah berkhianat
lagi.
17. Karena malu, Thulaihah tidak berani bertemu
Khalifah Abu Bakar hingga sang khalifah wafat.
18. Di jaman Khalifah Umar bin Khattab, Thulaihah
datang ke Madinah dan menemui sang khalifah. Umar berkata, “Menjauhlah dariku
karena kau telah membunuh 2 orang soleh!” Maksudnya adalah utusan yang dulu
dikirim Khalid bin Walid.
Thulaihah menjawab dengan kalimat yang membuat Umar
kagum sehingga memaafkannya, “Wahai Amirul Mukminin, mereka telah dimuliakan
Allah swt (dengan mati syahid) melalui tanganku, sedangkan aku bukan orang yang
dihinakan Allah swt melalui tangan mereka.”
19. Thulaihah mengikuti beberapa pertempuran melawan
Romawi dan Persia. Aksi tergregetnya dia lakukan ketika melawan Persia di
Perang Qadisiyah. Perang ini adalah salah satu perang terbesar dan paling
banyak memakan korban dalam sejarah kaum muslimin melawan negara adidaya saat
itu yaitu Persia yang menganut agama Majusi alias penyembah api.
20. Panglima perang Qadisiyah yaitu Sa’ad bin Abi
Waqqash mementuk regu kecil yang di dalamnya ada Thulaihah. Tugas mereka adalah
melakukan infiltrasi alias penyusupan ke wilayah musuh dan memata-matai kekuatan
pasukan mereka.
Baru beberapa kilometer berjalan dari pangkalan militer
kaum muslimin, mereka menemukan pasukan kavaleri Persia bersenjata lengkap
dengan jumlah yang sangat banyak hingga memenuhi lereng bukit. Regu kecil itu
langsung berniat untuk kembali dan melaporkan keadaan pasukan musuh di depan
mereka, namun Thulaihah menolak. Dia berpendapat bahwa yang mereka lihat itu
hanya sebagian pasukan musuh. Thulaihah yakin bahwa jauh di belakang sana masih
ada banyak lagi pasukan musuh yang harus dimata-matai. Setelah agak bersikeras
dengan pendapat masing-masing, kelompok ini memutuskan untuk kembali kecuali
Thulaihah. Dia nekat untuk maju, masuk lebih dalam ke wilayah musuh sendirian.
21. Setelah agak jauh memasuki wilayah musuh, ternyata
prediksi Thulaihah benar. Pasukan yang dia dan regunya lihat tadi ternyata
hanya salah satu bagian dari pasukan Persia. Saat itu dia melihat pasukan
dengan jumlah yang luwar biyasa.
Thulaihah tidak berhenti sampai situ. Dia masih
meneruskan misi solonya dan masuk lebih dalam. Setelah mengarungi medan yang
sulit, melawan arus sungai, sampailah dia di markas militer Persia yang
terdapat panglima tertinggi musuh di dalamnya.
22. Sudah jalan jauh-jauh kalo cuma memata-matai ngga
ada gregetnya. Mungkin begitu pikir Thulaihah. Maka di malam hari dia menyerbu
mabes tentara Persia berisi 80.000 prajurit sendirian.
Thulaihah mencabut pedang, berlari kesana kemari sambil
meneriakkan takbir berulang ulang, memutuskan tali-tali tenda musuh, lalu
melemparinya dengan obor-obor yang dia temukan.
Takbir yang dia teriakkan berulang-ulang, tenda-tenda
yang terbakar di mana-mana membuat tentara Persia heboh karena mengira pasukan
muslimin menyerang.
Selain sukses membuat kacau, Thulaihah juga berhasil
mengambil kuda terbaik milik prajurit Persia.
23. Begitu ketahuan, pasukan Persia buru-buru mengejar
dengan mengikuti jejak kaki kuda Thulaihah.
Menjelang pagi, seorang prajurit berhasil mengejarnya.
Hanya dengan satu gerakan, Thulaihah berhasil membuat si prajurit jatuh dan
segera dia selesaikan dengan tombaknya.
Ada lagi prajurit datang, Thulaihah selesaikan dengan
cara yang sama. Melihat 2 mayat tergeletak, prajurit ke tiga marah dan semakin
tidak sabar ingin menghabisi Thulaihah. Begitu berhasil menyusul, lagi-lagi
Thulaihah berhasil menjatuhkan musuhnya. Kali ini dia tidak menghabisi si
prajurit tapi mengancam agar mau menjadi tawanannya.
Si Persia sadar jika tidak menyerah pasti akan segera
menyusul 2 temannya dan dia pun menyerah. Thulaihah menjadikannya sebagai
tawanan dan menyuruhnya berjalan di depan.
Sementara itu di belakang mereka berdua, tentara Persia
masih mengejar tapi kemudian memutuskan untuk kembali karena Thulaihah dan
tawanannya sudah dekat markas pasukan muslimin.
24. Begitu sampai di markas, sang panglima yaitu Sa’ad
bin Abi Waqqash kaget.
“Celakalah engkau! Apa yang kau lakukan ini?” tanya
sang panglima.
“Semalam aku memasuki markas musuh untuk mengintai. Aku
membawa orang dengan ciri-ciri terbaik, tapi aku tidak tahu apa aku menangkap
orang yang benar atau tidak. Ini orangnya. Silakan kau interogasi.” Jawab
Thulaihah.
25. Sebelum memberi jawaban pertanyaan yang diajukan
penginterogasi, si prajurit Persia malah bercerita tentang aksi greget
Thulaihah, bagaimana dia melewati 2 markas Persia yang dijaga ribuan tentara,
bagaimana dia mengalahkan 2 prajurit terkuat mereka, dll.
Mungkin karena perlakuan yang baik atau kagum dengan
akhlak kaum muslimin, si Persia ini masuk Islam. Ternyata dia bukan prajurit
kelas teri yang tidak tahu apa-apa. Dia memang paham seluk beluk kekuatan
militer negaranya dan menceritakannya. Berkat aksi greget Thulaihah, kaum
muslim mendapat sumber informasi berharga untuk menyusun strategi menghadapi
musuhnya.
26. Tibalah hari meletusnya pertempuran. Di hari
pertama, 30.000 tentara muslimin berhadapan dengan 52.000 (itu baru sebagian)
serdadu Persia. Pihak pasukan musyrikin menerjunkan 9 pasukan gajah, memasang
duri-duri besi sepanjang jalan, dan menghujani para mujahidin dengan anak
panah. Mereka juga punya manjaniq (semacam ketapel raksasa).
Menyadari kesulitan yang dihadapi, Sa’ad sang panglima
kaum muslimin memerintahkan suku terkuat di bagian sayap kanan pasukan yaitu
Suku Asad untuk menyerang. Thulaihah selaku kepala suku langsung angkat bicara,
berorasi di depan sukunya, mengapresiasi kepercayaan sang panglima kepada
sukunya, mengingatkan para pengikutnya akan kehebatan yang ada dalam diri
mereka, dan mengajak mereka bertarung layaknya asad (singa) yang terus
menyerang dengan ganas.
Setelah mengucap basmalah, bertempurlah Suku Asad
dengan sekuat tenaga melawan tentara negara adidaya yang lebih unggul dari segi
jumlah, senjata, dan pengalaman. Kavaleri (pasukan berkuda) Asad harus
berhadapan dengan kavaleri gajah Persia yang mengangkut para pemanah.
27. Di tengah meriahnya pertarungan para penunggang
kuda VS penunggang gajah, muncullah seorang prajurit Persia yang paling besar,
langsung disambut oleh tentara terhebat Asad siapa lagi kalau bukan Thulaihah.
Ga pake lama, si Persia sudah terkapar tak bernyawa.
Sang panglima Persia yang bernama Jalinus juga muncul.
Thulaihah menebaskan pedang hingga memecahkan helm Jalinus yang tebal, tapi
tidak tembus ke kepalanya.
28. Aksi Thulaihah dan sukunya membuat kaum muslimin
kagum. Seorang dari Suku Kindah berpidato di depan kaumnya berkata,
”Wahai Bani Kindah, mengagumkan sekali apa yang
dilakukan Bani Asad. Tidak ada tempat yang mereka jadikan tujuan melarikan
diri. Tidak ada tempat yang mereka jadikan posisi bertahan.
Maka Suku Asad yang dulu murtad berjamaah bersama
pimpinan mereka yang menjadi nabi palsu dan memerangi kaum muslimin, hari itu
menjadi pahlawan bagi kaum muslimin hingga 500 personel mereka gugur sebagai
syuhada.
29. Di hari lain masih di perang Qadisiyah, Thulaihah
diam-diam menerobos garis pertahanan pasukan Persia dan tiba tiba muncul di
belakang mereka, bertakbir tiga kali, sehingga membuat pasukan Persia
kebingungan mengira kaum muslimin menyerang dari belakang mereka.
Thulaihah lalu berteriak, “Jangan remehkan sesuatu yang
bisa menjadikan kalian terhina!”
30. Setelah meraih kemenangan di Perang Qadisiyah,
Thulaihah juga melakukan aksi-aksi greget pada Perang Nahawand yang menjadi
puncak pertempuran muslimin VS musyrikin Majusi Persia. Saat itu 30.000
mujahidin harus melawan 150.000 prajurit musyrikin.
Sebagai langkah awal, jendral Nu’man bin Muqarrin
mengirim pasukan intelijen dengan Thulaihah di dalamnya. Mereka bertugas
sebagai mata-mata.
Ternyata hanya Thulaihah yang berhasil menyusup ke
dalam pasukan Persia, bahkan berhasil membunuh beberapa perwira mereka dan
menyandera salah satu pimpinan mereka sehingga berhasil mendapatkan data akurat
tentang kekuatan musuh. Dari situ Thulaihah juga bisa memastikan bahwa rute
yang akan dilalui kaum muslimin aman.
31. Ketika kedua pasukan bertemu, ternyata 150.000
tentara Persia hanya bertahan di dalam benteng dan parit-parit yang mereka
buat. Maka Jendral Nu’man mengumpulkan para ahli strategi termasuk Thulaihah.
Mereka menyusun siasat untuk memancing musuh keluar benteng. Thulaihah pun
mengusulkan sebuah ide brilian dan langsung disepakati.
32. Skenario dimulai dengan dikirimnya satu pasukan
khusus untuk mendekat benteng Persia dan menyerang dengan panah untuk memancing
emosi lawan. Musuh terpancing. Pasukan yang di benteng langsung menyerang balik
dan menghujani dengan anak panah, keluar benteng seperti yang Thulaihah
rencanakan dan terus menggempur para mujahidin sekuat tenaga. Maka pasukan
khusus pihak muslimin pun mundur perlahan dalam posisi bertahan. Banyak yang
terluka dan mengeluhkan strategi ini. Pasukan muslimin yang di belakang pun
mencopot tenda tenda mereka dan berlari mundur pura-pura kabur.
Pertempuran berlangsung sejak ba’da dhuhur. Menjelang
matahari terbenam, Jendran Nu’man bertakbir 3X tanda perintah untuk menyerang
balik sekuat tenaga. Maka pasukan musyrikin yang lagi asik nguber-uber pasukan
muslimin segera sadar bahwa mereka sudah masuk perangkap.
Pertempuran berlanjut hingga malam. Kaum muslimin tidak
membiarkan lawannya lolos. Pasukan Persia terpukul mundur menjauhi rute yang
bisa mereka gunakan untuk kabur dan malah terpojok hingga jatuh ke jurang.
Diperkirakan 30.000 prajurit Persia tewas dalam
pertempuran sedangkan 80.000 lainnya terdesak hingga jatuh ke jurang.
33. Perang Nahawand di tahun 19H ini menjadi puncak
dari rangkaian pertempuran melawan Persia. Wilayah yang dibebaskan kaum
muslimin dari cengkeraman kekuasaan imperium musyrik Majusi itu sampai sekarang
menjadi negara-negara muslim. Kemenangan besar ini tidak terlepas dari ide
brilian Thulaihah bin Khuwailid Al Asadi, si mantan nabi palsu yang akhirnya
menjadi pahlawan.
Perang ini juga menjadi happy ending untuk perjalanan
hidup Thulaihah yang penuh hal greget karena di situlah dia mendapat gelar
kehormatan dari Allah swt yang didambakan setiap muslim yaitu gelar syuhada.
Sumber:
https://web.facebook.com/permalink.php?story_fbid=2234012183591985&id=1472187026441175
Tidak ada komentar:
Posting Komentar