Burung gajah, sampai saat ini masih dikenal
sebagai burung terbesar sepanjang sejarah. Saking besarnya, jenis ini bisa
lebih tinggi dari 3 meter dengan berat sekitar 800 kilogram. Selama ini, peneliti menganggap bahwa burung
gajah adalah hewan yang aktif pada siang hari dan memiliki penglihatan yang
baik seperti kebanyakan burung pada umumnya.
Namun, sebuah penelitian baru yang
diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B menunjukkan
kemungkinan bahwa burung gajah adalah hewan yang aktif di malam hari atau
nocturnal,dan juga memiliki penglihatan yang kurang baik alias buta.
Untuk membuktikan asumsi ini, sebuah tim
yang dipimpin oleh para ilmuwan dari Universitas Texas di Austin secara digital
merekonstruksi tengkorak dua spesies burung gajah menggunakan pemindaian fosil.
Tengkorak burung gajah sangat menempel
dengan otak mereka sehingga para peneliti mampu membentuk organ di dalamnya
dengan menggunakan tengkorak yang direkonstruksi. Mereka menciptakan “gips”
digital dari otak burung gajah dan juga melakukan hal serupa untuk beberapa
kerabat burung gajah, baik yang hidup maupun yang telah punah.
Para peneliti menemukan bahwa lobus optik,
suatu bagian otak yang bertanggung jawab untuk memproses penglihatan, di kedua
gips otak burung gajah sangatlah kecil. Bahkan, lobus itu hampir tidak ada di
dua spesies burung gajah yang lebih besar.
Ini menyimpulkan bahwa penglihatan burung
gajah buruk, sehingga menimbulkan asumsi bahwa mereka adalah jenis hewan yang
aktif di malam hari.
"Penemuan seperti ini memberi kita
wawasan luar biasa ke dalam kehidupan tentang burung yang luar biasa dan kurang
dikenal ini. Tidak ada yang pernah menduga bahwa burung gajah adalah hewan
nokturnal," kata Christopher Torres, seorang peneliti dari Universitas
Texas, seperti dilansir dari News Week (30/10/2018).
Penelitian juga menunjukkan bahwa burung gajah
memiliki olfactory bulb yang besar, dan ini adalah wilayah di mana bau dari
sesuatu diproses. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki penciuman yang
tinggi untuk mengimbangi penglihatan yang buruk.
Andrew Iwaniuk, seorang profesor di
Universitas Lethbridge dan ahli evolusi otak burung, yang tidak terlibat dalam
studi ini mengatakan bahwa temuan baru ini sangat menarik.
"Saya terkejut bahwa sistem
penglihatan pada burung sebesar ini sangat kecil. Untuk burung besar ini
berevolusi menjadi nocturnal adalah hal yang tidak biasa dan berbicara tentang
ekologi, burung gajah tidak seperti kerabat terdekat mereka atau spesies burung
lain yang kita ketahui," jelas Iwaniuk.
Madagaskar
merupakan rumah bagi populasi burung gajah hingga antara 500 dan 1.000 tahun yang
lalu, burung terbesar ini dinyatakan punah. Sampai saat ini, alasan kepunahan
burung gajah masih simpang siur, antara habitatnya yang hilang dan campur
tangan manusia dianggap sebagai pemeran utama dalam kepunahan mereka.
Artikel
ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Meski Tampak Sangar, Burung
Terbesar dalam Sejarah Ternyata Buta",
https://sains.kompas.com/read/2018/11/04/173300223/meski-tampak-sangar-burung-terbesar-dalam-sejarah-ternyata-buta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar