Halaman

Jumat, 29 Maret 2019

KAKATUA-KECIL JAMBUL-KUNING DI PULAU PASOSO


Berbagai penelitian mengenai kakatua-kecil jambul-kuning (Cacatua sulphurea sulphurea) yang dilakukan oleh beberapa peneliti sepanjang dekade 1990-an menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan populasi secara dramatis dalam kurun waktu 20 tahun terakhir di seluruh Sulawesi.  Bahkan dibeberapa tempat yang sebelumnya diketahui merupakan habitat dari burung kakatua-kecil jambul-kuning tidak dijumpai lagi jenis ini (Andrew & Holmes 1990; Marsden 1992; Cahyadin et al. 1994; Mallo & Setiawan 1996).  Salah satu lokasi yang terdapat kakatua-kecil jambul-kuning yang populasinya cenderung stabil adalah Pulau Pasoso.  Pulau Pasoso merupakan salah satu di antara pulau yang terdapat di Selat Makassar yang terletak di Desa Manimbaya Kecamatan Balaesang Tanjung Kabupaten Donggala.  Kawasan Pulau Pasoso merupakan kawasan suaka margasatwa yang terdapat di Sulawesi Tengah (Mallo 1997).

Pulau Pasoso merupakan habitat kakatua-kecil jambul-kuning dengan luas sekitar 49 Ha.  Pulau Pasoso tergolong dalam pulau berukuran kecil dibanding pulau yang dihuni oleh kakatua-kecil jambul-kuning di pulau lainnya.  Sempitnya habitat dari kakatua-kecil jambul-kuning di Pulau Pasoso dapat menjadi ancaman tersendiri.  Menurut McArthur dan Wilson (1967) bahwa luas area pulau turut menentukan jumlah spesies yang dapat menghuninya.  Pulau-pulau besar akan memiliki lebih banyak spesies daripada pulau-pulau kecil.  Asumsinya, suatu luasan hanya dapat mendukung sejumlah tertentu spesies yang dapat hidup di habitat tersebut.  Ketika luas habitat alami suatu pulau berkurang, maka pulau itu hanya mampu mendukung spesies sebanyak yang hidup pada pulau yang lebih kecil ukurannya.  Ukuran populasi yang kecil sangat rentan terhadap kepunahan secara lokal.  Menurut Indrawan et al. (2007) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi ketahanan populasi terhadap kepunahan yaitu variasi lingkungan, variasi genetik dan variasi demografik.  Ketiga faktor tersebut saling berkaitan, sehingga penurunan populasi akibat salah satu faktor tersebut, membuat populasi semakin kecil dan rentan. 
Kondisi populasi kakatua-kecil jambul-kuning di Pulau Pasoso sejak tahun 2000 hingga tahun 2015 populasinya cenderung stabil yaitu sejumlah 15 ekor pada tahun 2000 dan 17 ekor pada tahun 2015.  Meski populasi di Pulau Pasoso cenderung stabil selama kurun waktu 15 tahun, namun berdasarkan hasil wawancara diketahui jumlah populasi burung kakatua kecil jambul kuning yang pernah menghuni Pulau Pasoso lebih besar dari jumlah 17 ekor dari populasi yang ada saat ini. Dari kondisi tersebut mengindikasikan laju pertumbuhan populasi kakatua-kecil jambul-kuning relatif lambat, selama kurun waktu 15 tahun tidak terjadi penambahan populasi secara signifikan.
Populasi yang ada bisa ditingkatkan dari jumlah yang ada saat ini.   Peningkatan populasi tersebut sangat penting mengingat populasi kakatua-kecil jambul-kuning telah punah secara lokal di beberapa tempat di Sulawesi.  Hal tersebut menjadi penting mengingat laju kepunahan burung pulau lebih cepat dibandingkan dengan daratan utama.
(Moh. Ihsan Nur Mallo)

Daftar Pustaka
Andrew P, Holmes DA. 1990.  Sulawesi bird report.  Kukila 5: 4-26
Cahyadin Y, Jepson P, Syarif M. 1994.  Telaah singkat status Cacatua sulphurea sulphurea di Propinsi Sulawesi Selatan.  Bogor (ID): PHPA/Birdlife International-Indonesia Programme.  Laporan No. 3.
Indrawan M, Primack RB, Supriatna J.  2007.  Biologi konservasi Edisi Revisi.  Jakarta (ID):  Yayasan Obor.
MacArthur RH, Wilson EO. 1967. The Theory of island biogeography. New Jersey: Princenton University Press.
Mallo FN, Setiawan I.  1996.  Telaah status Cacatua sulphurea sulphurea di Sulawesi Tengah.  Bogor (ID): PHPA/Birdlife International-Indonesia Programme.  Laporan No. 7.
Marsden SJ. 1992.  The distribution, abundance and habitat preferences of the salmon-crested cockatoo Cacatua moluccensis on Seram, Indonesia. Bird Conservation International, 2(1): 7-13.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar