Halaman

Sabtu, 14 Juli 2018

UMAR BIN KHATTAB DAN BURUNG PIPIT


Pada suatu siang yang sangat terik, Umar berjalan menyusuri lorong-lorong kota. Ia tidak memedulikan cuaca yang begitu panas ketika sebagian besar penduduk Madinah lebih memilih beristirahat di rumah masing-masing. Ia hanya ingin memastikan rakyatnya damai.
Umar melewati sudut pasar Madinah dan pandangannya tertuju pada seorang anak kecil, yang tengah asyik bermain dengan ushfur (sejenis burung pipit). Suara cericit burung itu mengundang rasa iba dan keingintahuan Umar. “Nak, apa yang berada di tanganmu itu?” tanya Umar.
“Paman, tidakkah Paman lihat, ini seekor burung,” ujar si anak seraya mendongakkan wajahnya.
Burung itu terus bercericit. Umar berbisik dalam hatinya, “Burung ini tentu sangat ingin terbang dan anak ini tidak mengerti jika makhluk kecil ini teraniaya.”
 “Boleh aku membelinya, Nak? Aku sangat ingin memilikinya,” tanya Umar kemudian.
“Baiklah, Paman!” ujar si anak setelah melihat kesungguhan pada wajah lelaki yang tidak dikenalinya itu.
Dia pun menyerahkan burung itu dan menerima uangnya, lalu segera pergi. Dalam genggaman Umar, burung kecil itu dibawa menjauh. Dengan hati-hati, ia membuka genggamannya seraya bergumam senang, “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, terbanglah, burung kecil!” Burung itu pun terbang di langit Madinah. [Erna Iriani  ]
Sumber: The Great of Two Umars/ Penulis: Fuad Abdurrahman/ Penerbit: Zaman, 2016



Tidak ada komentar:

Posting Komentar