Halaman

Senin, 20 November 2017

TETAPLAH RENDAH HATI

Konon seorang penjual gorengan sedang memangkal di bawah pohon rindang.  Pria separuh baya itu tampak sibuk dengan adonan yang akan dimasak ke dalam kuali yang mendidih. Gorengan yang sudah matang pun tersusun rapi di atasnya.  Seketika, muncul orang berbadan tegap, kumis tebal, dan pedang di pinggang.  Dari sikapnya, ia seorang jawara yang ditakuti.  Dengan angkuh, ia santap gorengan itu dan berlalu begitu saja.
Penjual gorengan menegurnya agar dibayar dahulu.  Namun lelaki itu mengeluarkan pedang lalu menyayat lengannya tanpa tergores sedikit pun.  Si penjual tampak tenang, kemudian mencelupkan tangan ke dalam kuali sambil membolak-balik gorengan.

Bahkan, mengusap minyak panas ke mukanya, nyali lelaki itu pun ciut dan memasukan kembali pedang ke sarungnya, lalu membayarnya.
Kisah isnpiratif ini saya nukil dari video buatan mahasiswa Banten.  Mereka mengajarkan agar kita tetap rendah hati (tawadhu) kepada siapa saja.  Nasihat orang tua dahulu  “jangan angkuh dihadapan orang rendah hati, nanti kamu dipermalukan.”.
Ada lima hal yang membuat seseorang tinggi hati (takabur), yakni:
Pertama, kKeturunan orang terhormat.  Sudah ketentuan Allah SWT, setiap orang dilahirkan berbeda.  Tak seorang pun yang bisa meminta dilahirkan dari nasab atau suku apa.  Karena itu, kemuliaan itu bukan karena keturunan, melainkan ketakwaan (QS 49:13).  Iblis sombong karena berasal dari api sementara Adam AS dari tanah (QS 7:12).
Kedua, kedudukan yang tinggi.  Firaun peguasa mesir mengaku sebagai Tuhan (QS 79:24).  Siapa saja yang merintangi akan celaka, termasuk Nabi Musa AS (QS 26:49).  Begitu pula Namrudz yang mengaku bisa menghidupkan dan mematikan di hadapan Nabi Ibrahim AS, tapi tak bisa menandingi kekuasaan Allah SWT. (QS 2: 258)
Ketiga, kekayaan yang berlimpah.  Karun, orang yang paling kaya sejagat.  Kekayaannya nyaris tak terhitung hngga kunci gudangnya pun susah dipikul orang.  Dia menganggap kekayaannya karena ilmu dan usahanya sendiri, bukan bantuan orang lain (QS 28:76-82).  Karena itu dia sombong dan tak mau bersedekah kepada kaum dhuafa.
Keempat, kelimuan yang luas.  Nabi Musa AS begitu dikagumi karena keluasan ilmunya.   Segala persoalan bisa dijawab, hingga merasa tak seorangpun yang bisa menandingi.  Ia pun ditegur Allah SWT dan disuruh belajar kepada Nabi Khidir AS (QS 18:60-82). “ Di atas langit masih ada langit,” begitulah kata pepatah.
Kelima, kesalehan yang banyak .  Kesalehan  dalam ibadah ritual dan sosial bisa membuat rasa kagum pada dirinya (ujub) dan meremehkan orang.  Merasa paling suci dan benar (QS 53:32).  Seperti kisah dua orang Bani Israil yang menyangka akan masuk surga karena taat dan saudaranya masuk neraka karena maksiat (HR.  Abu Daud).
Orang yang rendah hati akan ditinggikan dan yang tinggi hati dijatuhkan (HR At-Turmudzi).  Iblis dilaknat hingga hari kiamat (QS 4:16).  Firaun ditenggelamkan (QS 90: 920), dan Karun dilenyapkan (QS 28:81).  Jika orang berjasa dilupakan dan sahabat ditinggalkan, itulah bukti keangkuhan.
Tetaplah rendah hati, agar Allah SWT merahmati kita dengan kelembutan (QS 3: 159). Allahu a’lam bish-shawab.
(DR. Hasan Basri Tanjung).

Republika Jumat 17 November 2017.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar