Seorang laki-laki, sebagaimana
dikisahkan oleh Habib Umar bin al-Hafizh, mendatangi Syaikh Sya’rawi. Kepada
sang Syaikh, laki-laki ini menuturkan masalahnya. Ia bekerja di tempat yang
syubhat. Ada beberapa bidang pekerjaan yang tidak jelas halal dan haramnya. Pun
dengan berbagai produk yang dihasilkan.
Sebagai dampak dari pekerjaannya itu,
laki-laki ini menjalani kehidupan yang jauh dari makna ketenangan. Rumah
tangganya berantakan. Anak dan istrinya banyak makar. Dan banyak keburukan
lainnya.
Tunai mendengarkan penuturan si
laki-laki, Syaikh Sya’rawi berkata, “Keluarlah dari pekerjaanmu.”
“Bagaiaman mungkin aku keluar dari
pekerjaan sementara hutangku menumpuk? Anak, istri dan beberapa orang
keluargaku masih membutuhkan nafkah dari diriku.” ujar si laki-laki.
“Wahai anakku,” ujar Syaikh Sya’rawi,
“Allah Ta’ala berfirman, ‘Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, maka
dijadikan baginya jalan keluar (atas seluruh persoalan).’” (Qs. ath-Thalaq
[65]: 2)
Syaikh melanjutkan pertanyaannya, “Mana
yang lebih dahulu disebutkan? Taqwa atau jalan keluar?”
Sangat jelas disebutkan dalam ayat
tersebut, Allah Ta’ala lebih dahulu menyebutkan taqwa, baru jalan keluar.
Lantas, bagaimana mungkin sebagian kita mengharapkan jalan keluar terlebih
dahulu sementara diri berada dalam kesibukan bermaksiat dan berbagai amal
keburukan lainnya?
Singkat kisah, sang laki-laki mengikuti
nasihat Syaikh Sya’rawi, atas hidayah dari Allah Ta’ala. Tak lama setelah itu,
dia melamar pekerjaan dan mendapatkan yang lebih baik, bayarannya jauh lebih
besar hingga cukup untuk menyicil bayaran hutang.
Selanjutnya, laki-laki itu dipindahkan
ke Kuwait, lantas dipindah ke Arab Saudi, dekat dengan Masjidil Haram dan
Masjid Nabawi.
“Dia,” tutur Habib Umar bin al-Hafizh,
“memperbaiki dirinya, kemudian Allah Ta’ala melunasi hutangnya, kehidupannya
pun menjadi lebih baik. Bertaqwalah kepada Allah, lalu datanglah jalan keluar.
Bagaimana mungkin engkau minta jalan keluar sementara dirimu berada dalam
kemaksiatan?”
Mungkin, banyak di antara kita yang tahu
bahkan hafal dengan ayat ini serta maknanya. Tapi, ada begitu banyak yang masih
tenggelam dalam persoalan, padahal mengetahui solusinya. Bukankah Allah Ta’ala
dengan sangat jelas menyebutkan, bertaqwalah maka akan diberikan jalan keluar.
Dan amatlah mustahil diberi jalan keluar sementara diri bergelimang dalam
sia-sia, dosa, dan maksiat.
Wallahu
a’lam. [Pirman/Kisahikmah]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar