Halaman

Sabtu, 18 Juni 2016

Dibutuhkan Masjid Ramah Anak



Saya ingin berbagi pengalaman kawan saya yang berjuang agar anak-anak punya hak untuk berada di dalam masjid. Sudah bukan menjadi rahasia lagi betapa kadang anak-anak kehadirannya tidak begitu diharapkan di dalam masjid. Anak-anak dianggap pengganggu kekhusyukan dalam beribadah. Sehingga bahkan ada masjid yg terang-terangan menulis larangan anak masuk masjid, bahkan ada orang dewasa yang tak segan-segan menghardik dan mengancam mereka jika bermain dan bercanda, masjid pun menjadi tempat menyeramkan.

Akhirnya Anak-anak pun mencari tempat alternatif hiburan, pilihannya playstation dan game online. Permainan menyenangkan, penjaganya pun menyambut ramah. Akhirnya pihak masjid pun susah mencari kader remaja masjid. Banyak remaja yang menolak, sebab waktu kecil selalu dimusuhi saat di masjid.
Sifat Allah yang Maha Rahman tak muncul dalam perilaku sebagian pengurus masjid yang galak dan suka bentak anak. Anak-anak lebih mengenal Allah yang Maha Keras Siksanya dibandingkan Maha Rahim-Nya. Sebab mereka banyak dihukum dan dimarahi jika bermain-main di masjid.
Pun jika ada anak yang sungguh-sungguh ibadah, ternyata banyak mereka yang tak layak ada di shaf depan. Padahal mereka datang sejak awal, padahal hak ada di shaff depan adalah yang datang duluan, bukan berdasarkan usia.
Kadang saat sholat jumat pun, khatib lupa menyapa anak-anak, lebih fokus kepada jamaah dewasa. Anak-anak dianggap warga kelas dua. Masjid sebagai pusat display agama, seharusnya menjadi tempat untuk mengajarkan hakikat islam sesungguhnya : kasih sayang dan keramahan.
Tidak berminatnya remaja saat ini terhadap Islam, sebagian besar karena trauma di masa kecil akan tampilan Islam khususnya di masjid. Masjid kalah bersaing dengan mall, warnet dan tempat permainan lain dimana penjaganya ramah dan murah senyum.
Banyak jamaah berebut menjalankan sunah di masjid. Lupa akan sunah yang lain yang diajarkan rasul : memuliakan anak-anak khususnya di masjid. Sungguh indah saat rasul membawa cucunya, umamah dan husain ke masjid. Digembirakan mereka dengan digendong seraya bermain di masjid. Demi memuaskan husain bermain di masjid, Rasul melamakan sujudnya agar ia puas menungganginya seperti kuda. Tak memarahinya. Sahabat menduga lamanya sujud akibat datangnya wahyu. Mereka salah. Rasul menyengajakannya supaya anak-anak puas bermain di masjid. Kisah-kisah Rasul yang memuliakan anak di masjid mungkin jarang terdengar atau sengaja dilupakan sebagian orang. Padahal mereka mengaku pencinta rasul.
Alhamdulillah setelah banyak dialog dengan pengurus masjid yang melarang anak-anak, akhirnya ada juga yang tercerahkan meski awalnya marah-marah. Bahkan ada yang berinisiatif membuat area bermain bagi anak-anak serta menyediakan pampers bagi mereka.
Biarlah anak betah bermain di masjid daripada memilih bermaih di tempat lain yang menjauhkan mereka dari agama. Jika sudah merasa nyaman di masjid. Barulah buat peraturan. Kapan harus bermain dan kapan harus ibadah. Mereka tentu bisa menerima.
Indahnya jika kita lihat anak-anak saat waktu luang, izin ke ortunya untuk pergi ke mesjid. Berlama-lama disana. Masjid pun ramai. Orang dewasa lain yang malas ke masjid pun jadi bergairah melihat masjid yg ramai. Jadilah setiap masyarakat memakmurkan masjid. Jika masjid ramai, maka tak ada lagi yang ribut dengan konser musik. Sebab masyarakat sepakat menolak. Mereka semua hatinya terpaut ke masjid
Jadi dari sekarang, mari buat masjid sebagai tempat yang nyaman, ramah, bersih dan menyenangkan bagi anak-anak. Kelak mereka yang akan memakmurkan masjid. Jika sudah terlanjur, bikin iklan ke warnet-warnet dan gameonline, bahwa masjid sekarang asyik lho. Bahkan punya area bermain. Niscaya warnet sepi.
Mudah-mudahan ada pengurus masjid yang baca postingan ini dan memulai gerakan ajak anak ke masjid. Saya berdoa semoga terwujud. Aamiin..
Ustadz Bendri Jaisyurrahman
(twitter : @ajobendri)
http://islamedia.id/dibutuhkan-masjid-ramah-anak/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar