Urainab baru saja menikah. Ia tinggal
bersama suami di rumah mertuanya. Sejak pertama kali tinggal di rumah
mertuanya, Urainab sudah merasa tidak cocok dengan ibu mertua. Urainab merasa
mertuanya sangat keras dan cerewet. Urainab sering dikritik ibu mertua karena
perbedaan sikap dan prinsip mereka dalam semua perkara.
Pertengkaran
sering terjadi. Urainab dan ibu mertua selalu berselisih. Yazid, suami Urainab
merasa sedih melihat hal itu. Namun, dia tidak mampu menyelesaikan persoalan
antara istri dan ibunya. Jika dia membela ibunya, bagaimana dengan istrinya.
Jika dia membela istrinya, tentu akan membuat ibunya sakit hati. Yazid hanya
bisa berdoa kepada Allah, semoga persoalan antara istri dan ibunya segera
selesai dan mereka hidup damai bersama.
Hari
pun terus berlalu, suasana panas di rumahnya tak berubah. Yazid sempat terpikir
untuk membawa istrinya pindah dari rumah ibunya. Namun, dia belum memiliki
tempat lain untuk ditinggali, apalagi ibunya yang beranjak tua tak tega dia
tinggalkan.
Keadaan
semakin memburuk, pertengkaran terus terjadi, dan tidak ada satu pun yang mau
disalahkan atas setiap pertengkaran. Akhirnya, Urainab memutuskan untuk melakukan
sesuatu demi mengakhiri pertengkaran dengan ibu mertuanya. Dia berencana akan
meracuni mertuanya.
“Kalau
Ibu meninggal, tidak ada lagi yang akan mengganggu hidupku!” pikir Urainab.
Urainab
lalu mengunjungi Sufyan bin Umar, seorang ahli obat di sebuah kota. Dia
menceritakan masalahnya dan meminta Sufyan bin Umar untuk memberinya racun.
“Aku
mengerti masalahmu dan betapa kamu menderita karenanya. Aku akan membuatkan
racun yang paling ampuh untukmu, asal kamu mendengarkan semua saranku.” Kata
Sufyan bin Umar.
Urainab
mengangguk. Jauh di dalam hatinya, dia merasa berdosa karena memiliki niat yang
buruk atas mertuanya. Bukankah dalam Islam telah diajarkan bahwa mertua adalah
orang tua juga. Ibu mertua adalah ibunya juga. Namun, rasa sakit hati dan marah
telah membakar dirinya.
“Sebelum
racun ini diberikan, selama satu bulan menurutlah pada apa yang diperintahkan
dan diinginkan oleh ibu mertuamu,” saran Sufyan
Urainab
mengangguk setuju. Urainab lalu pulang dengan lega. Racun yang diberikan Sufyan
bin Umar disimpannya dalam dompet. Hari demi hari berlalu, urainab menuruti apa
yang diperintahkan ibu mertuanya. Dia membersihkan rumah, memasak, menyapu
halaman, mendengarkan ibu mertua ketika sedang berbicara dan melakukan banyak
perbuatan baik padanya. Dia tidak lagi berdebat dan melayani ibu mertua bagai
ibu kandungnya sendiri.
Awalnya,
hati Urainab berontak. Namun, dia teringat pesan Sufyan untuk menuruti semua
keinginan dan perintah ibu mertua selama satu bulan. Sesudah itu, ibu mertuanya
akan dia racun hingga mati. Hari demi hari berlalu, tidak ada lagi pertengkaran
di rumah itu. Yazid sangat bahagia melihat perubahan sikap istri dan ibunya.
Istrinya tidak lagi mendebat dan lambat laun ibunya tak bersikap keras lagi.
Suasana rumah menjadi hangat dan nyaman. Urainab merasa senang dan nyaman. Ia
dan ibu mertuanya menjadi sepasang sahabat.
Satu
bulan tiba. Sudah waktunya Urainab meracuni ibu mertuanya. Urainab membuka
dompetnya, tiba-tiba dia menangis hebat. Hatinya terasa sakit. Kali ini bukan
karena perlakuan ibu mertuanya, melainkan karena niat buruknya. Kini, dia
mengerti kalau ibu mertuanya melakukan semua itu karena ingin mengajarinya
menjadi istri yang baik bagi suaminya. Satu bulan telah mengajarkan banyak hal
pada Urainab. Sekarang Urainab bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah, memasak,
dan melayani suami dengan baik.
Sayup
terdengar di ruang tengah, ibu mertuanya sedang berbincang dengan tamu.
“Aku
sungguh beruntung memiliki menantu seperti Urainab. Dia adalah menantu terbaik
yang kumiliki. Dia sangat patuh, rajin, dan shalihah,” ujar ibu mertuanya
dengan bangga.
Dada
Urainab semakin sesak, “Ya Allah, maafkan semua salah dan niat burukku.”
Ya…akhirnya
Urainab mengurungkan niatnya meracuni ibu mertuanya, maka jadilah kehidupan
keluarga itu bahagia dan menyejukkan bagai hidup di Istana Sorga.
“Ibu
mertua kedudukannya sebagai ibu." (HR. TIRMIDZI DAN AHMAD)
(Nandang
Burhanudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar