Masih kuliah dan berani menikah? Wow,
luar biasa! Mungkin anda menganggapnya orang nekad jika nikah saat masih
kuliah.Tapi bagi yang menjalankannya, itu adalah strategi yang rasional dan spiritual untuk menjalani
kehidupan yang indah.
Imam Syafii mengatakan segera nikahkan
anakmu ketika memasuki usia akil baligh. Tanda-tanda usia akil baligh, bagi
anak lelaki sudah mimpi basah. Sedangkan anak perempuan sudah haidh,
antara 9-15 tahun.
Baedowi, salah seorang aktivis dan
wartawan di Jakarta mengaku hidupnya amat bahagia saat ini karena keputusannya
untuk menikah saat masih kuliah di IAIN (sekarang UIN) Jakarta, 25 tahun lalu.
“Saya sudah punya anak ketika menyusun skripsi, Kata Baidowi. Dan anak saya
sekarang sudah lulus kuliah dan sudah kerja pula. Padahal usia saya belum
kepala lima. Ini artinya saya telah terbebas dari beban mendidik anak saya di
usia muda. “Setelah semua anak saya selesai kuliah, saya punya banyak waktu
untuk mengembangkan hobi saya,” kata Baidowi.
Kisah Baidowi yang menikah di “usia mahasiswa”
memang menarik. Maklumlah, banyak mahasiswa yang menganggap menikah muda adalah
bencana. Padahal, bila kita renungkan, menikah usia mahasiswa sungguh sebuah
strategi yang luar biasa untuk menapaki dan menelusuri kehidupan. Kenapa?
Pertama, pasangan manten muda ini lebih
mendalami makna cinta.Cinta yang terbina sejak mahasiswa dan berani menikah
saat kuliah merupakan pertanda bahwa keduanya bisa merasakan kedalaman cinta
masing-masing.Apalagi jika keduanya berasal dari keluarga pas-pasan seperti pengalaman
Baidowi. Kedua, menikah di usia mahasiswa menumbuhkan kreativitas. “Sejak
menikah, saya bekerja apa saja di Yogyakarta.Mulai dari buruh mengetik skripsi,
mengajar ngaji, menulis di koran, jadi
guide turis bule, dan lain-lain,” Kata Baidowi. Yang terpenting saya dapat uang
halal untuk beli makanan dan susu anak-anak, katanya. Ketiga, pasangan ini memperoleh pengalaman
hidup yang jauh lebih banyak dan kompleks untuk menghadapi masa depan
kehidupannya. Karena itu, mereka yang memilih nikah muda akan mempunyai
kepribadian yang lebih matang, tahan guncangan, dan mampu mengatasi
persoalan-persoalan yang kompleks dalam keluarga.
Saya tidak ingin menyatakan bahwa orang
yang menikah di usia mapan tidak mempunyai pengalaman hidup seperti orang yang
menikah usia mahasiswa. Tapi saya punya beberapa teman yang menikah di usia
mapan dan ternyata usia perkawinannya pendek dan keluarganya tidak bahagia.
Padahal, mereka masing-masing sangat terpelajar dan hobi membaca. “Kesendirian
yang terlalu lama dan kemapanan hidup yang lama dinikmatinya, ternyata bukan
bekal yang baik untuk membina keluarga bahagia,” ujar Badowi. Wanita mana yang tak mau menikah dengan pria
yang kaya dan mapan? Dari sisi ini saja
akan terlihat, seberapa jauh tulusnya cinta mereka. Ada pamrih di sana. Ada
noda cinta di antara mereka.Mereka-mereka yang mapan dan tua makin banyak
menyimpan rahasia dengan isteri. Itulah sebabnya, kata Cynthia Bell,
orang-orang yang hanya mau menikah setelah semuanya mapan, tak akan mengecap
madunya pernikahan. Kenikmatan berkeluarga tak bisa diukur dengan kekayaan.
Dengan melihat kondisi tersebut,
jelaslah menikah usia mahasiswa sangat menguntungkan untuk masa depan. Lebih
dari itu bagi orang yang religius,
menikah saat masih kuliah bisa menghindar dari pergaulan bebas yang tak
dibenarkan agama. Karena itu, pernikahan
di usia tersebut tingkat “kebahagiaan”nya amat tinggi. Kondisi ini pun akan
menambah ikatan perkawinan mereka. Tentu saja, kuatnya ikatan perkawinan itu
akan menambah keharmonisan keluarga.
Dr. Joyce Brothers, psikolog, dalam bukunya, What Every Woman Should Know
About Man, menyatakan: Siapa pun yang hendak memasuki gerbang perkawinan
seharusnya sudah mengenal pasangannya dengan sebaik-baiknya. Janganlah gegabah
memilih pasangan sebab perkawinan adalah bagian yang tak ternilai dari
perjalanan sejarah seseorang di sepanjang hidupnya.
Bila cinta sudah menyala di usia muda
dan makin menyala di usia tua, kebahagiaan
berkeluarga akan terus terbawa sampai kapan pun, bahkan sampai alam
kubur . Percayalah! Semua agama
menghendaki umatnya untuk menikah di
usia muda, bukan di usia tua dan senja.
(Elza
Peldi Taher)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar