Halaman

Selasa, 25 Agustus 2015

NIKAH MASIH KULIAH, KENAPA TIDAK?



Masih kuliah dan berani menikah? Wow, luar biasa! Mungkin anda menganggapnya orang nekad jika nikah saat masih kuliah.Tapi bagi yang menjalankannya, itu adalah strategi  yang rasional dan spiritual untuk menjalani kehidupan yang indah.
Imam Syafii mengatakan segera nikahkan anakmu ketika memasuki usia akil baligh. Tanda-tanda usia akil baligh, bagi anak lelaki sudah mimpi basah. Sedangkan anak perempuan sudah haidh, antara  9-15 tahun.

Baedowi, salah seorang aktivis dan wartawan di Jakarta mengaku hidupnya amat bahagia saat ini karena keputusannya untuk menikah saat masih kuliah di IAIN (sekarang UIN) Jakarta, 25 tahun lalu. “Saya sudah punya anak ketika menyusun skripsi, Kata Baidowi. Dan anak saya sekarang sudah lulus kuliah dan sudah kerja pula. Padahal usia saya belum kepala lima. Ini artinya saya telah terbebas dari beban mendidik anak saya di usia muda. “Setelah semua anak saya selesai kuliah, saya punya banyak waktu untuk mengembangkan hobi saya,” kata Baidowi.
Kisah Baidowi yang menikah di “usia mahasiswa” memang menarik. Maklumlah, banyak mahasiswa yang menganggap menikah muda adalah bencana. Padahal, bila kita renungkan, menikah usia mahasiswa sungguh sebuah strategi yang luar biasa untuk menapaki dan menelusuri kehidupan. Kenapa?
Pertama, pasangan manten muda ini lebih mendalami makna cinta.Cinta yang terbina sejak mahasiswa dan berani menikah saat kuliah merupakan pertanda bahwa keduanya bisa merasakan kedalaman cinta masing-masing.Apalagi jika keduanya berasal dari keluarga pas-pasan seperti pengalaman Baidowi. Kedua, menikah di usia mahasiswa menumbuhkan kreativitas. “Sejak menikah, saya bekerja apa saja di Yogyakarta.Mulai dari buruh mengetik skripsi, mengajar ngaji, menulis di  koran, jadi guide turis bule, dan lain-lain,” Kata Baidowi. Yang terpenting saya dapat uang halal untuk beli makanan dan susu anak-anak, katanya.  Ketiga, pasangan ini memperoleh pengalaman hidup yang jauh lebih banyak dan kompleks untuk menghadapi masa depan kehidupannya. Karena itu, mereka yang memilih nikah muda akan mempunyai kepribadian yang lebih matang, tahan guncangan, dan mampu mengatasi persoalan-persoalan yang kompleks dalam keluarga.
Saya tidak ingin menyatakan bahwa orang yang menikah di usia mapan tidak mempunyai pengalaman hidup seperti orang yang menikah usia mahasiswa. Tapi saya punya beberapa teman yang menikah di usia mapan dan ternyata usia perkawinannya pendek dan keluarganya tidak bahagia. Padahal, mereka masing-masing sangat terpelajar dan hobi membaca. “Kesendirian yang terlalu lama dan kemapanan hidup yang lama dinikmatinya, ternyata bukan bekal yang baik untuk membina keluarga bahagia,” ujar Badowi.  Wanita mana yang tak mau menikah dengan pria yang kaya dan mapan?  Dari sisi ini saja akan terlihat, seberapa jauh tulusnya cinta mereka. Ada pamrih di sana. Ada noda cinta di antara mereka.Mereka-mereka yang mapan dan tua makin banyak menyimpan rahasia dengan isteri. Itulah sebabnya, kata Cynthia Bell, orang-orang yang hanya mau menikah setelah semuanya mapan, tak akan mengecap madunya pernikahan. Kenikmatan berkeluarga tak bisa diukur dengan kekayaan.
Dengan melihat kondisi tersebut, jelaslah menikah usia mahasiswa sangat menguntungkan untuk masa depan. Lebih dari itu bagi orang yang  religius, menikah saat masih kuliah bisa menghindar dari pergaulan bebas yang tak dibenarkan agama.  Karena itu, pernikahan di usia tersebut tingkat “kebahagiaan”nya amat tinggi. Kondisi ini pun akan menambah ikatan perkawinan mereka. Tentu saja, kuatnya ikatan perkawinan itu akan  menambah keharmonisan keluarga.
Dr. Joyce Brothers, psikolog,  dalam bukunya, What Every Woman Should Know About Man, menyatakan: Siapa pun yang hendak memasuki gerbang perkawinan seharusnya sudah mengenal pasangannya dengan sebaik-baiknya. Janganlah gegabah memilih pasangan sebab perkawinan adalah bagian yang tak ternilai dari perjalanan sejarah seseorang di sepanjang hidupnya.
Bila cinta sudah menyala di usia muda dan makin  menyala di usia tua,   kebahagiaan  berkeluarga akan terus terbawa sampai kapan pun, bahkan sampai alam kubur . Percayalah!  Semua agama menghendaki umatnya untuk menikah   di usia muda, bukan di usia tua dan senja.
(Elza Peldi Taher)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar